tidak perduli

22 2 0
                                    

Hari ini aku datang ke perusahaan Axel untuk mengirim surat resign, semua karyawan membungkuk kepadaku. Wajar, mereka mengira kalau aku adalah nyonya Renata.

Sampai di depan ruangan Axel, aku menghela nafas dahulu. Sepertinya aku harus buat perjanjian untuk surat cerai.

Ku ketuk pintunya, dan dapat perintah masuk dari dalam. Ku buka pintu dan menampakkan wajahku.

Aku menatap mereka- Axel dan Gea- datar, tanpa banyak omong aku menyerahkan amplop ke Axel.

"Saya pamit," ucap ku membungkuk sebentar lalu melangkah pergi

"Surat resign?" Tanya Axel membuat langkah ku terhenti, aku membalikkan badan. Dan tersenyum paksa di depan dua manusia ini.

"Iya, Tuan. Saya ingin keluar dari perusahaan, dan soal hutang akan saya bayar dalam jangka 2-3 bulan ini."

"Seharusnya lu cerai aja," ceplos Gea, aku menatap Gea dengan datar.

"Surat cerai lagi di proses, tenang aja." Jawab ku santai, Axel langsung gebrak meja yang buat kami terkejut.

"Siapa yang nyuruh kamu cerai?!" Bentak Axel

"Saya sendiri, tuan" jawab ku dengan sopan, Axel bangkit dari kursinya dan menghampiri ku.

Tangan ku di tarik gitu aja sama Axel, dia membawa ku ke salah satu pintu di ruangan ini. Aku tau ini kamar pribadi, dia ngapain bawa aku kesini?

"Axel!" Teriak Gea sebelum kami masuk ke kamar dan di kunci oleh Axel

"Ki-kita ngapain disini?"

Wajah Axel benar benar seram, aku sampai menjauhkan diri dari Axel sangking takutnya.

"Berani kamu buat surat cerai tanpa persetujuan ku."

Axel makin maju hingga aku menubruk dinding, jarak kami dipersempit. Axel bahkan tidak ingin mundur, malah makin menekan tubuhku.

"A-axel, mundur. A-aku tidak bisa nafas."

Bukannya mundur, Axel malah menarik tengkukku dan mencium bibir ku ganas. Aku reflek memukul dada Axel karena tindakannya yang tiba tiba.

"Mphhhtt.."

Ciuman Axel benar-benar menuntut, bahkan aku tidak dapat bernafas karena dia. Pinggang ku di peluk olehnya Dengan erat, aku tidak bisa lepas begitu saja dengan kekuatan dia yang sebesar ini.

Ku pukul terus dada Axel tanpa lelah, nafas ku tinggal sedikit. Tidak mungkin aku menahannya terus. Hingga Axel melepas ciumannya dan aku menarik nafas berulangkali.

Axel sama sekali tidak melepaskan pelukan di pinggang ku, posisi kami pun tidak berubah.

"A-aku ham-pir ma-ti," gumamku pelan sambil menarik nafas

"Itu yang akan aku lakukan sampai kamu meminta cerai lagi," bisik Axel dengan suara serak, aku menatap nya tak percaya. Dalam keadaan kaya gini dia masih bisa melakukan hal seperti ini? Dia gila?

"Lepas!"

Axel tidak melepaskannya, dia menarik tengkukku lagi dan mencium bibir ku lebih lembut. Lumatannya pun tidak seperti tadi, lebih hati hati.

Ah sialan! Dia tau cara agar aku luluh!

"Axel! Buka! Kamu ngapain di dalem?!" Pekik Gea dari luar sambil menggedor pintu nya, aku mendorong Axel dengan cepat hingga terlepas.

"Aku melupakan soal Gea, sepertinya urusan kita udah selesai. Aku pamit," aku berjalan dengan cepat dan membuka pintunya, tapi sialnya di kunci oleh Axel. Aku menatap Axel memohon agar di bukakan pintunya.

NIKAH?! BURUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang