Part 32 : Masalalu

323 27 0
                                    

"Gimana, ketemu gak tu orang?" tanya seorang cowok  berlesung pipi.

"Sampai sekarang gue belum nemuin dia" balas temanya.

Cowok yang tak lain Revan itu mengerucutkan bibirnya, "Darma tuh kalok di cari pasti ngilang" dengus nya.

Mata Revan menangkap Oji yang tengah cengengesan dengan ponselnya, Haaa mencurigakan. Dengan iseng, Revan merampas ponsel itu. Keningnya berkerut saat pesan pesan bucin tertera disana.

"Ambil sebelum gue banting" kata Revan yang langsung membuatmu Oji melotot. Dasar tidak berkemanusiaan batin Oji berbicara.

"Lo itu asik ngebucin ae,  lo udah siapin anggota Dzero belum?"

"Udah dong" balas Oji namun pandangannya menuju keponsel.

"Meledak tu ponsel, tau rasa lu" sindir Revan, cowok itu sedikit sebal dengan kenyataan ini. Masa Oji yang wajahnya di bawah rata-rata kadar kegantenganya, sudah mendaptkan pacar. Lah dia baru putus seminggu lalu, jangan lupakan di playboy.

Revan bisa saja mencari seorang cewek, siapa sih yang tidak mau denganya. Tampan iya, tajir apalagi. Tapi menurut Revan semua cewek sama saja, hanya ingin kekayaannya saja. Berengsek, ia jadi teringat matan terindahnya yang hanya memanfaatkannya.

Revan  yang asik dengan pikiranya terhenti saat Angga tiba tiba masuk. Mereka ini sekarang ada di reftoop sekolah.

"Anak anak dari Bogor udah dateng, mereka ada di markas" kata Angga.

Revan menyeringai, "bagus" ujarnya lalu berniat pergi namun di tahan oleh Tovan.

"Mau kemana lo, jangan bolos" peringat cowok itu.

Revan menyengir menampilkan lesung pipinya, "ayo lah pak ketos, gue mau ke markas  sebentar aja. Janji gak balik lagi" ejek nya lalu berlari dari snaa.

"Sialan" maki Tovan.

***
Feby menatap seduh ponsel di tanganya, bibirnya mengerucut layaknya bebek.

"Lo kenapa?" tanya Tari yang kesal melihat sahabatnya itu, yang baru tiba sudah memasang wajah cemberut.

Feby menarik bangku nya yang ada di belakang, lalu ia letakan di samping Tari.

"Tanggal 14 tu terakhir kak Revan main basket... hiks... " balasnya dengan sedih.

"Lah kenapa?" tanya nya yang ikut penasaran, oh bahkan Tari baru belajar beberapa hari dengan Revan. Masa cowok itu berhenti main basket,  nanti siapa yang mengajarinya.

"Kan kelas dua belas mau ujian,  jadi tanggal empat belas perlombaan terakhir di sma Sanjaya buat kak Revan. .. Aaarhg gue gak rela" teriaknya membuat sebagian teman kelasnya menatap mereka.

Tari berdecak, sebegitu ngefansnya kah Feby sampai se menyedihkannya ia sekarang. Fans beratnya Revan, ingatkan Tari untuk mengatakannya pada Revan nanti.

"Yaudah sih, lo mau kak Revan gak lulus?" ternyata ucapan Tari membuat tangis Feby terhenti.

"Ya enggak gitu, tapi kan... gue takut kehilangan kak Revannnnn" jawabnya membuat Tari terkekeh. "Lo emang sapanya? " ucapan Tari seolah menusuk jantung Feby, mengoyak ngoyak isi hati nya.

Tari mengehela nafas pasrah, bagaimana cara mendiamkan Feby. Tari bingung, perasaan mereka baru kelas sepuluh dan berarti baru satu tahun bertemu Revan. Tapi mengapa Feby sengefens itu.

"Lo ngefans banget ya?" Feby mengangguk untuk menjawab  pertanyaan sahabatnya itu.

"Sejak kapan?"

Feby terdiam, cewek itu mengerutkan keningnya seolah berpikir. Setelah mendaptkan itu, ia baru menatap Tari.

"Dari SMP" ujarnya dnegan antusias.

Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang