12

3.1K 319 39
                                    

Sudah dua bulan Taehyung menjalani sandiwara ini, berpura-pura mencintai pemuda Jeon ternyata tidak seburuk yang dipikirnya, ia hanya perlu menerima dan membalas aksi kecil yang Jungkook lakukan lagipula setelah melahirkan seluruh kebohongan ini akan berakhir.

"Sayang, kau harus datang besok. Aku akan menggelar pameran seni tunggal di Gangnam," ucap Jungkook dengan tangan yang telaten memijat lembut kaki Taehyung.

"Hm, jemput saja aku besok."

"Tidak bisa, aku akan pergi subuh. Dan disana juga aku pasti akan sibuk mengurus pameran, aku akan pesankan taksi. Deal?" Tawar Jungkook.

Taehyung menutup majalah yang sedang ia baca, menatap Jungkook tak setuju.

"Aku sedang tak ingin naik taksi."

Jungkook berpikir sebentar, kira-kira siapa yang dapat dimintai tolong untuk menjemput Taehyung.

"Ah, kalau begitu bagaimana jika temanku yang menjemputmu?"

"Teman yang mana?"

"Ingat tidak pria berambut pirang yang memelukku sambil menangis disaat kita menikah?"

Taehyung berpikir sejenak, mencoba mengingat tamu-tamu yang datang saat itu karena tak begitu banyak yang hadir ia pikir ia akan mampu mengenalinya.

"Tidak," Taehyung menggeleng.

"Dia mantan kekasihmu?" tanyanya.

Jungkook tersentak, lalu kemudian ia tertawa. Membayangkan bagaimana ekspresi temannya itu jika tahu bahwa Taehyung menyangkanya adalah kekasihnya.

Melihat Jungkook yang tertawa lepas entah mengapa membuat Taehyung berdesir, seakan-akan ada sesuatu di dalam dirinya yang bahagia melihat tawa lelaki itu dan ingin terus melihat tawanya. Buru-buru ia coba menepiskan pikirannya, mungkin ia terlalu lama bersandiwara sampai-sampai dapat berpikir seperti itu.

"Dia sahabatku, namanya Jimin. Kau harus bertemu dengannya, dia orang yang menyenangkan. Aku akan memintanya untuk menjemputmu besok, kebetulan ia akan pergi ke pameran juga dan rumahnya tak begitu jauh dari sini jadi ia bisa sekalian menjemputmu."

Taehyung benci, benci saat Jungkook tampak begitu senang menceritakan orang lain dihadapannya. Ia tak suka tatapan itu jika bukan ditujukan untuknya, namun bukan berarti Taehyung menyukai Jungkook, ia hanya tak suka dan tak tahu mengapa ia bisa seperti ini.

"Terserah, semoga mobilnya cukup bagus untuk kutumpangi." Menarik kakinya dan bangkit dari duduknya untuk menikmati udara segar di balkon.

Ada banyak perubahan dalam hidup Taehyung ketika ia menjalani kesepakatan itu dengan Jungkook, tak ada lagi rokok ataupun alkohol di kamarnya, begitu juga dengan aktivitas-aktivitas diluar rumah yang sekarang hampir tak ada sama sekali karena Jungkook melarangnya.

Terkadang ia ingin memaki Jungkook ketika pemuda itu mulai melarangnya ini itu dan menasehatinya, tapi anehnya ia tak mampu berkata untuk melawannya. Ada bagian dari dirinya yang memaksa agar ia menuruti perkataan suaminya.

"Akh, keparat. Jangan bergerak terus, bodoh!" Tangannya mengelus perutnya, meredakan rasa sakit yang menderanya.

"Astaga, sayang. Kau tak apa?" Jungkook tampak panik melihat raut kesakitan Taehyung.

"Anakmu yang bodoh ini membuatku sakit."

Raut wajah Jungkook berubah, ada aura menyeramkan yang membuat Taehyung ciut.

"Aku tahu kau kesakitan tapi tolong jangan berkata seperti itu lagi pada anak-anak kita, kau bisa memaki dan mencaci diriku tapi tidak dengan anak-anakku." Ekspresi Jungkook terlihat datar meskipun ada intonasi yang naik di beberapa katanya.

One More Time (Kookv/Kooktae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang