Setelah turun dari motor Agam, Eiliyah langsung berjalan masuk ke dalam kelas tanpa menunggu Agam terlebih dahulu. Agam buru-buru memarkirkan motornya lalu menyusul Eiliyah.
Agam menahan tangan Eiliyah agar gadis itu menghentikan langkahnya.
"Apaan sih?" Sewot Eiliyah menghentakkan tangannya agar terlepas dari pegangan Agam.
"Ngapain sih buru-buru amat belum bel juga, lagian kita juga gak ada pr. Lu kan baru sembuh, pelan-pelan aja jalannya" kata Agam.
"Bodo!!" Eiliyah berlalu meninggalkan Agam. Agam menghela napas mencoba bersabar, dia berjalan di belakang Eiliyah.
Sofia yang sudah lebih dulu tiba di kelas merasa heran melihat Eiliyah datang bersama Agam.
"Lu udah baikan sama Agam?" Bisik Sofia ketika Eiliyah sudah duduk di sebelahnya.
Eiliyah hanya mengangkat bahu acuh.
Enggar dan Erlan masuk ke dalam kelas, dia menyapa Eiliyah dan Sofia.
"Udah sehat Ei?" Tanya Erlan.
"Udah mendingan" jawab Eiliyah.
Enggar melirik Agam sejenak, pemuda itu sedang sibuk bermain game di ponselnya. Enggar lalu mendekatkan kepalanya pada Eiliyah. "Tadi kok lu bisa bareng Agam?" Tanya Enggar penasaran.
"Ini gara-gara Bang Ardhan gak bisa nganterin gue dan Agam udah ngejoglok aja di rumah gue" jawab Eiliyah berbisik.
"Usaha banget tu dia biar dapat maaf dari lu" cetus Erlan.
"Maafin aja lah Ei, gue sih gedek kalau ingat kelakuannya kemarin tapi kasihan juga lihatnya" kata Sofia tidak tega juga.
"Kita sih ngikut lu aja Ei" kata Erlan.
Eiliyah melirik Agam. Teringat olehnya bagaimana Agam yang dia tau menjunjung tinggi harga dirinya, rela bersujud di hadapannya bahkan sampai menangis demi mendapatkan maaf darinya. Jika Eiliyah pikir-pikir lagi Agam tidak sepenuhnya salah, tentu jika Agam tau bagaimana kelakuan Bima terhadapnya selama ini maka dia tidak akan mungkin mau mendekatkan Eiliyah dengan Bima. Salahnya juga yang menutupi kelakuan buruk Bima selama ini terhadapnya, bahkan Eiliyah meminta ketiga sahabatnya untuk tidak mengatakan tentang Bima pada Agam.
Saat jam istirahat, Agam langsung menghampiri Eiliyah. "Ayo Ei kita ke kantin, lu pokoknya jangan sampai telat makan. Nanti lu sakit lagi" Agam langsung menggenggam tangan Eiliyah dan membawanya ke kantin.
"Tungguin gue" seru Sofia segera menyusul Agam dan Eiliyah yang sudah melangkah lebih dulu.
"Mesti banget ya gandengan gini?" Tanya Eiliyah merasa risih karena di perhatikan oleh murid-murid lainnya.
"Iyalah kan lu masih lemas, ntar pingsan lagi kalau gak gue gandeng" jawab Agam.
"Lebay" cibir Sofia.
"Lu mau gue gandeng juga? Sini.." Agam langsung menarik tangan Sofia dengan tangan kirinya dan menggenggamnya.
"Idih lepasin tangan gue, dah kayak selir lu aja nih gue sama Ei jalan di kanan kiri lu sambil gandengan gini" gerutu Sofia.
Agam tertawa keras mendengarnya tapi tetap tidak melepaskan genggaman tangannya pada kedua sahabatnya itu.
Agam melihat Enggar dan Erlan yang sudah lebih dulu berada di kantin, dia tersenyum senang lalu mengajak Sofia juga Eiliyah agar bergabung dengan kedua sahabat mereka itu setelah dia memesan makanan yang ingin mereka makan.
Enggar dan Erlan saling lirik merasa aneh karena Agam terus saja tersenyum pada mereka.
"Kesambet lu?" Tanya Enggar ngeri.
Agam menggeleng dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.
"Terus kenapa lu nyengir mulu kayak gitu?" Kali ini Erlan yang bertanya.
"Gak apa-apa, gue senang aja soalnya udah lama rasanya kita berlima gak ngumpul bareng gini" jawab Agam. "Maafin gue ya guys atas ketololan gue tempo hari. Gue benar-benar nyesel" sesalnya.
"Gue sih ngikut Ei aja karena kan Ei yang jadi korbannya, kalau Ei maafin lu. Kita juga" jawab Enggar.
Agam menatap Eiliyah penuh harap.
Eiliyah menghela napas pendek. Katakanlah dia bodoh tapi Eiliyah memang tidak bisa marah lama-lama pada Agam. "Ya udahlah kita lupain aja masalah kemarin. Gak usah di ungkit-ungkit lagi" ucap Eiliyah akhirnya.
"Beneran Ei? Lu maafin gue?" Tanya Agam antusias.
"Iyaaa"
"Makasih Ei sayang" Agam langsung membuat Eiliyah sakit senangnya, Agam tidak tau saja jika tindakannya ini justru membuat Eiliyah salah tingkah.
*****
Akhir-akhir ini Agam dan sahabat-sahabatnya sudah tidak pernah lagi nongkrong karena mereka sudah mulai sibuk untuk persiapan ujian akhir nasional. Agam yang masih menginap di rumah Oma Ratna sering menghabiskan waktu untuk belaajar bersama dengan Eiliyah, tidak jarang pula Enggar, Erlan dan Sofia ikut belajar bersama di rumah Eiliyah.
"Pokoknya kita harus kuliah di kampus yang sama, gue gak mau kita pisah-pisah" tekan Sofia.
"Gue sih ngikut aja, yang penting di kampus itu ada jurusan yang gue mau" sahut Erlan yang ingin masuk jurusan teknik.
"Gampanglah, kita masuk kampus Persada aja. Jurusannya kan lengkap tu" kata Enggar.
"Lu udah mikirin Gam mau masuk jurusan apa nanti?" Tanya Eiliyah.
"Ya apalagi Ei kalau bukan jurusan bisnis. Bokap gue kan udah nekanin banget dari gue masih SMP kalau gue yang bakal jadi penerusnya mimpin perusahaan" jawab Agam.
"Ciee,, Bos kita" goda Sofia.
"Lu jadikan Sof ngambil jurusan desain bareng gue?" Tanya Eiliyah.
"Jadi dong babe, kita inikan gak terpisahkan" jawab Sofia. "Kalau lu Nggar?" Tanya Sofia menoleh pada Enggar.
"Kalau gue ambil Dokter dong, biar gue bisa nyembuhin hati para gadis" jawabnya dengan mata berbinar.
"Dasar soak lu" mereka melempari Enggar dengan kacang kulit yang ada di meja.
Perlahan mereka sudah mulai menata masa depan mereka masing-masing.
______________
🖊WindaYesung
📆Jambi, 29 September 2018Ceritanya saya revisi ya, di ubah mereka saat ini udah kelas tiga SMA biar cepat masuk masa kuliahnya..
Kelamaan ntar malah bosan. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone?✔️ (PDF)
Ficción GeneralKami sudah saling mengenal semenjak terlahir ke dunia, mulai berteman semenjak mengerti akan kehidupan.. Bertahun-tahun menjalani persahabatan dengannya dan entah mengapa tiba-tiba perasaan itu muncul. Cinta.. Bagaimana aku akan mengatasimu? Aku ter...