lagi lagi

20 2 0
                                    

Rasanya semua orang mengkhianati ku secara bersamaan, jika aku kembali ke apartemen pasti mama mengira aku wanita tidak baik lagi, tapi jika aku pulang sama saja aku harus merasakan sakit hati.

Jadi aku hanya keliling jalan kaki tanpa arah untuk menetralkan emosi ku, kenapa sebegitu menyedihkannya hidup ku. Mempunyai Abang yang emosional dan tidak segan memainkan tangannya. Memiliki suami yang punya kepribadian dua. Memiliki sahabat yang menyalahkan ku padahal itu bukan salahku.

Rintikan hujan terasa menyentuh kulitku, sepertinya langitpun berpihak kepadaku. Aku tidak perduli jika tubuh ku basah. Yang terpenting aku puas menenangkan diriku.

Hujan pun semakin deras, semua orang menghindari hujan. Sedangkan aku menikmatinya, menatap ke arah langit yang semakin gelap.

"Kenapa kamu hujan-hujanan?" Tanya seseorang di belakangku, aku menengok dan menatap orangnya. Lelaki tampan memegang payung di tangannya dan berperawakan tinggi.

"Aku suka," jawab ku singkat lalu kembali berjalan. Tiba tiba sebuah payung menutupi atas kepalaku, aku menatap ke arah atas dan menengok ke lelaki itu.

"Aku tidak butuh payung mu." Ketus ku menjauhkan payung lelaki tersebut.

"Aku tidak tau kamu memiliki masalah apa, tapi jika hujan membuat mu tenang itu tidak masalah. Yang terpenting adalah kesehatan mu, jika kamu sakit seperti ini, kamu tidak akan bisa menyelesaikan masalah mu dan malah menambah masalah baru,"

"Aku tau, tapi aku sedang menangkan diri dengan cara ku sendiri. Terima kasih atas keperdulian mu," aku pun meninggalkan lelaki tersebut, dan kembali menikmati hujan.

Ku lihat jam di tangan ku, pukul 5 sore. Ternyata aku sudah lama sekali di guyur hujan seperti ini, tubuh ku pun sudah menggigil. Jadi aku memilih duduk di halte bis dengan tubuh yang basah.

Setelah menunggu begitu lama, bis pun datang. Aku masuk ke dalam dan memilih berdiri saja, aku tidak ingin membuat tempat duduknya basah.

"Kamu bisa duduk, kursinya tak masalah jika basah." Tegur seseorang, aku mengenali suara ini.

"Tidak, terima kasih." Jawab ku seadanya, tangan ku di tarik hingga aku duduk di kursinya. Mata ku membulat, aku tidak suka dengan tindakannya.

"Petugas disini akan mengelapnya, mereka punya tugas, jadi nikmati saja fasilitas umum ini." Ucap nya dengan tenang, aku tidak menjawabnya dan milih untuk diam.

Sialan! AC nya besar sekali, tubuhku menggigil.

"Pakai lah," katanya memberikan jaket kepadaku, aku menggeleng

"Tidak perlu, tujuanku bentar lagi." Lelaki ini memakaikan jaketnya ke tubuhku, kenapa dia senang bertindak sesukanya

"Aku tidak butuh," baru ingin melepasnya tangan dia menahan ku

"Kamu butuh, jika kamu sakit. Siapa yang akan perduli jika bukan diri mu sendiri," ucapan menohok dia membuatku tersadar. Benar juga, tidak ada yang perduli.

"Makasih." Lelaki itu hanya tersenyum datar, ku perhatikan jalan. Ternyata sudah masuk perumahan yang ku tuju.

"Pak, berhenti disini." Kata ku ke supir bis

"Oke neng," jawab supir nya memberhentikan bis depan jalan perumahan.

"Ah iya, aku minta nomor hp mu untuk mengembalikan jaketnya." Gumamku

"Ambil saja, tidak perlu kamu balikkan. Anggap saja itu hadiah agar kamu tidak sakit," aku tersenyum kecil

"Terima kasih." Lelaki itu mengangguk, aku turun dari bis dan berjalan ke arah rumah Axel.

NIKAH?! BURUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang