Pagi telah tiba, keenam remaja yang masih sekolah itu sepakat membolos. Sebenarnya Tovan selaku ketua osis, menolak hal itu mentah mentah. Tapi Revan sang kapten basket memaksa nya, bahkan mengancam akan mingikat sang ketos itu agar tetap di ruangan itu hingga Aris sadar.
Tak lupa kedua orang tua Aris duduk di salah satu kursi didalam ruangan itu. Ruangan rawat Aris termasuk besar, karna Aris itu keluarga terpandang. Maka ia di masukan ruangan paling bagus, orang kaya mah bebas.
Keadaan Aris sudah membaik, namun tidak ada tampak cowok itu akan sadarkan diri.
"Jika botol berhenti di antara kita, maka dia yang akan beli makanan" penjelasan Oji menggema disana.
Usut punya usut, keenam orang itu tidak ada yang mau keluar dari ruangan itu. Padahal mereka semua sama sama dalam keadaan kelaparan, jika mager sudah menyerang memang susah di musnahkan.
Botol minum sisa tadi malam, di putar oleh Oji. Putarnya tidak terlalu lama, yang pada akhirnya berhenti pada dirinya sendiri dan alas botol nya ke arah Tari.
"Gue" kata Tari terkejut, ia sedari tadi mager ingin bergerak eh malah dia yang kena.
"Gak boleh protes, ini uangnya" kata Revan memberikan beberapa lebar uang berwarna merah.
Keduanya berjalan keluar dari halaman rumah sakit, tadinya Tari ingin membeli di kantin rumah sakit saja. Tapi Oji bilang, makanan disana tidak bervariasi.
"Kakak ini mau beli makan sehari atau sebulan, banyak bener. Gak muat tangan Tari" protes cewek itu, bayangkan saja tanganya sudah mencekram plastik yang isinya makanan. Bukan itu saja, tangan Oji juga sama denganya. Dan itu masih kurang cukup.
"Bentar dong ini masih sisa uangnya, nanggung. Mumpung Revan yang teraktir, mari kita Abis kan uangnya" kata nya.
"Tunggu disini" tambah cowok itu yang langsung menyelonong pergi ke stan makanan.
Entah Oji yang kurang hati hati atau bagaimana, cowok itu bertabrakan dengan salah satu pembeli. Membuat Tari terkekeh melihat hal itu, dasar ceroboh.
Tapi jika di lihat lihat, cowok itu kasian juga. Tari hendak melangkah namun tertahan saat melihat siapa yang bertabrakan dengan Oji.
Jantungnya berdegup kencang, oksigen ya menipis. Tari mematung disana, matanya terus melihat gerak orang itu.
Disana Oji tersenyum meminta maaf, lalu pergi melanjutkan perjalanannya. Sedangkan orang itu membalas senyum oji, saat melangkah ia sempat melihat Tari dan sama halnya dengan Tari. Orang itu mematung menatap cewek itu.
"Dia kenapa disini..." gumamnya.
Tari tidak bisa mengalihkan pandanganya ke lain arah, ia hanya menatap orang itu dengan nafas tak beraturan.
"Papa..." lirihnya. Cewek itu mengedipkan matanya beberapa kali, dan mengatur nafasnya kembali. Apalagi saat melihat pria itu mendekatinya, Tari seketika memundurkan langkahnya lalu berlari dari sana.
Presenta dengn Oji yang ia tinggalkan, jangan sekarang. Ia belum siapa jika harus bertemu dengan pria itu, kenapa saat Billy tidak ada disisinya batinya.
Tari berlari menjauh, sesekali ia menoleh kebelakang. Dan betapa terkejut nya ia saat melihat papanya itu ikut mengejarnya.
Mau tak mau Tari berlari kerumah sakit, ia pikir bokapnya itu tidak akan mengikuti masuk ke rs. Tapi pikiranya salah, pria itu ikut masuk mengejar Tari.
Tak terasa satu tetes air mata mengalir di pipi Tari, namun dengan cepat Tari mengusap nya. Cewek itu menoleh, melihat papanya jauh di belakang. Ia langsung membelokkan arah jalannya, kemudian langsung masuk kedalam ruang rawat Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Mentari
Fiksi Remaja(Sebelum baca, jangan lupa follow terlebih dahulu) Bagaimana perasaan mu jika mendapatkan sebuah pesan misterius, apalagi pesan itu berujung mengungkapkan perasaan. Tari, siswi SMA Sanjaya mengalami hal tersebut. Setelah mendapatkan pesan itu, berba...