13 | Hari paling menyebalkan

71 14 3
                                    

"Lo nggak daftar lomba bintang kelas?"

Zia yang sedang menyalin perkerjaan rumah menoleh saat mendengar pertanyaan Davin. Baru saja ia membuka mulut, tetapi jawaban Devan membuat mulutnya tertutup rapat.

"Lo gila, ya? Masa Gorila kuntet begini lo tawarin jadi bintang kelas," serunya kemudian terkekeh kuat. Kekehan itu tak bertahan lama saat sebuah buku tebal menghantam kepalanya.

"Eh, komodo laut! Mau ngeremehin Zia?" kepala gadis itu terangkat, seolah-olah menantang sahabat cowoknya itu.

Devan membelalakan matanya lebar kemudian berucap dengan dramatis, "Astaga naga! Devan Wisnu Ginata yang ketampanannya setara dengan Kim Taehyung, lo katain komodo?" cowok itu menggelengkan kepalanya sedih.

"Nu, temenenin gue ke kantin, yuk! Pusing gue liat dua orang gesrek ini kalo udah berantem," ucap Davin. Ia tahu, pertengkaran yang hampir setiap hari terjadi ini tidak akan mereda dengan cepat.

Setelah Danu mengangguk, mereka pergi meninggal Devan dan Zia yang masih berseteru.

"Najis banget, iyuh!" seru gadis itu menatap cowok itu dengan jijik.

"Akuin aja kenapa sih?" ucap cowok itu dengan percaya diri.

Tatapan Zia berubah prihatin. "Kasihan banget, sih, Indy punya cowok kayak Devan." ia menggelengkan kepalanya tidak percaya, "kenapa mau, ya, sama Devan yang begini? Atau jangan-jangan Devan pelet, ya?" matanya melebar saat tuduhan itu terlontar.

Percaya diri yang tadi Devan tampilkan kini runtuh saat kalimat itu terdengar. "Lo gila?" tanya cowok itu dengan punggung tangan yang ia letakkan di dahi Zia.

Gadis itu tertawa kuat melihat ekspresi sahabatnya. "Sedikit," ucapnya santai kemudian kembali lanjut menulis.

Baru beberapa kata tertulis, Zia kembali mengangkat kepala menatap Devan. "Indy beneran daftar lomba bintang kelas?" sebelah alisnya terangkat.

Dari yang ia dengar, gadis itu sama sekali tidak tertarik dengan lomba atau ekskul yang berhubungan dengan kecantikan. Hal inilah yang membuat Zia cukup bingung saat melihat nama-nama peserta di mading tadi.

Devan mengangguk. "Gue yang daftar," ucap Devan dengan mata yang menatap ponsel.

"Hah?" Zia cukup terkejut mendengar penuturan tersebut, ia tidak mengerti dengan pemikiran sahabatnya ini. Devan tidak mungkin lupa bahwa gadis itu hanya ingin belajar dengan tekun di sekolah ini tanpa mengikuti lomba atau ekskul apapun.

"Devan yakin?"

Cowok itu mengangguk kemudiam menatap Zia. "Indy selalu insecure, dia selalu ngerasa kalo dia jelek."

Zia tak mengerti dengan maksud Devan. "Terus dengan cara ini Devan mau bikin Indy sadar kalo dia itu cantik?"

"Yaps! Tumben sahabat gue pinter!" seru Devan kemudian membuka salah satu buku di atas meja Zia.

Sekarang gadis itu mengerti, tindakan Devan adalah bentuk usaha agar pacarnya tidak lagi merasa insecure. Agar pacarnya selalu bersyukur dengan wajah dan tubuh yang ia miliki sekarang.

Kumpulan lirik lagu yang Zia ciptakan

Tulisan itu tertera di sampul buku tersebut, satu ide terlintas di benaknya saat mengingat Indy juga suka bernyanyi. Ia melihat Zia yang sudah kembali menyalin tugas.

"Kanzia Razita istrinya Zayn Malik, boleh bantuin gue, nggak?"

Jika biasanya kalimat hinaan yang keluar dari mulutnya untuk Zia, tetapi tidak untuk kali ini. Ia harus memuji gadis itu agar mau membantunya.

All About JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang