CHAPTER 45

3.1K 530 107
                                    

Sejak perdebatannya dengan Ela, Agam memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemenya, dia sengaja menghindari semua anggota keluarganya termasuk Opa Arman dan Oma Ratna meski begitu Agam tetap bekerja di kantor milik ayahnya sebagai bentuk tanggung jawab. Agam memilih menyendiri karena tidak ingin kembali diusik mengenai perasaannya terhadap Eiliyah, tidak ada yang bisa memaksanya untuk berhenti mencintai Eiliyah dan berpaling pada wanita lain.

Agam juga sudah mendengar jika Ela telah bicara dengan ibu Lula mengenai perjodohannya, membuat Agam semakin menjauh. Agam benar-benar tidak habis pikir dengan ibunya yang tiba-tiba menjadi pemaksa. Ela boleh merencanakan apapun yang dia mau tapi jangan harap Agam akan menurutinya. Dia tidak akan bermain-main lagi untuk hidupnya.

Agam juga tidak habis pikir terhadap Lula yang menerima perjodohan itu meski belum secara resmi padahal sudah jelas jika Agam telah menolaknya.

"Agam tunggu, Papa mau bicara" panggil Andre saat Agam hendak keluar dari ruang meeting. "Ikut keruangan Papa" perintahnya tak ingin dibantah.

Agam sempat melirik tajam pada Aiza dan Lula yang juga berada disana sebelum menyusul Andre keruangannya.

Aiza menghela napas, dia merasa tidak nyaman dengan sikap Agam padanya. Agam memperlakukannya seperti orang asing, tidak pernah Agam semarah ini padanya. Aiza sungguh menyesal jika tindakannya membuat Agam semakin menjauh.

"Lo yakin mau menerima perjodohan itu? Lo sendiri taukan kalau Bang Agam gak punya perasaan apa-apa. Dia bahkan udah nolak lo" kata Aiza memastikan.

"Gue yakin suatu saat nanti Bang Agam akan bisa membuka hati buat gue. Awalnya gue udah patah semangat tapi saat nyokap gue cerita tentang rencana perjodohan itu semangat gue balik lagi, gue pikir mungkin ini cara Tuhan untuk menjodohkan gue dengan Bang Agam"

"Gue harap semua berjalan lancar" ucap Aiza.

***

"Kenapa kamu gak tinggal di rumah Opa? Kamu juga udah gak pernah pulang ke rumah"

"Agam tinggal di apartemen"

"Kenapa?"

"Agam butuh sendiri"

"Kamu marah sama Mama?" tebak Andre.

Agam tidak menjawab pertanyaan ayahnya. Sebenarnya Agam tidak marah, dia hanya kecewa pada keputusan Ela.

"Agam gak bisa menuruti keinginan Mama. Agam gak akan pernah menerima perjodohan itu" tegasnya.

Andre mengangguk paham. "Papa mengerti, kamu tenang aja. Jika memang kamu tidak menginginkannya maka Papa tidak akan membiarkan hal itu berlangsung. Mama mu hanya sedang kalut. Dia terlalu takut Gam"

Tanpa sadar Agam mendengus. "Mama takut Agam ganggu rumah tangga Ei?"

"Dia hanya takut kamu khilaf"

"Agam tau mengendalikan diri Pa"

"Baiklah, Papa paham. Nanti Papa akan bicara dengan Mama"

"Tapi Mama sudah terlanjur bicara dengan orang tua Lula, Pa. Harusnya Mama gak bertindak sejauh itu dengan melibatkan orang lain"

"Itu hanya pembicaraan saja, belum secara resmi"

"Tetap aja Mama sudah keterlaluan"

Andre menghela napas. Dia pun setuju jika istrinya sudah bertindak terlalu jauh, Andre paling tidak suka ikut campur dengan kisah cinta orang lain walau itu anaknya sendiri, seperti dulu dia tidak pernah ingin ikut campur pada masalah Agam yang terus saja membantah perasaannya pada Eiliyah. Andre juga benci perjodohan karena menurutnya pasangan hidup itu harus dipilih sendiri karena orang itu yang akan menjalaninya.

FriendZone?✔️ (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang