Menatap langit langit kamar sambil pikirannya melanglang buana adalah kegiatan yang sedang Ali lakukan malam ini. Jam sudah menunjuk angka 1 namun matanya sulit sekali tertutup. Wajah itu selalu saja mengganggunya hingga ia tidak bisa tidur. Senyum manisnya seprti kafein dalam kopi yang membuatnya terus terjaga, suaranya seperti musik yang mengalun indah membuatnya merasakan debaran menyenangkan sekaligus membuatnya merasa ramai disaat sepinya tengah malam. Semakin lama semakin Ali merasa penasaran pada gadis itu, terbesit keinginan untuk mengenalnya lebih jauh. Apa terlalu muluk rasanya kalau berharap nanti menjadi salah satu orang penting di hidup Karenia, seperti sahabat misalnya. Tapi Ali tidak yakin akan puas begitu saja kalau sekedar menjadi sahabat, megingat sifat manusia kan selalu merasa kurang.
Karenia juga tipe gadis yang welome terhadap orang baru, mungkin siat baiknya sudah mendarah daging sehingga akan memperlaukan orang lain dengan baik sekalipun dia orang asing. Sedari kemarin Ali terus merasa dibingungkan oleh perasaannya ini, apakah perasaan yang sama ketika bersama Andin, sobatnya, atau kah perasaan suka pada lawan jens yang biasa melanda seorang remaja.
Ali merasa Andin juga sedikit berubah. Hidup bersama belasan tahun tentulah mudah untuk sekedar membaca body language dan ekspresi Andin sekalipus gadis itu menyembunyikannya. Menurut pengamatannya akhir akhir ini gadis tu sering kelihatan murung dan lebih banyak diam dibanding biasanya. Ali tidak tahu pasti apa yang telah membuat Andin sedikit berubah. Apakah karena dia yang berlebihan atau kah Andin saja yang baperan. Ah entahlah Ali pusing memikirkan semuanya. Inilah yang Ali takutkn, perasaan suka hanya akan memperumit keadaan. Namun apa daya dia tidak bisa menghentikannya begitu saja untuk Karenia. Seperti air yang terus mengalir, perasaannya tidak bisa ditahan ataupun dihilangkan begitu saja. ali bukan tipe pria yang mudah menyukai seseorang, tapi kalau dengan Karenia entah kenapa hanya dengan melihat wajahnya saja Ali sudah yakin kalau ia memang mempunya rasa.
Ah dua gadis itu, kenapa pula memnuhi pikirannya hingga membuatnya sulit tidur seperti ini. Apakah Karenia juga belum tidur? Kalau sudah, apa gadis itu memimpikannya? Ali tertawa kecil saat pikiran itu terlintas di benaknya. Peraya diri sekali kalau Karenia akan memimipikannya. Apa gadis itu sudah baca doa sebelum tidur? Ah ingin sekali Ali mengingatkannya, tapi punya nomer watsapnya saja tidak. Mungkin besok, ya besok nomer Karenia harus sudah tersimpan di kontaknya. Lalu dia akan memulai chat lebih dulu dan mereka menjadi dekat. Ah indahnya. Andai saja dia berani, tapi dia takut gadis itu mengabaikan pesan pesannya nanti. Memangnya Ali siapa? Orang penting pun bukan. Untuk apa pula Karenia membalasnya.
Hahhh
Ali menghempaskan kedua tangannya melebar disamping tubuhnya. Oh ya, dia baru ingat, biasanya kan Andin masih berkutat dengan drakornya. Apa gadis itu masih belum tidur. Ali bangkit dari kuburnya, lalu bergentayangan di sekitar kompleks. Tapi boong.
Ali menarik tubuhnya supaya duduk dan turun dari Kasur kecilnya. Kakinya mengayun bergantian menuju jendela, tangan besarnya membuka gorden kamar. Mengintip jendela Andin yang masih menyala lampu kamarnya.
Ali meraih ponsel, lalu mengetik pesan untuk Andin.
To : Gajah duduk
Oy blon molor lu
From : Gajah duduk
Udeh
To : Gajah duduk
Oh gua juga udeh
From : Gajah duduk
Oh aja ya
To : Gajah dduk
Ngapa belon tidur lu, nonton?
From: Gajah duduk
KAMU SEDANG MEMBACA
Elephant On Cloud
Roman pour AdolescentsAku tau semua ucapanmu hanya sekedar mempermainkan aku, tak lebih dan aku pun tak boleh berharap lebih. kau yang agak sinting, sangat menyebalkan, perilakumu, kegilaanmu, semua hal tentangmu, dan hal konyol tentang dunia kita. Membuat aku menyimpulk...