Part 24 : Menghilang dari muka bumi

325 30 5
                                    

Tari tiba di lobi rumah sakit, setelah paksaan dari Aris akhirnya Tari pulang terlebih dahulu untuk membersihkan diri. Lagi pula Tari juga harus mengambil uang untuk membayar perawatan Billy.

Setelah di cek, tabungannya hanya setengah dari biyaya rumah sakit. Tari akan membayar dengan uang itu, sisanya ia akan memeikirkan nanti.

"Permisi sus, saya ingin membayar uang admistrasi atas nama Billy Arfiansyah" ucap Tari.

"Sebentar saya cek dulu mbak" balas suster itu ramah.

Setelah beberapa menit, "maaf mbak, pasien atas nama Billy Afriansyah sudah di lunasi barusan saja mbak" kata susuter itu.

Tari mengerutkan keningnya, "udah di lunasin sus?" tanya Tari, dan suster itu mengangguk.

"Kalok gitu makasih sus" ujar Tari lalu berlalu dari sana, siapa pula yang membayar pengobatan abangnya.

Seorang terlintas di pikiran cewek itu, Tari harus bertanya langsung pada orangnya.

"Aris" panggil Tari saat melihat Aris yang hendak berjalan meninggalkan rawat Billy.

"Eh Tar, gue baru aja mau beli makanan. Lo mau gue beliin sesuatu?" tanyanya.

Tari menggelengkan kepalanya, "elo yang udah bayar biaya rumah sakit bang Billy?" to the poin Tari.

Ternyata dugaan Tari tak susai keinginan, tampak Aris mengerutkan keningnya.

"Enggak, gue bahkan belum nayain biaya rs abang lo" ujarnya membuat Tari tambah bingung.

"Tapi-"

Drrtt

Suara getaran diponselnya mengalihkan pandangan Tari, cewek itu langsung membuka pesan itu.

Misterius
Aku hanya bisa bantu itu, semoga bang Billy lekas bangun dari koma.

Tari melebarkan mata nya, tubuhnya mematung. Jadi dia yang banyarin bantinya berbicara. Dari mana pula orang ini tau Billy koma, sebenarnya siapa orang di balik nomor misterius ini.

"Kenapa tar?" Tari tersentak lalu menatap Aris sebentar, setelah menimbang nimbang ia menggeleng. "Gak kok, yaudah lo beli makanan" ucapnya.

"Lo mau nitip?" tanya Aris.

"Air mineral aja" jawab Tari.

Melihat Aris pergi, membuat Tari langsung membalas pesan itu.

Anda
Tau dari mana abang gue masuk rs

Drrttt

Misterius
Rahasia

Tari mendengus, kenapa susah sekali orang ini berkata terbuka padanya.

Anda
Lo itu siapa? Gue mau balikin uangnya, gue gak mau utang budi sama lo.

Drrrt

Misterius
Itu juga rahasi, tetap rajin berdoa agar abang mu cepat sembuh. Jangan di pikirkan uang nya

Tari dengan cepat membalas pesan itu, namun nihil balasan tidak juga datang. Bahkan Tari sengaja menyepam nomor itu, dan juga menelponnya. Tapi suara yang di dengar hanya mbak mbak operator saja.

Tari melangkah ke ruangan rawat Billy, tibanya ia menatap dua orang yang tak di ketahui Tari tengah menunggu disana. Cewek itu tidak curiga, karna ia sempat melihatnya tadi malam. Mereka sepertinya teman Aris dan juga abangnya.

Mereka menyunggingkan senyum untuk menyapa Tari, begitupun Tari membalasnya dengan senyuman tipis. Saat hendak membuka ruangan Billy, suara dari salah satu orang itu memberhentikanya.

"Tar, kita berdua mau pamit ya?" ucap orang itu yang mungkin berumur lebih tua dari abangnya, kelihatan saat Tari memutar badanya menatap kedua orang itu.

"Iya bang makasi uda jagain bang Billy" balas Tari.

Setelah mengucapkan salam keduanya pergi dari sana menyisahkan Tari seorang.

***
Tari merapikan rambutnya di cermin, tadi ia berniat bolos untuk menjaga Billy di rumah sakit. Tapi ia tidak ingin menambah bolosnya, lagian abang nya itu gak suka saat dia bolos begitu.

Yah, Billy belum sadar hingga saat ini. Setidak nya Tari tidak berpikir menjual rumah untuk biyaya abangnya, untungnya org misterius itu telah melunasi plus biyaya perawatanya. Tari tidak tau siapa dia, tapi cewek itu akan berjanji membalas jasanya.

Bruuumm

Tari bergegas mengambil rangselnya, cewek itu dengan cekatan mengunci pintu rumahnya.

"Ayok " ujar Aris.

Tari menarap aneh kearah Aris, cowok itu terlihat berbeda semenjak kejadian Billy masuk rumah sakit. Cowok berseragam sama dengannya selalu merasa bersalah atas kejadian menimpa abangnya. Padahal Tari tidak menyalahkan Aris, justru berterima kasi padanya krna menolong Billy.

Tari tidak membalas ucapan itu, keduanya berkebdara tanpa adanya obrolan.

Tibanya Tari menyerahkan  helm yang ia kenakan pada Aris, "lo gak niatan bunuh diri karna rasa bersalah kan ris?" serobot Tari.

Cowok itu terkekeh, "enggak lah, entar pas abang lo bangun jantungan lagi nyari gue yang tinggal nama" gurau nya yang tidak lucu menurut Tari.

Tari menatap Aris menyelidik, membuat orang yang di tatap mendengus. "Seriusan gue gak akan bunuh diri, gue tau dosa kali" cecar nya membuat Tari mengangguk anggukan kepalanya.

"Bagus kalok tau itu dosa, gue kekelas dulu deh. Lo gak bolos pas upacara kan?" tanya nya, sebenar nya Tari prihatin melihat cowok itu yang selalu bolos. Entah entah nanti ia gak naik kelas, atau lebih parahnya di keluarin dari sekolah.

"Liat nanti deh" ucap nya membuat Tari mendengus, cewek itu lalu pergi kekelasnya.

Aris menatap kepergian Tari, saat punggung cewek itu menghilang barulah cowok itu pergi. Aris mensetater motornya, lalu melajukan ke luar sekolah.

Namun saat beberapa meter lagi keluar gerbang, Oji yang baru tiba langsung merentangkan tangannya.

Aris berdecak, cowok itu terpaksa memberhentikan motor nya jikalau tidak mau temanya itu tertabrak. Aris membuka helm nya, matanya menatap tajam ke arah Oji yang cengengesan.

"Apa sih" gerutuk nya.

"Lo mau kemana, masih pagi udah bolos aja" balas Oji bersedekap menatap sahabatnya itu.

"Gue mau pergi" ucapnya membuat sang cowok berambut pirang itu megerutkan keningnya.

"Kemana?" keponya.

"Menghilang dari muka bumi" ucap Aris lalu memakai helm nya kembali, "minggir lo" bentak nya membuat Oji seketika minggir.

"Muka bumi? Wajah kan tu? Emang bumi punya muka" gumamnya tanpa sadar, saat melihat Aris yang semangkin menjauh.

Baru beberapa langkah cowok itu berjalan, matanya menangkap siluet temanya. Sontak cowok itu merentangkan tanganya kembali, "stop stop stop.. jangan tabrak gue ngga.." ucapnya mederamatis.

Seketika orang yang tak lain Angga itu memeberhentikan laju motornya, "apaan" ujarnya menatap datar temannya.

"Susul Aris kuy... gue lagi males belajar. Dia mau cari muka bumi, gue jadi penasar kayak mana bentuknya" jelas nya membuat Angga memutar kedua bola matanya.

Angga melewati Oji begitu saja, membuat cowok itu berdecak. Namun hanya sesaat, saat melihat Angga memutar haluan motornya.

"Cepetan naik" teriak Angga.

Sontak Oji bersorak gembira, ia langsung mengikuti ucapan Angga. "Yeee.. nyarik muka bumi" hebohnya membuat teman yang membawa motor itu menggelengkan kepalanya.

Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang