6 | Rasa bersalah

155 41 36
                                    

Gadis itu sedang mengatur sepedanya agar terparkir rapi diantara sepeda motor milik murid lain. Dengan hati-hati, ia menaruh sepeda tersebut di pembatas lahan parkir agar sepeda miliknya tidak akan terjatuh saat disenggol murid lain yang ingin mengambil sepeda motor.

Ia melihat sekeliling, memerhatikan setiap orang yang berlalu lalang di depannya. Ada yang membuatnya merasa berbeda hari ini, ia tidak disambut oleh ucapan alay dari sang pacar.

Merasa tak menemukan orang yang ia cari, Indy memilih berjalan menuju kelas. Tidak apa-apa jika Devan tidak menyambutnya kali ini, itu artinya ia bisa sampai di kelas lebih cepat dan tidak akan melihat orang-orang yang menatapnya dengan sorot merendahkan.

Jadi, ia memilih melangkah dengan tempo cepat sebelum cowok itu melihatnya.

"Bodyguard lo mana?"

Pertanyaan dari orang di belakangnya membuat Indy menghentikan langkah. "Bodyguard? siapa?"

Anna menghela napas saat mendengar kalimat temannya itu. Ia menyamakan langkah dengan Indy sebelum kembali bersuara. "Ya, Kak Devan, lah," jawabnya kemudian menarik tangan Indy untuk kembali melangkah, "Biasanya, 'kan, Kak Devan yang rela telat masuk kelas demi nganterin lo sampe kelas."

Ia sekarang mengerti kemana arah pembicaraan Anna. "Nggak tau, telat kali."

"Masa, sih?" tanya Anna tidak percaya, "Bukannya Kak Devan telat cuma gara-gara elo, ya?" lanjutnya kemudian tertawa.

"Apaan, sih, Anna!"

"Sorry-sorry. Tapi lo harus bersyukur banget loh bisa dapetin hatinya salah satu idola sekolah," kata Anna. Ia benar-benar tidak menyangka akan hal ini.

Sebelah alis Indy terangkat. "Harus sebersyukur itu?"

Anna langsung menjawab dengan anggukan kepala cepat. "Seorang Indyra Jasmine, yang bukan termasuk idola sekolah SMA Surya Aksara, yang taunya cuma belajar dan belajar bisa naklukin hati Devan Wisnu Ginata." Anna menjeda ucapannya, kemudian bertepuk tangan sebelum kembali melanjutkan, "Wow! Bangga gue sama lo!"

Mendengar kalimat itu, Indy sama sekali tidak merasa sedang dibanggakan, sebaliknya ia justru merasa dijatuhkan tanpa temanya itu sadari. Lagi-lagi, ia merasa tidak pantas jika harus berada di sisi Devan.

Indy melirik gadis di sebelahnya kemudian berucap, "emang, seenggak pantes itu, ya, gue dapetin Devan?"

"Enggak gitu Ndy, kan gue bilang lo harus bersyuku-"

"Gue boleh nanya enggak?" tanya Indy memotong ucapan Anna, "Tapi lo harus jawab jujur."

Dengan sedikit keraguan, gadis itu mengangguk.

"Menurut lo, yang kurang dari gue apa, sih?"

Tak mengerti dengan ucapan Indy, Anna diam cukup lama sebelum kembali bertanya, "maksudnya?"

"Apa yang kurang dari gue sampe gue pantes diakui cantik?"

Melihat sorot mata serius yang dipancarkan Indy, ia menyadari kalau pertanyaan ini memang harus dijawab tanpa candaan ataupun kebohongan.

"Elo cantik, Ndy."

Indy berdecak mendengar jawaban Anna. "Males ah gue ngomong sama lo," katanya kemudian mempercepat tempo langkahnya.

"Eh-eh, Indy tungguin gue!"

Indy memilih mengabaikan seruan Anna dan tetap mempercepat langkahnya.

🍃🍃🍃🍃

Hiruk pikuk kantin langsung menyambut telinga Indy saat baru saja melangkah di area itu. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru kantin, namun, tidak juga menemukan orang yang sejak tadi pagi ia cari.

All About JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang