Suasana hening menemani prosesi sarapan sebuah keluarga kecil yang masing masingnya fokus menyantap nasi goreng mereka. Sang kepala keluarga sesekali melirik jagoannya yang makan sambil senyum senyum tak jelas. Sang ratu kanjeng berkali kali memelototkan matanya pada sang suami agar tak banyak tanya, membiarkan saja anak mereka bertingkah ta waras semaunya. Mungkin pertanda jatuh cinta.
Hingga akhirnya sang ratu kanjeng buka suara, baru sadar ada satu anggota lagi yang tak ikut hadir. "Al, si An kemana?" yng ditanya malah cuek bebek sambil senyum senyum tak jelas. Si Bunda berdecak lalu memukul pelan piringnya memakai sendok. Dua pria kesayangannya itu langsung mendongak menatap ke arahnya.
"Kamu ditanya malah senyam senyum senyam senyum"
"Emang bunda nanya apa?" Ujar Ali sambil memasag tampang polos bagai bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia.
"Makanya jangan cengar cengir mulu!"
Mendapat omelan pagi, Ali cemberut. Sang kepala keluarga pun tertawa jahat dalam hati, puas melihat anaknya terkena amukan si kanjeng yang sedang dalam periode bulanannya.
"Iya bunda maaf"
"An kemana? Apa belum bangun dia?"
"Nggak tau Bun, udah kali ah kan si Papa udah pulang malem"
"Oh, coba telpon dulu takutnya mereka masih tidur"
Ali hanya mengangguk mengiyakan perintah Ratu Kanjeng, tanpa berlama lama, jarinya mencari cari kontak Andin lalu menelponnya. Selang beberapa detik terlponnya tersambung.
"Paan?" Ujar seseorang di sebrang sana.
"Udah bangun lu?"
"Udahlah! Malahan gua mah udah di sekula keles"
Ali mengernyitkan dahinya, "Widihh tumben berangkat pagi, kenapa kaga bareng?"
"Sekalian bareng si Papa, dah ah gua mau lanjut molor, bye!"
Tut tut tut dan telponnya terputus begitu saja. Ali mendengus, tumben sekali anak itu sudah sampai di sekolah padahal mau dia ada jadwal piket atau tidak, pasti berangkatnya always beurang alias siang.
"Udah berangkat Al?"
Ali mematikan ponselnya lalu menaruhnya di kantung. "Iya katanya Bun bareng si Papa"
"Oh, yaudah cepetan abisin makannya, lelet amat sih, Andin aja udah berangkat tuh!"
Ali melongo, mulutnya terbuka lebar. Kenapa? kenapa jadi diriya yang disalahkan lagi oleh si Ratu kanjeng? Padahal kan dia hanya menuruti perintah si Bunda untuk menelpon Andin tadi.
Apa salah dan dosaku Kanjeng? Batin Ali menangis pilu.
"KKKKkkk"
Sret! Ali memicingkan matanya pada si Ayah yang pura pura tersedak setelah tadi menertawainya.
"Uhuk uhuk, bun air..uhuk"
"Ayah kenapa sih? Makan yang bener jangan ngeledek anaknya terus!" omel si Bunda lalu menyodorkan air putih ke arahnya. Ali memasang smirknya sambil menaik turunkan alisnya. Kena juga kan semprotan si Bunda di pagi hari, suruh siapa jadi seorang Jahil daddy.
"Loh kok ayah lagi keselek malah diomelin Bun"
"Ngomong terus! Cepetan abisin!"
Ayah hanya mengangguk cepat lalu memakan kembali nasi gorengnya. Sambil menyuapkan nasi ke mulut, sambil melirik pula anaknya yang tersenyum penuh kemenangan. Ayah mendelik sambil menendang betis anaknya yang mendesis tertahan karena dimulutnya sedang penuh oleh nasi. Ayah hanya memasang wajah stay cool padahal sedang tertawa jahat dalam hati. senangnya bisa menyiksa anaknya sendiri. Kkkkk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elephant On Cloud
Ficção AdolescenteAku tau semua ucapanmu hanya sekedar mempermainkan aku, tak lebih dan aku pun tak boleh berharap lebih. kau yang agak sinting, sangat menyebalkan, perilakumu, kegilaanmu, semua hal tentangmu, dan hal konyol tentang dunia kita. Membuat aku menyimpulk...