CHAPTER 42

3.1K 500 105
                                    

Sama seperti kemarin, sejak datang ke vila ini Lula terus saja berusaha menempel dengan Agam tanpa peduli dengan tatapan orang lain padanya. Lula menebalkan muka untuk menarik perhatian Agam bahkan dia sudah nekat akan menyatakan cinta pada Agam hari ini. Semua itu sudah dia bicarakan dengan Aiza dan gadis itu tentu saja mendukungnya. Aiza pun berharap jika Lula bisa berjodoh dengan Abangnya itu.

"Ada yang perlu gue bantuin gak?" tanya Agam menghampiri Sofia dan Eiliyah yang sedang berada di dapur.

"Enggak perlu, ada gue ini suami siaga yang siap bantuin bini gue" sahut Raymond yang baru saja datang menghampiri mereka.

Agam mendelik sinis Raymond lalu beralih menatap kedua sahabatnya, memberi kode lewat mata untuk menolongnya dari Lula.

Sofia yang cepat tanggap langsung menarik tangan Agam. "Oh iya, baru ingat gue"

"Kamu jangan pegang-pegang cowok lain dong beib, aku jealous nih" Raymond langsung melepas tangan istrinya yang memegang Agam.

"Please deh Ray, ini Agam sahabatku. Kamu gak perlu jealous" tegur Sofia.

"Temani aku yuk Gam" malas melihat perdebatan suami istri itu, Eiliyah langsung mengambil tindakan, dia menarik Agam pergi dari sana.

Melihat Lula yang hendak menyusul Agam, Sofia segera menghadangnya. "Tolongin gue dong"

"Tolong apa Kak?" tanya Lula.

"Bawain buah-buahnya ke depan" Sofia menyerahkan buah-buahan yang sudah dicucinya pada Lula. "Ibu hamil gak boleh bawa yang berat-berat" lanjut Sofia mendorong pelan punggung Lula agar pergi ke depan, terpaksa Lula menuruti permintaan Sofia.

"Kenapa gak aku aja sih beib yang bawain?" tanya Raymond.

Bukannya menjawab, Sofia malah menarik tengkuk suaminya dan mencium bibir Raymond. Raymond yang awalnya kaget langsung membalas ciuman Sofia. "Kita ke kamar" Raymond mengangkat kedua kaki Sofia agar melingkar dipinggangnya lalu berjalan menuju kamar dengan Sofia yang masih dalam gendongannya.

Setelah berada di lantai dua akhirnya Eiliyah menghentikan langkahnya. "Pusing deh lihat Ray dan Sofia, suka gak jelas banget"

Agam diam, fokusnya menatap tangannya yang digenggam Eiliyah. Eiliyah mengikuti arah pandang Agam, tersadar dia langsung melepas tangannya.

"Emang dari dulu gitu kan" ucap Agam

"Iya sih" jawab Eiliyah membenarkan. "Eh iya, kamu kenapa sih menghindari Lula?"

"Gak nyaman aja ditempelin mulu sama dia" jawab Agam.

"Cantik loh Gam"

"Iyalah, gak mungkin ganteng kan?" sahut Agam asal.

"Aku serius loh Gam"

"Ei,, please kita jangan bahas yang kayak gini" pinta Agam menatap Eiliyah lekat.

"Kita mau disini aja nih?" tanya Eiliyah memalingkan muka kearah lain.

"Udah kamu ke depan aja duluan, aku mau ngambil catur" suruh Agam.

"Bisa sendiri?"

"Bisalah" jawab Agam tertawa geli karena pertanyaan Eiliyah.

"Ya udah, aku ke depan dulu"

"Iya" angguk Agam.

Agam membuka lemari tempat dia menyimpan papan catur. Agam diam sejenak menatap telapak tangannya yang tadi digenggam Eiliyah lalu tersenyum sendiri.

"Bang Agam"

Agam tersentak kaget saat Lula tiba-tiba sudah berdiri dibelakangnya. Perempuan ini rupanya menyusulnya kesana.

FriendZone?✔️ (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang