9| Kedatangan yang tersayang

111 19 12
                                    

Vote dan komen kalian aku tunggu, ya❤️ happy reading!

••••

Bantal pink itu sudah basah akibat air mata yang menetes sejak tadi. Indyra meringkuk di atas kasur. Kalimat yang diucapkan Gunawan tadi menggores hatinya cukup dalam. Gadis itu adalah tipe anak yang selalu menururti setiap perkataan orangtuanya, tetapi apakah ia harus menurut untuk hal seperti ini?

Suara dari ponselnya membuat gadis itu melirik. Dari pop up yang muncul dapat terlihat pesan itu berasal dari Devan. Di saat seperti ini, bukan waktu yang tepat untuk membalas pesan-pesan yang masuk, bahkan tidak ada niatan untuk membacanya.

Gadis itu membalikkan tubuhnya dan merapatkan matanya saat melihat bayangan seseorang di luar kamarnya, tak lama kemudian pintu itu terbuka. Seperti biasanya, jika Indy baru saja dimarahi, mamanya akan masuk dan berusaha menenangkan. Namun, entah karena apa untuk kali ini, ia sama sekali tidak ingin ditenangkan oleh mamanya.

Indyra dapat merasakan mamanya duduk di sisi lain kasur, dan mengelus kepalanya lembut. Seketika matanya terbuka lebar, ia masih ingat siapa orang yang selalu bersikap seperti ini kepadanya. Orang yang sekarang berada di belakang tubuhnya ini bukan mamanya melainkan ....

"Nggak usah pura-pura tidur," kata orang itu.

Senyum Indyra mendadak tercetak, ia memilih duduk dan memeluk orang itu erat. Rasa sedihnya yang semula menyelimuti mendadak lenyap entah kemana.

"Mas Tirta!" serunya setelah memeluk tubuh cowok itu.

Cowok itu bernama Tirta Pratama, abang kandung Indyra yang sudah beberapa bulan tidak pulang ke rumah karena kesibukanya. Menjadi salah satu personil band beraliran indie pop, membuatnya harus rela mengorbankan waktu dengan keluarganya demi kesuksesan yang akan menantinya di luar sana.

"Kamu bandel, ya? Makanya dimarahin papa?" saat ia masuk ke rumah beberapa menit yang lalu, ia mendapati papa yang diam dengan wajah kesal dan mama yang berusaha memberi pengertian. Tidak perlu bertanya apa yang terjadi, ia sudah bisa menebak dengan sendirinya.

Pertanyaan tersebut tidak langsung dijawab oleh Indy, ia membiarkan pertanyaan-pertanyaan itu menghilang diantara rasa rindu yang menggebu.

Usianya memang masih dua puluh satu tahun, tetapi sikapnya sudah lebih dewasa dari yang terlihat. Ia mengelus kepala adiknya lembut. Perlakuan seperti inilah yang selalu Indy rindukan setiap kali abangnya mengisi acara di luar kota.

"Kenapa nangis?" tanya Tirta saat merasakan air mata menetes di bahunya.

Adiknya itu menggeleng. "Kangen," katanya berusaha tenang, tetapi Tirta sudah mengerti apa yang terjadi saat mendengar suara serak adiknya.

Cowok itu ingin melepaskan pelukan tersebut tetapi Indy menggelengkan kepalanya.

"Ada apa?" Suara lembut Tirta selalu hangat saat terdengar.

Ponsel milik Indy berdering menampilkan nama 'Devan' di layarnya. Dengan gerakan cepat, Tirta meraih ponsel tersebut. Indy terkesiap, ia melepas pelukan dan berusaha mengambil benda itu dari tangan Tirta.

"Pacar?" tanya Tirta dengan alis terangkat.

"Bukan Mas, siniin handphone-nya!" seru gadis itu sembari meraih ponsel yang Tirta angkat tinggi-tinggi.

Cowok itu berdiri kemudian menggeser ikon hijau di sana. "Hallo?"

Baru satu kata yang keluar dari mulut Tirta, gadis itu sudah berhasil mengambil kembali ponsel miliknya. Ia kembali duduk di atas kasur dengan bibir yang ia tekuk karena sebal.

All About JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang