~Anathan~
.
.
.Seberapa ingin hati ini menutupnya, semua pasti akan terbuka pada saatnya. Tinggal menunggu waktu yang mengupas kisahnya secara perlahan.
Tanpa seorang pun tahu, itu tak lagi bisa untuk kembali disembunyikan.
Seakan memiliki fase sendiri
Untuk pergi, hilang dan lupakan.***
"Na, lo gak kesambet kan? Perasaan dari tadi ngelamun mulu? Mkirin apaan sih? Hutang, cinta, apa ulangan" sahut Silva saat ia hanya melihat Fika mengaduk makanannya sambil melamun, memfokuskan mata entah pada apa.
"Ya kali mikirin hutang Va, yang ada lo kali. Ana kan ibu perbanka, iya gak yang" balas Scali diangguki Al dan membuat Silva naik pitam. Hei ia sedang serius? Apa ia terlalu banyak stand up, komedi jadi ia bicara serius pun disangka melawak.
"Belain napa? Diam mulu perasaan? Kenapa, mikirin cara putus demi gebetan mulus hemm" dan ya yang kena semprot berikutnya adalah Vian yang masih asik dengan makanannya.
"Bawa santuy aja beb, lagian bercanda kan?Gak usah terbawa baper deh. Cukup aku alasan kamu terbawa perasaan, jangan yang lain" gurau Vian mendapat pijakan maut dari Silva.
"Aws sakit dong beb, kalau patah gimana? Siapa yang nemenin ke pelaminan nanti?"
"Shahrukhan! Rasain noh, makanya jangan alay plus jangan telat ngomong. Pas aku butuh diam, giliran enggak aja alay teros"
"Ya maaf,,, refleks yang"
"Satu lagi, jangan yang yang ngan. Memang gue mang ayang yang tukang bikin jembatan layang"
"Yaudah deh, maaf hany"
Lalu semua tertawa, kecuali Fika yang masih melamun entah memikirkan apa. Padahal suasana kantin cukup ramai, tapi dirinya masih asik dengan buai khayalannya itu.
Sampai akhirnya Scali yang hendak menyadarkar Fika dari lamunannya.
BBRRAAKK!!
"Mi..."
"Misi, boleh ikut duduk gak yang lain penuh?" bukan Scali, memang yang menggebrak meja itu Scali tapi yang bicara bukan dirinya. Sepertinya itu juga berhasil mengembalikan Fika pada realita dan tatapannya terarah, bukan pada sosok yang bicara tapi yang diam kaku disampingnya.
"Pacaran?"
"Pa..pat.. patner les ya, patner les kok"
Ingatan itu kembali melintas saat ia menemukan Bagas disamping Fuma. Dia Fuma dengan tautan diantara lengan mereka, juga wajah ceria Fuma menunjukan segalanya.
Apa lagi ini?
"Apaan sih..." dan lagi kalimat Scali terhenti oleh wajah yang sama namun berbeda, tadi oleh Fuma sekarang oleh Fika.
"Oh silahkan, masih ada dua bangku kosong kan? Duduk aja gak papa kok" tungkas Fika, mengabaikan suara hati yang retak dan kontrak yang terlanggar begitu telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANATHAN || END
RomansaCover by @Riryain Squelnya segera publish dengan judul yang sama, mampir ya :') *** "Kalo Salma punya Nathan maka Ana juga punya, Denathan" "Hakikatnya lo tu dikejar bukan mengejar, ngarti kagak sih?" "Gak tuh, karena Ana itu tipe yang memperjuangk...