15 | Tak berarti apa-apa

66 11 1
                                    

Hari-hari baru Indyra Jasmine akan dimulai pada hari ini. Setelah menyiapkan diri cukup lama, sekarang ia tersenyum menghadap cermin. Meskipun tubuhnya masih terlihat kurus, setidaknya ia cukup puas dengan wajah yang ia rias hari ini. Bulu mata lentik yang ia hitamkan dengan mascara, bibir mungil yang ia lapisi dengan lipt tint berwarna pink dan tidak lupa dengan rambut panjang lurus yang hari ini sengaja ia gerai.

Hari ini ia tampil sebagai Indy yang berbeda. Sebagai Indy yang tidak akan dipandang sebelah mata. Orang-orang akan melihat bahwa dirinya juga pantas dianggap cantik, dirinya pantas berjalan seiring dengan Devan.

"Indy, belum selesai?" suara Tirta dari luar kamar membuatnya tersentak dan segera memakai masker kain juga kacamata sebelum bergegas keluar.

Tepat saat selangkah ia melewati pintu, ia dapat menangkap jelas kebingungan di wajah abangnya. "Kenapa, Mas?" tanya Indy dengan kepala menunduk, takut kalau Tirta manyadari adiknya berangkat sekolah dengan riasan wajah.

Alis Tirta mengernyit, saat menyadari ada yang aneh dari adiknya. Namun, karena ia tidak menemukan keanehan itu, kepalanya menggeleng pelan sebelum menjawab, "Nggak apa-apa."

Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Untung saj aTirta tidak menyadari dengan perbedaannya hari ini, mungkin karena tertutupi oleh masker yang ia gunakan.

Tirta menarik adiknya keluar menuju motor matic miliknya, tetapi Indy masih enggan untuk naik. Ada sedikit keraguan dibenaknya saat memutuskan untuk berangkat sekolah dengan make up ini. Sejujurnya, ini pertama kalinya Indy memakai make up ke sekolah.

Ia tau, make-up yang ia gunakan hanya memberi warna cerah pada wajahnya, dan itu tidak berlebihan. Tetapi ragu masih saja menguasai diri, bagaimana jika orang-orang justru memandangnya tidak suka. bagaimana jika orang-orang malah membully saat melihat Indy dengan keadaan seperti ini?

"Kenapa?" tanya Tirta saat menyadari adiknya tidak kunjung duduk di jok belakang.

Kesadaran Indy tertarik kembali saat mendengar suara Tirta. Ia mendongak menatap Abangnya yang kini melihatnya dengan alis mengerut.

Dari balik masker, Indy berusaha tersenyum. "Enggak apa-apa," jawab gadis itu singkat lalu bergerak menuju motor milik sang abang.

Motor matic itu bergerak setelah dua orang itu memakai helm.

Jarak antara rumah dan sekolah Indy tidak terlalu jauh, itu artinya mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di SMA Surya Aksara. Hanya lima menit waktu yang mereka butuhkan untuk menerobos jalanan.

Saat ini, motor putih itu sudah berhenti di gerbang sekolah. Gadis yang duduk di jok belakang sudah turun dan membuka helm. Tirta, mengusap lembut kepala Indy sebelum ia melajukan motornya untuk kembali ke rumah.

Indy memang menjadi adik yang paling ia sayang, tetapi bukan berarti ia tidak menyayangi adiknya yang lain, hanya saja saat ini Indy-lah yang membutuhkan kasih sayang lebih darinya. Sementara Vania, Tirta rasa gadis itu sudah cukup kuat untuk bertahan dengan sikap sang papa yang mementingkan egonya sendiri.

"Baik-baik di sekolah, bilang sama Mas kalo pacar kamu itu nggak ngejaga kamu dengan baik," kata Tirta.

Ucapan abangnya membuat Indy tertawa sebentar, kemudian mengangguk.

🍃🍃🍃

Mobil hitam itu baru berhenti di parkiran sekolah, sang pemilikpun ikut turun saat benda itu sudah benar-benar terparkit. Hal pertama yang menyambut Devan saat turun dari mobilnya adalah tatapan orang-orang yang tertuju padanya. Alisnya mengernyit memperhatikan orang-orang tersebut karena bingung.

All About JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang