PROLOG (Revisi)

915 49 17
                                    

~Anathan~
.
.
.

Mengapa saat aku mulai menyerah kau seakan tak ingin.
Namun disaat ku berjuang pula kau seakan tak menghargai,
jadi apa yang harus ku lakukan?
Mungkin menghilang cara terbaik tapi bagaimana?
Apa itu mungkin?

Darren Fikana

•••

Mungkin terdengar seperti lelucon bagimu. Tapi jujur, aku memang ingin kau kembali.
Maafkan aku yang telat menyadari, bahwa hatimu
telah memilihku untuk menyembuhkan luka
yang selalu bertopeng dan juga bersembunyi lewat senyummu

Denathan Bagas

•••

***

Langit malam begitu mendominasi sang angkasa yang terbentang luas diatas sana. Sepi, tentu kali ini angkasa yang sedang kelam hanya sendiri tak ditemani bulan atau bintang, bahkan biru yang memang sudah selalu ada pada angkasa.

Sama seperti kesepian sang angkasa, yang sekitarnya pun ikut merasa. Malam ini mungkin akan terasa panjang tampa apapun yang bisa membuat malam ini berlalu dengan cepat. Bahkan angin saja seperti tak berhembus, saking lirih nya sang bayu itu berjalan. Ternyata sang bayu juga lelah terus berjalan untuk bisa membuat orang orang merasakannya, menenangkan, bahkan setia menemani.

Di malam ini, semua kembali terulang. Sebuah luka kembali tertoreh pada hati yang mungkin hancur dengan sekali hembus, tapi ia kuat karena masih bertahan untuk terus berbentuk sampai benar benar ia menemukan penawar yang bisa membuatnya kembali utuh dengan sempurna.

Malam ini menjadi saksi kembali, dimana seorang bagas kembali menangis dan mengatakan cinta. Bukan pada sang pujaan hati tapi, kepada sang angkasa berharap ia mau membantu bagas agar apa yang ia ucapkan malam ini terdengar oleh hati yang juga telah ia pilih untuk saling menjaga dan mengobati luka. Namun sayang, sepertinya semesta kali ini tak mengijinkan, karena dirinya sudah menghilang. Berharap pun bukan sebuah pilihan yang tepat untuk sekarang, yang benar sekarang adalah ia harus balik mengejar apa yang dahulu pernah mengejarnya, jangan sampai masa lalu kembali ke masa sekarang. Karena masa lalu ada untuk kita petik pelajaran dan tidak melakukan hal yang sama.

Bagas memegang lembaran kertas dari sang pujaan hati yang sekarang sedang tak bersamanya. Dirinya sekarang mengetahui seberapa rapuhnya ia, dan itu hanya tertutup oleh topeng yang begitu tipis yaitu, tawa. Sungguh orang yang bertatapan langsung dengannya dan menyelami tatapan itu lebih dalam akan melihat seberapa terlukanya dirinya itu.

ANATHAN  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang