Part 18 : Oji?

344 36 0
                                    

Tari melangkah memasuki gerbang, baru beberapa langkah Cewek itu sudah mendapati Tovan sedang mengobrol dengan guru piket.

Cewek itu ingin menyerahkan kotak bekal itu, tapi ia urungkan saat melihat wajah seram guru piket. Tapi jika tidak di mberikan, percuma dong dia membawa bekal ini.

"He! jangan ngehalangin jalan dong" Tari sontak terkejut saat mendengar nada sedikit membentak dari belakangnya.

Tari menatap kebelakangnya lalu bergeser, "kan jalan nya lebar kak, aku juga gak berdiri di tengah tengah banget" protes Tari.

Oji siswa yang mengagetkan Tari tadi menyengir, "gue cuman ngetes doang, lo masih bernyawa kagak. Pagi pagi udah bengok ae" balasnya.

Tari memasang wajah cemberut, cowok dihadapanya tak kalah menyebalkan dengan Aris. Tentang Aris, dia jadi ingin tau mengapa cowok itu membolos pelajaran.

"Kenapa Aris bolos hari ini kak?" Oji tampak mengerutkan dahinya. Terlihat seperti seorang yang sedang bingung.

"Kak" Tari menggoyangkan lengan Oji, tapi entah Tari nya yang terlalu kuat mengoyangkanya atau Oji nya yang sedang melamun membuat cowok itu kaget.

"Eh kenapa?" Oji malah berbalik tanya. Tari memutarkan bola matanya, "Aris kenapa bolos?"

Cowok itu berdehem dulu sebelum menjawab ucapan Tari, "ya... mungkin dia lagi malas belajar" ucap nya sambil tersenyum kaku.

Tari sedikit aneh dengan kakak kelas nya ini, tapi sudah lah. Aris kan memang begitu, tidak ada sedikit pun minat untuk belajar.

Tari menatap Oji dengan pandangan yang sulit di artikan, mendapat tatapan seperti itu membuat nyali Oji ciut. Cowok itu menaikan kedua alis nya seolah bertanya kenapa.

Tari membuka tasya lalu mengeluarkan kotak bekal itu, "Tari minta tolong dong kasiin ke kak Tovan" ujar nya.

"Kok gue?" protes cowok itu.

"Yahh.. pliss kak, liat deh dia nya lagi ngomong ama guru piket" cewek itu memohon sambil memasang pupy eyes nya.

Melihat cewek dihadapanya ini memasang wajah begitu, membuat Oji bersimpuh hati. Jika saja Aris melihat ini, Oji tidak membayangkan apa yang akan terjadi padanya. Bisa bisa di kira lagi ngodai gebetanya, dia gak mau dong wajah yang biasa biasa saja ini menjadi jelek.

"Fine... udah sono masuk kelas lo" pungaks nya setelah mengambil bekal itu, Tari terseyum saat Oji mau membantunya.

"Makasi kak" ucap nya lalu berlari menjauh dari sana.

Oji memtapa bekal itu, "di kira cowok apaan gue ngasi bekal ke cowok. Kalok bukan Aris nyuruh jagain Tari, ogah gueee. Mana Angga ikutan lagi ama Aris" ujarnya menderamatis.

Kaki nya maju selangkah, namun di urungkan kembali. "Kasi enggak ya" ujarnya bimbang, dia layaknya seseorang yang sedang menyatakan perasaanya. Bedanya ia harus memberikan bekal, parahnya terhadap cowok.

"Kasi aja deh" ucapnya setelah menimbang nimbang, bagaimana pun Oji lebih takut bermasalah dengam Aris di bandingkan ketua osis itu.

"Pagi buk" sapa nya pada guru piket, "pagi... ngapain kamu kesini Oji, ah mana dua teman kamu itu" ucap bu Desi.

"Ahh ibuk, ditinggal Aris sama  Angga baru sehari aja udah kangen" celetuknya.

"Jangan kepedean kamu, kamu itu kurang kurangin main sama Aris. Bilangin juga sama Angga, kalian ini udah kls dua belas. Mau gak naik kelas"ceramahnya, Oji sedari tadi menggerutuk dihatinya. Mengapa ia yang diceramahi begini, menyebalkan.

"Gak ada siswa yang mau tinggal kelas buk, lagian ni yah buk. Orang tua saya saja tidak pernah ngelarang saya buat bergaul sama sapa aj, lah ibuk kok ngelarang" protesnya, ia sedikit tersinggung saat membawa nama Aris.

"Ibuk gak ngelarang, cuman apa tidak ada teman kls dua belas yang lain. Mengapa Aris, anak itu bahkan adik kelas kamu"

"Buk, saya berteman gak liat umur. Aris bahkan lebih baik dibandingkan teman seangkatan saya, ucapanya bisa diandalkan buk" ucapnya.

Bu Desi berdecak, "mau saja dibodoh bodohin sama anak itu" Bu desi tidak tau saja jika Oji sedari tadi sudah mengepalkan tangannya. Jika tidak sadar dihadapannya ini guru nya dan seorang wanita, bogeman sudah pasti dilayangkan terhadap guru ini.

Tanpa menjawab ucapan guru yang mulutnya ngalahi cabe, Oji menyerahkan bekal itu pada Tovan. "Titipan tari" lalu cowok itu main nyolonong pergi begitu saja dari sana, hatinya sudah panas sedari tadi. Pagi pagi sudah mendapat ceramahan yang membuatnya naik pinta.

"Tidak tau sopan santu, main nyolonong pergi begitu saja" sanyup sanyup Oji dapat mendengar nada marah dari guru itu, cowok itu hanya tersenyum smirk tidak peduli akan ucapan guru itu.

Dia melangkah kearah kelas sepuluh, dia hari ini ditugaskan Aris menjaga Tari selam disekolah. Jangan tanyakan Oji tentang itu, bukanya marah cowok itu malah senangnya naujubilah.

Bagi cowok itu, jika begitu ia ada alasan buat bolos sekolah. Gak peduli ia harus kejear kejaran dengan guru mapel nya, baginya tugas dari Aris adalah kesenangan untuknya.

***
Tari mendudukan diri di taman sekolah, niat nya sih ingin sekolah agar tidak ketinggalan pelajaran. Tapi hari ini guru mepel jam pertama malah tidak masuk, bagaimana Tari tau? Cewek itu baru saja tiba di depan pintu tapi ia sudah mendengar gosip itu.

Yah, Tari menyendiri di taman. Dia tadi sempat ke ruang osis, ia memutuskan keluar dari sana. Sebenarnya Tari bingung, dia berhak keluar atau tidak. Karna ia bingung, ia sudah jadi sekertaris Tovan atau belum.

Tari menutup matanya, bosan menyerangnya hari ini. Feby tidak masuk di karnakan izin, Aris malah bolos entah kemana. Jujur banyaknya siswa Sanjaya Tari hanya akrab dengan dua orang itu.

"Akhiir nya gue ketemu elo" Tari melebarkan matanya menatap makhluk di hadapnya.

"Ngapain kakak disini" Oji menyengir, "geser dikit dong gue mau duduk" Tari menggeserkan tubuhnya agar cowok itu bisa duduk.

"Ah.. gue dari tadi muter muter nyari elo, eh rupanya disini" ucapnya.

Tari mengerutkan keningnya, mengapa pulak kakak kelas nya ini menyari nya.

"Nyariin, emang aku salah apa?" tanya Tari, Oji menatap malas Tari yang terlalu kepo menurutnya.

"Gak usah terlalu formal gitu, gue sekarang temen elo aelah" ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.

Tari mendengus, "kenapa ka Oji nyariin gue" ucapnya tidak formal lagi, bodok amat jika ia dibilang tidak sopan toh oji sendiri yang menyuruhnya.

"Ada de, kurang kurangin napa kepo lu tu" balasnya.

Tari menggembungkan mulutnya, suasan kini menjadi hening.

Tak tahan dengan keheningan itu, Tari yang biasanya pendiam kini malah yang memulai pembicaraan dulu.

"Kak Angga mana?" saat ucapan itu lolos dari bibirnya, tatapan meneyelidik langsung di arahkan oleh Oji.

"Ngapa lo nyariin Angga, jangan jangan lo suka lagi" selidiknya, sambil mengarahkan jari telunjukanya pada wajah Tari.

Tari menepisnya dengan kasar, "kagak, cuman heran aja. Biasa kan kalian selalu berdua" balasnya.

"Tau dari mana kami selalu berdua?"

"Sering liat aja" ucapnya lalu berdehem, "kayak pasangan aja" celetuknya lalu menyengir saat mendapat tatapan horor dari Oji.

_____________
Luangin waktu buat vote ama komen dong, terus masuki  ke reading list kalian... biar author seneng gitu😆

 biar author seneng gitu😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang