Part 10 : Bullying

482 42 1
                                    

"Itu ketua osis memang sengaja, buat gue di hukum. Dari awal gue juga udah curiga" gerutuk Tari sepanjang jalan menuju kantin.

Tiba nya dikanti, membuat cewek itu cengoh. Dugaan nya selalu benar, kantin ramai. Andai dia yang punya sekolah, sudah di pastikan Tari membuat banyak kantin.

Lah ini kantin cuman dua doang, lah siswanya banyak naujubilah. Kan bisa gempor nunggunya, mana Feby sedari tadi tidak di lihatnya.

Cewek itu menatap seluruh kantin, hingga matanya menyipit, menatap sekeliling dengan jeli. Tidak ada, kemana sahabatnya itu.

Tari melangkah ke kelas, tibanya disana ia tidak melihat Feby sama sekali. Bahkan di dalam kelas hanya ada dua remaja tengah bergosip, tidak ada pilihan lain Tari akhirnya bertanya pada kedua orang itu.

"Kalian liat Feby gak?"

"Tadi gue liat, dia ke kelas sebelas" ujar gadis itu yang tak salah Tari bernama Risa, itu pun hanya tebakan semata.

"Makasi ya" Tari lalu keluar dari kelas, dia berlari ke lokal kelas sebelas.

Kelas sebelas, sebelahan dengan kelasnya. Jika  dilihat dari gerbang sekolah, kelas sebelas di pertengahan ruang kelas sepuluh dan dua belas.

Tiba di sana, Tari melambatkan langkahnya. Ada rasa tidak yakin di hatinya. Masalahnya, jika tidak ada keperluan anak kelas sepuluh dilarang menginjakan kaki di sini. Jika melanggar bisa di bully sama kakak kelas yang berkuasa disana.

Lucu, di jaman sekarang masih ada yang namanya bullying. Tari bahkan masih ingat, jika Feby melarangnya berurusan dengan kakak kelas.

Tapi, jika di pikir Tari kan ada urusan. Tari harus mencari sahabatnya itu, dengan ragu cewek itu melangkah kesana.

Tari melebarkan matanya, sesekali menatap kedalam kelas. Terlihat sepi, untung saja ini waktu istirahat. Jadi lebih memudahkan pencari.

Baru lantai satu, tapi Tari tidak ada niatan mencari kelantai dua. Sudah cukup di lantai satu, jika tidak ada sahabatnya itu ia akan pergi.

Mata Tari melihat kedalam kelas terakhir, hingga tanpa sengaja ia telah menyenggol seseorang.

"Lo!!" bentak orang itu, membuat Tari mengalihkan tatapan nya ke asal suara.

Tiga orang cewek cantik, yang pastinya kakak kelas. Tari tidak tau mereka siapa, jangan lupakan jika Tari itu paling malas jika berurusan dengan keramaian.

"Maaf kak" ucap Tari sambil menundukan kepala nya.

Cewek itu menatap Tari sinis, menatapnya seolah menelanjanginya disana. "Lo punya mata gak sih! minuman gue tumpah ini, bersihin!!"

Tari menatap rok cewek itu sedikit basah, Tari tidak melihatnya tadi. Cewek itu kira hanya sekedar menyenggol, eh teryata berhasil menumpahkan minuman yang di bawa kakak kelasnya.

"Ma-maaf kak" dengan gemetaran Tari mengelap rok cewek dihadapannya itu dengan tangannya.

"Iihh jauhin tangan lo, gue gak tau lo abis megang apa? Bisa bisa kuman di tangan lo nempel di rok gue" ucapnya mendramatis.

"Ta-tapi s-saya bersihin dulu kak" gugupnya.

Melihat adik kelas yang keras kepala itu, membuat hati Naura memanas. Dengan geram ia mencengkram kerah baju Tari, "gue bilangin gak usah yang gak usah!" bentaknya.

Tari gemetaran mendengar bentakan itu, ternyata bukan abangnya saja yang bikin Tari ciut tapi juga cewek di hadapannya.

"Ma-maaf kak" ujar Tari sambil memegang tangan yang mencengkram kerah bajunya.

Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang