9 (M)

4K 329 5
                                    

Usia kehamilannya sudah memasuki trimester kedua, namun rasa sayang tak sedikitpun ada untuk bayi yang dikandungnya. Menghisap batang nikotin itu berulang kali lalu menghembuskannya di ruang tertutup itu meskipun sang suami berulangkali melarangnya.

Hatinya kesal, satu-satunya orang yang dikira mampu untuk menolongnya malah ikut menasehatinya. Hoseok tak setuju dengan keputusannya untuk menggugurkan kandungannya, lelaki itu menyuruhnya untuk menjaga kandungannya dengan baik dan berdamai dengan keadaan.

Suasana hati yang tak stabil membuatnya kian emosional hari ke hari, satu-satunya sasaran luapan dari itu semua adalah Jungkook.

Tapi lelaki itu menikmatinya, menikmati semua yang Taehyung lakukan padanya. Interaksi sekecil apapun dengan Taehyung membuat Jungkook bahagia.

Seperti malam-malam kemarin, Jungkook dengan setia menunggu di sofa ruang tamu. Taehyung tak bilang apa-apa ketika keluar tadi, namun dari penampilannya ia tahu kemana tujuan Taehyung. Ia percaya akan Taehyung, pria itu pasti tak akan mengecewakannya.

Tiga jam menunggu akhirnya Taehyung pulang, tak seperti biasanya kali ini tak tercium aroma alkohol ataupun asap rokok dari Taehyung. Aroma yang menguar dari tubuh Taehyung persis sama ketika lelaki itu pergi, vineyard peach.

Hal sederhana seperti itu cukup membuat Jungkook senang, setidaknya Taehyung tak melakukan hal-hal yang mungkin saja akan membahayakan kesehatannya dan anaknya.

"Mau aku buatkan susu?"

"Boleh." Taehyung menjawab sambil berlalu meninggalkannya.

Sedang fokus mengaduk tiba-tiba saja sepasang lengan melingkar dipinggangnya. Menyentuh ototnya lembut dengan gerakan yang menggoda.

"Taehyung?" Jujur saja Jungkook tak percaya dengan apa yang Taehyung lakukan, lelaki ini tidak tampak sedang mabuk.

"Adik bayi ingin bertemu daddynya." Mengusapkan kepalanya ke punggung lebar Jungkook.

"Apa?" Jungkook berbalik untuk memastikan bahwa ini memang nyata.

"Ingin kau. Sekarang. Didalam diriku." Jari telunjuk dimainkan dengan gerakan melingkar di atas otot dada Jungkook, matanya menatap binal dengan bibir yang digigit.

Jungkook tak tahu apa yang harus dilakukannya ketika Taehyung menggigit bibirnya main-main, merengsek masuk ke dalam mulutnya. Tangannya diarahkan Taehyung untuk meremas bagian belakang pemuda manis itu.

Hasratnya mulai bergejolak, ingin bertindak lebih namun akal sehatnya masih waras untuk menghentikan ini.

"Jangan, sayang. Aku tidak mau melukaimu dan anak kita."

"Cih, lebih baik aku cari lelaki lain saja." Jungkook langsung menarik lengan Taehyung dengan lembut.

"Baiklah, ayo kita lakukan dengan perlahan."

Taehyung menampilkan senyuman sensualnya, binar mata Jungkook menggelap menatapnya begitu terbuai dengan perlakuan erotis Taehyung.

Lelaki cantik itu menarik Jungkook ke sofa mereka, mendorong Jungkook perlahan agar terlentang diatas sofa itu. Tangannya begitu terampil melucuti celana Jungkook, mengusap kejantanan Jungkook dari luar dalamannya dengan gerakan yang sangat menyiksa.

Jungkook menggeram tertahan, mengcengkram lengan Taehyung lalu membalikkan posisinya. Bibirnya menyapu lembut leher jenjang pria dibawahnya.

"Tandai aku." Taehyung memohon dengan mata yang berair, hasrat Jungkook makin menggebu melihatnya.

Lidahnya menari indah diatas leher Taehyung, mengecup dan menjilatnya dengan rakus. Taehyung menggigil ketika Jungkook menyesap kuat lehernya, gigi Jungkook beradu lembut menghantarkan rasa geli di kulitnya.

"Tandai seluruh tubuhku. Aku ingin semua orang tahu bahwa aku milikmu."

Maka dengan senang hati Jungkook mengabulkannya. Melucuti semua yang Taehyung kenakan hingga lelaki itu tersaji polos dihadapannya, lama ia memandang Taehyung. Tak dipungkiri Taehyung pun malu ditatap begitu intens oleh Jungkook.

Jungkook tersenyum miring ketika melihat semu merah pudar pada pipi Taehyung, mengusap pipi itu dengan lembut dan mengecupnya penuh damba.

"Kau milikku." Dengan itu Jungkook menandai apa yang menjadi hak miliknya, dimulai dari bagian yang terlihat hingga bagian yang tak terjamah oleh mata lain.

"Sudah sebasah ini, hm?" Taehyung memalingkan wajahnya ketika jari-jari Jungkook bermain diujung kejantanannya, mengusap perlahan dan memperlihatkannya cairan precumnya yang terus menerus keluar.

Ia malu setengah mati. Ini jelas bukan seks pertamanya, namun ia mati kutu dihadapan pemuda Jeon.

"Eungh.." Menahan dirinya sekuat mungkin untuk tak mengeluarkan suara laknat itu ketika Jungkook mengurut dengan cepat kejantanannya.

"Hhaa.. akh.." Badannya bergetar kecil ketika putih menjemputnya. Ia kira Jungkook akan berhenti untuk membiarkannya beristirahat, namun dugaannya salah. Pria bermarga Jeon itu tetap mengurutnya dengan lembut seolah ingin mengosongkan semua cairannya, cairan Taehyung dijadikan pelumas oleh Jungkook untuk memudahkannya memasuki lubang rapat itu.

Satu jarinya masuk dengan lembut kedalam sana, keluar masuk dengan tempo sedang sembari terus menambah jari dengan gerakan menggunting. Dirasa Taehyung telah rileks, ia mengeluarkan ketiga jarinya. Menyatukan kejantanan mereka agar cairan Taehyung dapat menjadi pelumas untuknya masuk. Dikira cukup, ia pun memasukkan kejantanannya perlahan ke dalam anal Taehyung.

Taehyung meringis, sedikit perih di awal karena jelas ukuran kejantanan dan jari Jungkook berbeda.

"Apakah sakit?" Tak tega melihat Taehyung yang terlihat tak nyaman dibawah sana dengan keringat yang terus mengucur.

Menggeleng dengan raut putus asa untuk meyakinkan Jungkook bahwa ia baik-baik saja.

"Aku akan bergerak dengan pelan. Beritahu aku jika sakit." Taehyung mengangguk mendengarnya.

Yang dilakukan Jungkook hanyalah menggerakan pinggulnya maju mundur dengan gerakan lambat yang membuat Taehyung frustasi. Taehyung ingin lebih, ia ingin dihancurkan dengan nikmat.

"L-lebih cepat, k-kumohon." Dari bawah sana Taehyung juga bergerak konstan ingin Jungkook menghentak dalam dan cepat.

"Maaf, aku tak akan mengabulkannya. Tapi aku janji akan memberimu pelepasan."

Jungkook tak tega juga melihat betapa frustasinya Taehyung yang terus memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat, ia yakin Taehyung pasti lelah melakukannya. Mungkin tak apa jika ia menambah kecepatannya sedikit.

Bergerak konstan dengan hentakan yang dalam namun tetap lembut, Taehyung yang merasa mendapatkan apa yang ia mau mulai berhenti bergerak, membiarkan Jungkook memegang kendali.

"Nikmat?"

Taehyung mengangguk dengan mata terpejam.

"Aku ingin mendengar suaramu."

Taehyung menggeleng. Ia yakin suara akan bergetar ketika mengucapkannya. Jungkook menghentikan gerakannya, meminta Taehyung untuk bersuara.

"Hngg.. n-nikmat.. akh" Jungkook menggerakkan pinggulnya lagi ketika mendengar jawaban yang diinginkannya.

Bau percintaan menguar di udara. Lengket dan panas menyertai mereka. Desahan Taehyung dan geraman Jungkook bersahutan, menjeritkan betapa erotis kegiatan mereka.

Bunyi kecipak basah semakin menggema, pelepasan sudah terasa diujung.

"Akhh, hhah.. J-jungkookhh."

Taehyung keluar lebih dulu, cairannya keluar mengenai wajahnya dan perutnya, sebagian kecil lainnya mengenai dada bidang Jungkook.

Jungkook mengeluarkan kejantanannya sebelum ia sampai, mengurutnya dengan cepat dan menembakkannya diluar anal Taehyung.

Jungkook mengecup lembut kedua kelopak mata Taehyung yang telah tertutup begitu indah. Pikirannya mengawang ketika Taehyung menjeritkan namanya. Batinnya puas, Taehyung telah mengakui keberadaannya.

"Aku mencintaimu."

.
.
.

Tbc

One More Time (Kookv/Kooktae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang