Part 36 : Di hukum

296 31 6
                                    

"Kalian lari keliling lapangan sekarang!!!" Suruh bapak guru yang menangkap basah mereka.

"Berapa putaran pak?" tanya Oji santai.

"Lima putaran!!"

Ketiganya menundukan kepalanya, dengusan keluar saat hukuman itu terucap dari mulut guru berperut buncit itu.

"Kenapa diam! Sekarang laksanakan!!!" Bentak nya.

Kenak setruk, mampus lo pak batin Oji berbicara.

"Tapi pak-

Ucapan Tari terhenti saat mendapat pelototan guru itu, "mau saya tambah jadi sepuluh putaran!!" Semuanya sontak menggeleng .

Mau tak mau, ketiga orang itu berlari mengelilingi lapangan yang bisa di bilang besarnya naujubilah.

"Gara gara kak oji ni, yang bolos kan kak oji bukan kami" suara Tari terdengar dari belakang Oji.

"Lah kalian sih, gagalin rencana gue buat bolos" balas cowok itu.

"Tapi kalok kak oji gak bilang kami ikutan bolos juga, gak bakal di hukum" balas Feby yang di belakang Tari. 

"Kita gak di hukum kalok kalian gak narik narik kaki gue" dengus Oji.

"Suara kak oji tuh keras, buat pak Dani jadi tau kita disana" ujar Tari.

"Kenapa jadi gue yang disalahin" perotes cowok itu, mereka masih tetap berlari. Ingin berhenti, namun guru berperut buncit itu masih memperhatikan mereka.

"Karna kodratnya, cewek itu  selalu benar" bentak Feby.

Dengusan keluar dari mulut Oji, "Yaudah sih nikmati aja, kan sehat olahraga."

"Sehat kagak, gempor ni kaki iya. Panas panas gini olahraga apa sehatnya" celetuk Feby.

Oji menoleh kebelakang, mendapati wajah kedua orang yang menatap nya kesal.

"Menurut buku yang gue baca, olahraga itu menghasilkan keringat, apalagi di siang begini keringatnya mangkin banyak. Jadi lebih sehat" jelasnya membuat kedua orang yang di belakangnya melongo.

"Feb, gue yakin kalok kak oji yang jadi dokter. Pasien nya sebelum disuntik sekalipun pasti mati mendadak" ucapnya pada Feby namun masih di dengar Oji.

"Bully terosss bully" kesal cowok itu membuat kedua cewek itu terkekeh.

Bruukk

Oji tiba tiba memberhentikan langkahnya membuat Tari dan Feby bertabrakan,  "Apaan sih kak, berhenti dadakan. Cukup tahu bulat yang di goreng dadakan" protes Tari.

Oji sedikit terkekeh,  cowok itu menujuk Angga yang berjalan menuju mereka.

"Kalian ngapain panas panas gini olahraga? " tanya cowok itu saat tiba disana.

"Biar sehat lah Ga, lo mau ikutan. Pak!!!" Teriaknya membuat pak Dani yang sedari tadi memperhatikan mereka segera mendekat.

"Ada apa ini?"

"Sebenernya ni ya pak, kami bolos di suruh Angga" bohong Oji, jelas jelas Angga baru tiba dan tak mengetahui seluk beluk nya.

"Jadi kamu Angga,  yang menyuruh mereka bolos!" Ucap pak Dani dengan tegas.

Angga menggeleng, "Enggak pak" bela cowok itu.

Pak Dani kini menatap Tari dan Feby yang sedari tadi diam. "Benar Angga yang menyuruh kalian bolos?!" Sontak keduanya menatap Oji meminta bantuan.

Cowok yang di tatap itu mengedipkan satu matanya,  "iya pak, kak angga yang nyuruh" ucap Feby yang di angguki Tari.

"Loh,  gue kan-"

"Angga!! Kamu ikut keliling lapangan!! LIMA PUTARAN" tekannya pada akhir kata.

Pak Dani melangkah kepinggir lapangan sambil memperhatikan mereka, tinggal Angga yang menyipitkan matanya menatap ketiga orang yang tengah menyengir tanpa rasa bersalah.

"Kalian!!" geramnya, "kuy mulai" ajak Oji yang langsung di ikuti Tari dan Feby. Angga menghela nafas pasrah,  lalu ikut mengelilingi lapangan.

"Kenapa gue jadi ikutan sih" kini Angga yang dibelakang Oji.

"Kak salahkan kak Oji, dia yang buat salah semuanya" balas Feby.

"Betul tuh kak, gimana kalok kita santet kak oji nanti" usul Tari membuat Angga dan Feby berbinar.

"Setujuuu!" Teriak keduanya seperti paduan suara.

"Ya allah lindungi Oji dari ilmu hitam mereka ya allah" ucapnya menderamatis.  Sontak mereka tertawa,  namun tetap mengelilingi lapangan.

***
"Gila cepek banget" lirih Feby.

Mereka ber empat kini duduk lesehan di pinggir lapangan. Jam kedua sudah sedari tadi berbunyi, namun tak ada tanda tanda ke empatmya untuk pergi ke kelas. Kata Oji sih, sekalian aja bolos sampe jam istirahat.

Peluh keringat menetes di dahi mereka, seragam yang semula rapi kini sudah tak berbentuk lagi. Mereka sesekali mengipas ngipas wajahnya yang tadi tersengat matahari secara langsung.

"Gue haus masa" kata Oji.

"Beli gih kak, Tari titip" ucap Tari membuat Oji berdecak.

"Enak aja, elo aja gue males gerak" belas cowok itu.

"Apa lagi Tari kak, mati rasa ni kaki."

Kedua orang yang berdebat itu kini melirik Angga dan Feby,  "gue gak bisa. Berdiri aja rasanya pengen ambruk kok" cetus Feby.

"Gue gak sanggup" ucap Angga.  Semuanya mengehela nafas pasrah, tak ada yang mau membelinya mau bagaimana lagi. Padahal kerongkongan mereka sudah benar benar kering minta di isi air.

Tari menghembuskan nafasnya, gadis itu menutup matanya. Uuhh rasanya ingin cepat cepat melempar tubuh ini ke kasur.

Iris coklat itu terbuka saat merasakan dingin di pipinya. Seketika hal itu membuat ia menoleh kesamping. 

"Aris" gumamnya. Cowok itu menyerahkan satu botol minuman.

"Oh akhirnya lo bawa minuman ris" kata Oji dnegan bahagia namun mendapatkan dengusan dari Aris.

"Ini tuh buat tari, bukan buat lo" membuat Oji mengerucutkan bibirnya.

"Tenang, kita bagi aja" gadis itu meneguk sekali lalu memberikan pada Feby.

"Makasi" kata Tari sambil tersenyum.

Aris membalas senyuman Tari, lalu mengangguk.  "Hmm nanti kita pulang bareng ya, sekalian jenguk bang billy" ucapnya lembut.

Tari mengiyakan, toh tadi dia berangkat naik ojek.

"Lo-"

"Ris ke kelas yuk" entah dari mana Alena tiba di belakang Aris. Sontak mereka semuanya menatap keasal suara itu.

"Alena, eh kenalin guys. Ini Alena temen masa kecil gue" cewek yang dipanggil Alena tersebut tersenyum lalu melambaikan tangannya.

"Ayok ris gue takut nyasar ni" bujuk Alena lagi yang kali ini berhasil.

"Eh gue ke kelas dulu ya" kata Aris lalu pergi dari sana dengan Alena.

Tari dan Feby saling melirik, namun langsung di putuskan oleh tari.

"Tuh cewek cantik, tapi bukan tipe gue" celetuk Oji secara tiba tiba.

"Emang tuh cewek mau sama kanebo kering"

"Tapi gue rada gak suka sama tu cewek, auranya beda" tambah Angga.

"Setan kali ah!!" Ucap mereka secara serentak.

________
Ku tunggu Vote dia komen kalian_author

Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang