Sejeong duduk dengan menekuk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya dikedua lengannya. Sejeong menangis. Menyesal telah melakukan kejahatan pada Irene.
Kematian Irene adalah ulahnya. Doa yang telah memutuskan kabel penghubung rem mobil. Sebenarnya dia menyesal. Sangat.
Sejeong terisak pilu kala mengingat kejahatan yang dia lakukan. Bohong kalau dia baik-baik saja. Nyatanya selama ini dia begitu ketakutan.
Dia bersembunyi dibalik sikap tegasnya dan keberaniannya dari semua orang. Berpura-pura bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tak ada satupun orang yang akan mengetahuinya nanti.
Dan sekarang, Sejeong tidak bisa membayangkan betapa marahnya Sehun nanti. Bukan nanti, tapi semalam Sehun sudah memarahinya, mungkin saat ini Sehun tidak hanya memarahinya tapi Sehun pasti Benar-benar membencinya.
***
Sehun menatap pemakaman istrinya. Tempat terakhir istrinya. Air mata Sehun jatuh tanpa diperintah.
"Maaf," Kata pertama yang diucapkan Sehun saat datang beberapa menit lalu.
Sehun menundukkan kepalanya, terisak kala mengingat kepergian istrinya.
Sehun tidak menyalahkan siapa-siapa disini. Dialah yang bersalah. Harusnya waktu itu, dia melarang Irene untuk tidak berteman ataupun berhubungan dengan siapapun.
Irene kalau kenal orang akan langsung akrab. Dan dia tidak akan melepaskannya begitu saja, Irene akan menganggap orang itu sahabat dekatnya bila perlu menjadi keluarganya.
Itulah salah satu kelemahan Irene, yang dengan mudah menerima siapapun tanpa tahu niat terselubung dibalik kebaikan mereka.
Alasan Sehun membiarkan Irene dekat dengan Sejeong karena Sehun melihat wajah cerah istrinya. Wajah bahagia seakan tidak punya beban. Dan setidaknya dia punya teman terdekat yang bisa menemaninya kapan kalau Sehun pergi.
Namun nyatanya, Irene harus pergi karena perbuatan seseorang yang sudah Irene anggap adiknya sendiri.
Sehun ingin marah, tapi Sehun bisa apa? Semuanya telah terjadi. Kalaupun Sehun marah, Irene tidak akan kembali.
Bukankah mengikhlaskan itu lebih baik? Maka dari itu Sehun berniat untuk mengikhlaskan semuanya dan berusaha memaafkan perbuatan Sejeong.
Bagaimanapun juga Sejeong yang menemaninya selama ini. Dan dia juga mencintai Sejeong. Tapi untuk kali ini, Sehun akan berusaha melupakan Sejeong.
Apapun yang terjadi, dia akan berusaha untuk melupakan Sejeong. Sehun jahat? Iya. Sehun tahu kalau Sejeong selama ini yang sudah menemaninya bahkan Sehun jatuh terlalu dalam dan mencintai wanita itu.
Lalu Sehun akan membiarkan dirinya bersama orang yang telah membunuh kesayangan? Itu tidak mungkin.
Sehun memang melupakannya, tapi Sehun tidak akan membencinya ataupun meninggalkannya.
Sehun tersenyum hangat menatap foto istrinya.
"Sudah lama aku tidak kesini. Aku tahu pasti kau akan berkata 'Jangan benci Sejeong. Dia adikku.' aku hafal betul sikapmu sayang. Maka dari itu aku tidak akan membencinya, tapi kalau berusaha melupakan cintaku kepadanya boleh kan?"
"Aku punya seseorang di apartement. Aku yakin pasti kau sudah tahu. Bukankah kau selalu menatapku dari atas? Dia Lalisa. Gadis bar-bar yang pernah kutemui."
Sehun terkekeh kalau mengingat segala hal tentang gadis itu. Sehun menggeleng kepalanya pelan.
Ini tidak benar. Harusnya dia tidak memikirkan Lisa disaat seperti ini. Tapi pikiran itu datang begitu saja dan membuatnya lupa akan masalahnya. Padahal Lisa tidak ada ditempat ini.