Aku dan Axel sedang berdiskusi ringan di ruangan Axel, membahas beberapa berkas yang akan di presentasikan besok.
Pintu ruangan di ketuk seseorang, kami menengok. Wajah Clara sudah ada di depan pintu dengan gaya sok manisnya.
"Perasaan nggak ada jadwal pertemuan dengan perusahaan CL." Gumam ku pelan, ku hampiri Clara dengan sopan.
"Maaf, sebelumnya. Tidak ada janji nona untuk pertemuan hari ini," ucap ku dengan senyum seramah mungkin.
"Ah, aku kira tuan Axel mengadakan pertemuan untuk makan siang bersama." Ucap Clara dengan senyum yang menjijikan, Axel menghampiri kami lalu menarik tangan ku untuk berdiri sampingnya.
"Saya harap Anda keluar dari perusahaan ini karena tidak ada izin masuk." Kata Axel dengan wajah datar, Clara tersenyum kecut.
"Mungkin aku salah baca jadwal, apa sebaiknya kita makan siang bersama untuk memperkuat kerja sama?"
"Saya ingin makan siang bersama istri tercinta, jadi saya harap Anda keluar sekarang sebelum saya panggil petugas keamanan." Clara menatapku dari atas hingga bawah dengan pandangan jijik.
"-- Jangan menatap istriku seperti itu, nona. Atau saya akan membatalkan kerja sama," lanjut Axel membuat kami terkejut, tindakan Axel terbilang gegabah.
"Apa-apaan, bagaimana kamu bisa mengambil keputusan seperti itu karena aku memandang istri mu saja? Apa salahnya memandang, toh masih sempurnaan aku daripada istrimu." Kata Clara dengan dagu yang ia naikkan, Axel mengeluarkan hp dan menelfon resepsionis untuk mengusir Clara.
"Kerja sama kita batal, nona. Ketidaksopanan Anda memberi saya penilaian kalau perusahaan Anda sangat buruk,"
"Bagaimana bisa kamu bilang begitu?! Perusahaan ku udah masuk 20 besar di dunia ya! Jangan merasa perusahaan kamu ini tinggi!" Pekik Clara dengan wajah yang sudah memerah.
"Walaupun perusahaan saya baru masuk 10 besar di dunia, tapi moral atasan dan bawahan disini sama. Pendidikan mereka tidak hanya di selembar kertas penilaian, tapi bukti bahwa mereka berpendidikan."
"--- dan lagi, Anda berani menghina istri dan keluarga saya, sama saja Anda menggali kuburan Anda sendiri." Aku hanya bisa diam mendengarkan kedua orang ini berdebat, kalau aku jadi Axel sudah ku tampar dan memukulnya hingga babak belur. Tapi karena ini di perusahaan, aku tidak bisa bertindak secara kasar.
"Istri mu juga awalnya penggoda kan!" Tangan Axel siap untuk menampar Clara tapi ku tahan, jadi aku yang maju menghadap Clara.
"Sebaiknya Anda keluar dari sini sebelum saya membunuh Anda dengan pisau kecil di kantung saya, karena jika Anda mati disini sudah pasti mayat anda tidak akan di temukan, bahkan saya menghabisi Anda dengan cara yang sangat perlahan agar Anda menikmati rasa sakit itu." Ancam ku dengan tatapan yang sangat tajam, Clara terdiam membeku. Kakinya tampak lemas, buktinya dia gemetar hebat.
"Camkan omongan saya, nona. Tidak ada yang berani dengan saya, karena saya bertindak sesuai yang saya inginkan. Dan jika anda ingin melapor ya itu terserah anda, karena sebelum Anda melapor, sudah pasti Anda tidak bernyawa." Aku tersenyum miring sambil menepuk pipi Clara pelan.
Petugas keamanan datang lalu menyeret Clara yang terdiam lemas, aku tertawa puas. Astaga, seru juga mengancam seseorang seperti itu. Bahkan wajahnya pucat sekali, seperti akan menghadapi ajalnya.
"Kamu tampak seperti psikopat jika seperti itu," ucap Axel membuat ku berhenti tertawa, "aku akui ya, dari sifat mengancam ku seperti psikopat. Tapi apa kamu nggak lihat, sikap dia jauh lebih psikopat. Bertindak seenaknya begitu, datang kemari tanpa ada pertemuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH?! BURUK
Romanceharap memaklumi kata-kata kasar yang terdapat di dalam cerita 18+ Saat aku buka pintu mobil,lagi-lagi tangan ku ditahan seseorang. Aku menatapnya jengah,lalu menghadap pria tak dikenal ini. "apaan sih?!" ucapku kesal. "jadi istri pura-pura gua," jaw...