persetujuan

13 2 0
                                    

Kami telah sampai di butik yang Axel tunjuk, jujur aku belum siap menghadapi hal seperti ini. Tapi kenapa Axel biasa saja daritadi, bahkan dia terlihat santai memilih tuxedo.

"Hei, aku menyuruhmu memilih gaun. Bukan bengong seperti itu," ucap Axel menyadarkan ku kembali, aku gelagapan dan berusaha menetralkan diri.

"Ba-baik."

Ku pandangi satu satu gaun di hadapanku, karena ini nikah pura-pura menurutku gaunnya tidak perlu terlihat mewah bukan. Jadi aku memutuskan mengambil salah satu gaun putih dengan panjang gaun sampai di bawah kaki, tanpa lengan dan punggung lumayan terbuka.

"Aku coba yang ini," ucap ku menunjuk ke gaun yang ku pilih, Axel menatap gaun itu teliti. Sepertinya Axel tidak menyukai saran ku, terlihat dari kerutan di dahinya.

"Nikahnya lumayan mewah, bajunya juga harus mewah."

"Ha?" Aku tidak salah dengar kan? Pernikahannya lumayan mewah? Bentar, ini hanya pura-pura. Kenapa harus lumayan mewah?

"Aku pengusaha kaya, tidak mungkin aku nikah dengan acara yang biasa saja. Bisa-bisa aku malu," jawab Axel yang membuatku menganggukkan kepala mengerti.

"Baiklah, sesuai permintaan mu. Aku pilih yang ini," aku menunjuk ke salah satu gaun yang terlihat penuh dengan beberapa manik di kainnya, leher rendah, dan punggung yang terbuka.

"Bagaimana?" Tanya ku ke Axel

"Boleh, silahkan di coba." Jawabnya tanpa fikir panjang, bagaimana bisa dia tidak berfikir dulu? Ini baju cukup terbuka, bukan cukup lagi. Memang terbuka!

"Kau tidak berfikir dahulu? Gaun ini--"

"Coba saja, kamu bakal terlihat seksi." Ucap nya dengan senyum miring

What?! Ternyata dia seperti ini karena ada niatan lainnya! Sialan! Harusnya aku tidak memilih gaun sialan ini.

"Mari ikut saya nona," ucap salah satu karyawan disana, aku mengangguk dan mengikutinya ke ruang ganti.

"Silahkan." Ia menaruh gaunnya di meja yang tersedia, ku tatap diriku depan kaca besar. Kenapa nasib ku seperti ini?! Harusnya aku menolak saja! Harusnya aku pergi saja dari perusahaan Axel! Arghhh.

Tidak ada pilihan lain sekarang, aku harus menjalankannya. Tidak mungkin aku kabur, kalau aku kabur ya nanti Randy bakal di tangkap sama keluarga Renata. Aku sih tidak perduli, mau di di jual atau apapun itu urusan dia. Toh dia sudah jual aku kan.

"Nona, apakah sudah?" Tanya karyawan yang tadi membuatku kaget, dengan cepat aku membuka pakaian ku dan memakai gaun yang ku pilih.

"Sudah," jawab ku setelah itu aku menghela nafas berkali-kali. Gaunnya sangat cantik, benar-benar cantik. Aku bahkan langsung jatuh hati kepada gaun ini.

"Saya buka ya,nona" tirai pun di buka dengan lebar, aku memutar badan menghadap depan. Saat itu juga aku melihat Axel telah memakai tuxedo yang dia pilih.

Ke-kenapa dia tampan sekali?! Bicara apa aku ini! Bodoh bodoh! Jangan memujinya!

Mata Axel sepertinya tidak lepas dari diriku, bahkan dia meneliti dari ujung kepala hingga kaki. Terlihat sekali dia mengagumi ku.

"Saya ambil ini," ucap Axel begitu saja lalu dia pergi. What?! Gitu doang? Oh ayolah. Aku sudah mencobanya bahkan aku mengagumi gaun ini sendiri pun dia tidak ada memujiku. Apa yang aku harapkan coba dengan lelaki seperti itu.

"Mari saya bantu lepaskan," aku mengangguk saja, setelah selesai memakai kembali pakaian ku sebelumnya, aku memilih duduk di salah satu sofa sambil menunggu Axel membayar tagihannya.

NIKAH?! BURUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang