❇3❇ AJAIB (Revisi)

161 23 8
                                    

~Anathan~
.
.
.

Luka ini mungkin tak seberapa,
tapi asal dari luka itu yang sangat membekas pada setiap goresan.
Bila dibiarkan,
hatiku memilihmu untuk menyembuhkannya. Bukan menambah luka kembali dengan asal yang sama, 'kecewa'.

***

"NATHAN YUHU AKU BAWAIN BEKAL LO BUAT KAMU!" pekik Fika saat menemui Bagas yang sedang berjalan di koridor, untung saja kondisi itu sedang sepi.

"Nathan ini aku buat sendiri loh, dimakan yah, nih" ucap Fika sembari menyodorkan bekal yang ia bawa.

"Gue gak mau" balasnya dingin, masih fokus dengan ponselnya.

"Harus mau dong Nathan, kan aku buatnya dengan cinta dan kasih sayang. Ini ambil ya makan terus abisin deh" ucap Fika lagi dan lagi kembali menyodorkan kotak makan itu.

"Udah gue bilang kan. Gue gak mau, lo ngerti bahasa manusia gak sih?!" bentaknya. Sembari menepis tangan Fika yang menyodorkan kotak makan.

Tampa menyadari ada luka di sana, seketika Fika pun meringgis kesakitan. Harusnya dia obati luka itu semalam.

"AAWWSS!" pekikkan itu membuat pandangan Bagas dari ponsel teralih pada Fika yang sedang memegangi telapak tangan sebelah kanannya. Dirinya bingung karena sebelumnya itu tidak ada.

Saat Fika hendak pergi dari sana karena akan ke UKS untuk mengobati lukanya, ada seseorang yang mencekal lengannya lalu melihat luka di telapak tangannya. Siapa lagi kalau bukan Bagas.

"Tunggu" ucapan itu membuat Fika tidak bergerak seketika membisu. Detak jantungnya tak bisa ia kontrol lagi, ini benar benar di luar kendali.

"Ya kenapa Nathan? Ana mau ke UKS dulu, nanti aku balik lagi. Nathan mau nitip sesuatu?" tanyanya ramah.

Dengan senyuman, yang semoga bisa menutup rasa sakitnya. Bagas pun memperhatikan lebih jauh luka Fika, hampir infeksi mungkin belum diobati.

"Kenapa?" tanyanya sembari menaikan kedua alisnya.

"Oh itu, em... Itu... Anu... Apa... Jatuh, iya jatuh. Kepeleset di kamar mandi, maklum licin soalnya" lagi alibi yang Fika berikan. Tidak mungkin juga dirinya mengatakan ini ulah Bagas. Fika nampak bodoh di depan Bagas sekarang ini.

"Gara gara gue ya?" pertanyaan itu membuat Fika membulatkan matanya. Percaya tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Sesekali ia merasakan sakitnya, ternyata bukan mimpi yang Fika alami saat ini.

"Oh enggak kok, ini mah udah biasa hehehe. Sudah jangan dipikirin, nanti biar aku obatin sendiri. Yaudah ya, gak papa kok" belum sempat Fika melepas cekalan di tangannya. Bagas sudah menariknya entah kemana.

Teman temannya belum menyadari, karena kebetulan pelajaran kali ini hanya menghapal tidak menulis. Sedangkan kini, kedua sahabatnya mungkin sudah ada di kelas. Karena sekarang sudah bel, setelah tadi istirahat. Mungkin bisa dibilang bolos tapi, buat ketemu Bagas apa sih yang enggak.

ANATHAN  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang