persiapan?

15 2 0
                                    

Makanan kami datang,dan keheningan menyerang. Tiba-tiba hp ku berdering, dilihat ternyata Ryan.

"Bentar," izinku kepada Axel dan pergi mengangkat telpon.

"Ada apa?"

"Sorry,soal kemarin."

"Nggak apa-apa, gua juga aman. Dah dulu ya,"

Tut

Ku hela nafas kasar lalu kembali duduk. Tampak Axel menatapku tajam.

"Hp mu sini," aku mengerutkan kening. "Buat?"

"Udah sini." Ku berikan hp ku dan dia tampak mengotak Atik hp ku.

Dia ngapain sih?

Setelah selesai,dia memberikan hp ku kembali dengan senyum yang dirahasiakan.

"Kau apakan hp ku?" Tanyaku curiga, "nggak apa-apa, ngecek aja. Siapa tau kamu punya simpanan." Jawabnya dengan santai yang membuat Mataku melotot.

"Stres..." Umpatku

"Oh sayang,aku dengar kamu mengumpat lagi,aku cium kau." Ancamnya memajukan tubuhnya sambil menyatukan tangan di depan wajahnya, aku bergidik ngeri.

"Gi,mm... "Aku langsung terdiam karena hampir mengumpat lagi.

"Jam makan siang udah lewat,ayo balik." Ucapku mengecek jam tangan lalu bangkit dari duduk dan siap kembali.

"Kau menyuruh atasanmu?" Tanya Axel dengan tatapan datarnya. Ck,ingin sekali aku penggal kepalanya.

"Yasudah,sir. Saya yang balik lebih dulu." Jawabku lalu pergi meninggalkannya sendirian.

Sampai di perusahaan,banyak yang membungkuk ke arah ku. Aku yang bingung hanya tersenyum kikuk. Karena aku kebelet dan nggak mungkin harus menahannya sampai di ruangan. Akhirnya aku memilih toilet di lantai dasar. Tiba-tiba terdengar bisik-bisik wanita yang membicarakanku.

"Sekretaris baru itu istri mr. Renata?"

"Iya,Mr. Renata sendiri yang mengumumkan di depan karyawan tadi."

"Tuh cewek jalang dari mana bisa dapet Mr. Renata? Dari gayanya aja cupu banget."

"Mana ada jalang cupu, aneh deh lu."

"Alah gaya nya aja cukup di luar tapi liar di dalam."

Aku mendengarnya sambil menahan emosi,kotor sekali kata-kata mereka. Dengan kesal ku buka pintu toilet secara kasar hingga membuat dua wanita itu kaget.

"Aduh, telinga saya panas tiba tiba nih. Ternyata ada yang ngomongin, mbak-mbak tolong ya. Kalo ngomongin orang bisa di depan saya nggak? Kesannya lemah banget ngomong di belakang gini. Mumpung saya di depan kalian, coba omongin lagi soal saya yang katanya jalang itu." Ku tekan perkataan jalangnya depan mereka yang membuat mereka diam tak berkutik. Aku memutar bola mata malas, setiap orang yang ku hadapi selalu seperti ini.

"Kalo bicara jangan asal ya mbak, sekolah tinggi-tinggi tau dong cara sopan santun. Kalian belum kenal dengan saya seenaknya gitu ngomong saya jalang." Ku tatap mereka dari atas hingga bawah dengan pandangan jijik.

"Ku jelasin ya, cara berpakaian jalang nggak jauh beda dengan kalian, ck ck ck. Bisa bisanya Mr. Renata merekrut kalian." Setelah berkata seperti itu aku memilih untuk keluar saja dari toilet tersebut.

Seharusnya aku mencakar wajah mereka hingga habis, berani sekali bilang aku jalang karena tiba-tiba jadi istri Mr. Renata secara dadakan. Manusia cepat sekali menilai tanpa tau seluk beluknya.

Aku kembali ke ruangan dan mulai bekerja, Axel ternyata belum balik-balik juga dari cafe tadi. Ah terserah lah, pernikahan dadakan ini membuatnya pusing sekali.

NIKAH?! BURUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang