Part 28 : Kesepakatan

280 32 2
                                    

AY KOMBEKKKKKKK GAEEESSS... hari selasa kemaren gk bisa update ni😔 gegara lgi pengen pengen nya buat vektor. Buat kalian yg punya akun Instagram bisa cek ig ku tari_ai54 di situ aku sekarang ngepost vektor hasil sendiri wwkwkwk. Ahh yg bsok puasa semoga dilancarkan dari godaan godaan yg menggoda (apaseh😬)... dah ah gak usah banyak bac** (karna bsok bln puasa.. tak sensor😆).. kuy lanjut bacanya

23/04/2020
_______________
Tari melirik jam dinding yang mengarah pada pukul setengah sebelas malam. Cewek berambut panjang itu menatap Angga yang sedang bermain ponsel, disamping cowok itu ada Oji yang tengah tertidur pulas.

Ketiganya kini tengah menjaga Billy, sebenarnya Tari sudah melarang orang itu untuk menginap. Tapi, mereka bilang sebagai teman harus saling menjaga. Mau tak mau Tari memperbolehkan mereka.

Tari memegang perutnya, sedari tadi siang dia belum makan sesuatu. Aris tadi yang ikut berjaga juga sudah keluar, Tari tidak tau cowok itu pergi kemana.

Cewek yang kini memakai kaos putih melangkah keluar tanpa sepengetahuan Angga. Mana tau ada pedagang asongan masih buka, Tari menyusuri jalan.

Entah mengapa keberuntungan berpihak padanya, baru keluar dari halaman rumah sakit. Tari sudah menemukan tukang sate mangkal di sebrang jalan. Cewek itu melewati jalan, tak lupa melihat kanan kiri agar tidak tertabrak mobil yang tengah lewat.

"Bang sate nya seporsi ya, sama teh manis satu" kata Tari saat tiba di lapak sate kaki lima itu.

Tari memilih tempat duduk yang menghadap rumah sakit, cewek itu bersorak saat pesanannya tiba.

Pernah melihat film susanah, yang dimana dalam film wanita itu tengah memakan seratus tusuk sate. Seperti itu lah, gadis itu melahap satenya. Bedanya, sate yang ia makan tidak sampe seratus tusuk. Bisa tipis kantongnya jika memesan sebanyak itu.

Tinggal dua tusuk lagi, namun ia urungkan saat melihat siluet Aris di parkiran rumah sakit. "Mau kemana tuh cowok, ikutin ah" ujarnya.

Dengan iseng ia langsung membayar sate, lalu memesan Ojol. Tari bersembunyi saat Aris melewati nya, bertepatan Ojek yang ia pesan tiba. Cepet juga ni ojek, batinya berbicara.

"Bang, ikuti tuh yang pekek motor merah" tunjuk nya kearah Aris.

Kerutan tercetak samar di keningnya, Tari menatap sekitar yang tidak adanya perumahan. Bisa di bilang mereka sedikit jauh dari pemukiman, Jakarta ada tempat sepi seperti ini biasanya tempat para begal. Masa iya Aris akan melakukan kegiatan membegal batinya.

Tampak Aris memberhentikan motornya, cowok itu turun lalu berjalan kaki. Tari bingung ini tempat apa, tapi banyak pepohonan.

Setelah memberikan ongkos pada Ojol itu, Tari melangkah mengikuti Aris. Ia mengambil jarak sedikit jauh, agar tidak ketahuan.

Adanya pencahayaan bulan, membuat Tari yang tadi nya takut dengan gelap kini bisa sedikit teratasi. Tari menatap Aris yang semangkin berjalan kedalam hutan itu, cewek itu bahkan baru tau jika Jakarta terdapat hutan.

Aris memberhentikan langkah nya membuat Tari bersembunyi di balik pohon. Cewek itu menatap Aris dari balik pohon, cowok itu tidak curiga jika ada yang mengikuti. Tapi Aris tetap berdiam diri disana, seperti menunggu seseorang batin Tari.

Cewek itu membuka ponselnya, baru saja Tari membuka GPS untuk melihat lokasinya sekarang. Tapi teralihkan, saat suara seseorang yang di tunggu Aris terdengar.

Tari sedikit menyebulkan kepalanya mengintip Aris, kini cowok itu tidak sendiri. Karena seorang cowok yang tidak di ketahui Tari sudah menemaninya.

Pernah melihat, tapi di mana pikirnya. Tari melebarkan matanya, kemudian langsung menunduk. Cewek itu membuat tubuhnya tiarap, Tari menatap samping kanan kirinya. Jauh di sana terdapat beberapa orang, yang ikut bersembunyi.

Tari tidak tau mereka kawan atau lawan, tapi cewek itu memposisikan diri agar tidak terlihat oleh siapa pun. Karna menurutnya, beberapa orang yang bersembunyi itu musuhnya.

"Gue kasi nila plus buat keberanian lo, dateng kesini sendirian" suara Darma membuka percakapan.

"Mau lo apa?" tanya Aris.

Seringai tercetak di sudut bibir Darma, yang hanya dapat dilihat oleh Aris. "Lo care banget sih sama gue, sampe nanyain mau apa" balas nya.

"..." hening, Aris tetap diam tidak menjawab ucapan Darma.

"Lo emang susah diajak bercanda. Fine, ini tentang Tari" Aris langsung menatap tajam kearah Darma.

Sedangkan Tari yang tengah bersembunyi menujukan dirinya sendiri, gue batinya.

"Maksud lo?" tanya Aris.

"Andai lo waktu itu gak dateng nyelametin Tari, mungkin cewek itu udah ngandung anak gue" katanya membuat Tari yang mendengar itu tapa sadar mengepalkan tangannya.

Ohh, ni cowok yang waktu itu. Brengsek! iihh... pengen gue unyeng uyeng tuh kepalanya batin cewek itu.

Aris ikut mengepalkan tangannya, iris matanya menggelap. Apalagi saat mendengar kalimat selanjutnya.

"Berhubung gue sedikit tertarik dengan cewek itu, gimana kalok kita buat kesepakatan ? Kita akhiri permusuhan ini, tapi lo harus nyerahin Tari buat gue" sambung Darma membuat Tari mencak mencak sendiri. Cewek itu sudah gatal rasanya ingin menjambak rambut Darma.

"Brengsek!! sampe kapan pun gak akan gue nyerah Tari sama monster kayak lo!" bentak Aris.

Darma membuat wajahnya seolah kecewa, seperti orang gila cowok itu kemudian terkekeh. "Sakit, loh.... di hina kayak gitu" ucapnya sambil memegang dadanya.

Aris memutar kedua bola matanya, cowok itu mengatur nafasnya yang kini kian memburu.

"Mau gak mau Tari akan jadi milik gue" katanya.

"Gak akan!!" Aris langsung memberikan bogeman pada saat itu juga.

Bught

Satu tonjokan terasa di pipi Darma, Tari yang tengah bersembunyi menutup kedua matanya. Dia memang sering menonton adu hantam di tv, tapi secara live begini ia belum pernah. Rasanya mengerikan.

Tari mengalihkan pandangnya agar tak melihat itu, cewek itu menatap orang orang yang bersembunyi itu tengah bersiap siap. Tari mengerutkan keningnya, jangan bilang mereka main keroyokan...

Kisah MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang