Agam sedang berolahraga tinju di rumahnya, dia begitu semangat memukul samsak dihadapannya. Peluh keringat sudah membanjiri wajah dan sekujur tubuhnya. Terbayang olehnya bagaimana pria bernama Kendra itu menatap Eiliyah dan juga godaan yang dilontarkan Kendra terhadap Eiliyah. Eiliyah bahkan memanggil pria itu dengan panggilan Mas. Entah mengapa semua itu membuat Agam emosi.
"Wih semangat amat Bang" Aiza menghampiri Agam tapi pemuda itu tidak menyahuti perkataannya dan terus memukul samsak tinju itu.
"Ada cewek tu nyariin Abang, namanya Bianka. Katanya dia pacar Abang" lanjut Aiza memberitahu.
Mendengar tentang kedatangan Bianka di rumahnya membuat Agam menghentikan kegiatannya. "Bianka? Kok dia bisa tau alamat gue ya?" pikir Agam bertanya pada diri sendiri karena mesti sudah beberapa bulan berpacaran dia belum sekali pun mengajak Bianka main ke rumahnya.
"Abang gonta ganti pacar mulu deh perasaan, mending sama yang jelas aja deh" cetus Aiza.
"Maksud kamu?" tanya Agam tidak mengerti, memangnya selama ini pacar-pacar dia tidak jelas?
"Kenapa Abang gak pacaran sama Kak Ei aja, udah jelas banget tu orangnya cantik, baik, asik juga dan udah kenal lama lagi" jawab Aiza.
"Ngaco kamu, Ei itu sahabat Abang selamanya. Gak akan berubah jadi yang lain" sanggah Agam.
"Awas nyesal ntar Bang, ingat gak ada yang namanya selamanya. Entar Kak Ei udah di ambil orang baru deh mewek-mewek" ujar Aiza.
"Anak kecil gak usah sotoy" Agam mengacak rambut adiknya lalu pergi menghampiri Bianka yang sudah menunggunya.
Agam tersenyum melihat Bianka duduk manis di ruang tamunya, melihat wajah cantik dan senyuman manis Bianka selalu membuatnya merasa tenang.
"Kamu kok bisa tau rumah aku, sayang?" tanya Agam.
"Aku tanya sama Enggar alamat rumah kamu. Rumah kamu nyaman banget ya" Bianka mengedarkan pandangannya kesekeliling rumah.
"Ya gitu deh" jawab Agam tidak lepas menatap wajah cantik Bianka.
"Aku dari tadi ngehubungin kamu tapi kamu gak jawab telepon aku" kata Bianka cemberut.
"Maaf ya sayang, tadi aku lagi di teras belakang. Hp aku ketinggalan di kamar" jawab Agam.
"Kita jalan yuk sayang, aku bosan nih" ajak Bianka.
"Gimana kalau kamu ikut aku nonton Erlan balapan?" usul Agam.
"Ayo" seru Bianka semangat.
Agam terkekeh melihat Bianka yang begitu bersemangat. "Bentar ya sayang aku mandi dulu, lihat nih aku keringatan gini"
"Biar keringatan gini kamu tetap ganteng kok" ucap Bianka mengedipkan matanya.
"Kamu bisaan banget ya gombalin aku" Agam mencubit pelan hidung Bianka dengan gemas.
Tidak jauh dari sana Aiza yang diam-diam mengintip mereka tampak menjulurkan lidah dengan tampak enek mendengar gombalan receh Bianka.
"Ngintipin siapa sih Dek?" tiba-tiba saja Ela sudah berdiri disamping Aiza, ikut mengintip apa yang di lihat oleh putri bungsunya itu.
"Mama ngagetin aja sih" Aiza mengelus dadanya.
"Itu siapa Dek?" tanya Ela menunjuk Bianka dengan dagunya.
"Pacar baru Abang, Ma" jawab Aiza.
Ela geleng-geleng kepala, Putranya itu sering sekali gonta ganti pacar sejak dulu.
"Heran deh sama Abang, ngapain gonta ganti pacar mulu. Mending sama Kak Ei lebih cocok" gumam Aiza.
Ela hanya mengangkat bahu, walau dalam hati dia juga sepemikiran dengan Aiza tapi Ela tidak ingin ikut campur masalah hati. Dia percaya Agam dapat memilih pasangannya sendiri.
***
Agam dan Bianka telah sampai di arena balap tempat biasa Erlan ikut balapan liar. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Enggar untuk menanyakan lokasi mereka karena sejak tadi dia sudah berusaha mencari tapi tidak kelihatan juga dimana posisi teman-temannya itu. Tangan Agam tidak lepas menggenggam tangan Bianka. Akhirnya dia melihat Enggar yang melambaikan tangan ke arahnya kemudian Agam mengajak Bianka menghampiri teman-temannya.
"Kalian sudah dari tadi?" tanya Agam ketika sudah menghampiri teman-temannya.
"Iya, lu lama banget sih datangnya. Erlan udah ready tu" gerutu Sofia.
"Macet" jawab Agam asal.
Eiliyah melihat tangan Agam yang menggenggam tangan Bianka lalu dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Eiliyah berusaha bersikap biasa saja walau pun hatinya terasa sakit. Enggar merangkul pundak Eiliyah walau dia sibuk mengobrol dengan teman disebelahnya tapi dia seolah dapat mengerti apa yang dirasakan oleh Eiliyah saat ini. Tanpa mereka sadari Agam menatap tidak suka melihat tangan Enggar yang sedang merangkul Eiliyah.
Erlan baru saja selesai balapan, dia menghampiri teman-temannya. Sayang sekali Erlan kalah walau hanya berjarak sedikit, untunglah kali ini mereka tidak sedang bertaruh mobil.
"Sayang banget tadi, dikit lagi lu menang" sesal Sofia.
"Tenang masih ada sesi kedua, kalian ada yang mau nemenin gue gak?" tanya Erlan pada Sofia dan Eiliyah.
"No, thanks! Jantung gue gak sekuat itu" tolak Sofia.
"Payah lu, ada Raymond juga tu bawa ceweknya" cibir Erlan.
"Bodo amat" dengus Sofia.
"Sama gue aja" seru Eiliyah yang langsung mendapat tatapan dari teman-temannya.
"Gak boleh!" larang Agam tegas.
"Apaan sih Gam, gue mau ikut pokoknya" kata Eiliyah tidak kalah tegasnya.
"Bahaya Ei" omel Agam.
"Bawel lu" Eiliyah langsung menarik tangan Erlan pergi dari sana menuju mobilnya.
"Ei.. Eiliyaaah" panggil Agam. Pemuda itu hendak menyusul Eiliyah dan Erlan tapi Bianka menahan tangannya.
"Udah deh sayang, biarin aja kalau dia mau ikutan" kata Bianka.
"Tapi bahaya Bi, gimana kalau sampai ada apa-apa?" Agam tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
"Ya resikonya sendiri" jawab Bianka cuek.
Sofia menatap Bianka tidak suka, dia pun sama seperti Agam yang juga mengkhawatirkan Eiliyah tapi Sofia pikir sahabatnya itu memang butuh sesuatu yang menguji adrenalin untuk bisa sedikit mengobati hatinya.
"Tenang aja Gam, percaya sama Erlan" ujar Enggar menenangkan.
Meski begitu tetap saja Agam tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya terhadap Eiliyah yang sudah berada di dalam mobil Erlan dan duduk disamping kemudi. Mobil sebelah Erlan tampak Raymond bersama teman wanitanya, dia mengedipkan mata genit pada Sofia dan memberikan ciuman jauh yang langsung mendapat tatapan sinis dari Sofia.
"Lu yakin kan Ei?" tanya Erlan memastikan sebelum balapan di mulai.
"Gue percaya lu gak akan bikin kita celaka, ayo menangin balapan ini buat Sofia. Kalahin dia" Eiliyah menunjuk Raymond dengan dagunya.
Erlan tersenyum mengangguk lalu dia pun sudah bersiap melajukan mobilnya. Ada empat mobil yang ikut balapan berpasangan saat itu. Balapan sengit terjadi antara Erlan dan Raymond yang memang terkenal sebagai saingan kuat di wilayah itu dalam balapan. Dan setiap kali melawan Raymond, Erlan pasti akan selalu berusaha menang demi membalaskan sakit hati Sofia karena telah dikhianati.
"Lupakan dia jika perasaan itu Cuma bikin lu sakit Ei" ucap Erlan pelan di tengah-tengah balapannya tapi masih bisa di dengar oleh Eiliyah walau suara Erlan berbaur dengan suara mesin mobilnya.
Air mata Eiliyah mengalir begitu saja, perasaannya dapat terbaca dengan mudah oleh orang disekitarnya tapi kenapa tidak dengan Agam?
Bersambung
🦂WindaYesung🦂
Jambi, 31 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone?✔️ (PDF)
Fiction généraleKami sudah saling mengenal semenjak terlahir ke dunia, mulai berteman semenjak mengerti akan kehidupan.. Bertahun-tahun menjalani persahabatan dengannya dan entah mengapa tiba-tiba perasaan itu muncul. Cinta.. Bagaimana aku akan mengatasimu? Aku ter...