Hari ini atas paksaan Vera, Varo akhirnya menjemput Vera tanpa Clara, suasana di mobil hening, hanya musik yang mengalun diantara pasangan kekasih itu, awalnya Varo menolak mentah-mentah, namun Vera tak menyerah untuk membujuk Varo.
Musik kembali terputar kali ini lagu yang cukup mellow menurut Vera, lagu tentang sepasang kekasih yang tak pernah bisa bersatu, Vera mungkin sedikit bersyukur bahwa dia dan Varo masih bisa bersama.
'Aku untuk kamu'
'Kamu untuk aku'
'Namun semua apa mungkin'
'Iman kita yang berbeda'
'Tuhan memang satu'
'Kita yang tak sama'
'Haruskah aku lantas pergi'
'Meski cinta takkan--'
Tut.
Varo tiba-tiba mematikan musik itu membuat Vera menatap Varo heran, dari tadi Varo diam saja, tetapi sekarang dia mematikan musiknya, ada apa dengan Varo?
"Kenapa Varo? Lagunya bagus loh"tanya Vera sambil menatap Varo penuh tanya.
"Berisik."
"Tapi Varo...."
"Mending lo diem, udah numpang nggak tau diri aja"ucap Varo sarkas, seketika Vera terdiam. Vera hanya dianggap Varo sebagai parasit saja, Vera seharusnya tau jika dia hanya menumpang pada Varo.
°•°•°•°
Bel istirahat telah berbunyi, namun Vera memutuskan untuk tetap di kelas. Caca pun sudah pergi ke kantin karena tak sanggup menahan rasa lapar.
"Vera, bisa ngomong bentar."
Vera yang sedang mencatat pelajaran sebelumnya yang tertinggal menoleh mendapati Clara yang berdiri di sampingnya dengan senyuman manis.
"Bicara aja Ra"ucap Vera lalu kembali mencatat dari buku Caca.
"Emm, jangan disini. Gimana kalo di rooftop?"tanya Clara, Vera berpikir sebentar lalu menganggukkan kepalanya dan membereskan buku-bukunya.
Sesampainya di rooftop mereka diam. Vera yang menantikan Clara berbicara, sedangkan Clara masih berpikir bagaimana menyusun kata-kata yang akan dibicarakan kepada Vera.
"Jadi gini Ver..."ucap Clara, akhirnya setelah berlama-lama dalam suasana hening Clara akhirnya membuka mulutnya.
"Maafin gue sebelumnya, gue denger pembicaraan Varo waktu di tanam, gue minta maaf banget"ucap Clara merasa bersalah.
Vera tersentak kaget, dia juga merasa bersalah telah membicarakan Clara dari belakang, apalagi Clara adalah orang yang sangat jujur.
"Maaf ya Clara."
"Ck ngapain minta maaf? Ok gue jelasin semuanya hubungan gue sama Varo."
"Gue sama Varo jadian waktu kita kelas 5 SD. Gue kira ini cuma cinta yang main-main gitu, ya biasalah anak kecil kan suka gitu"ucap Clara sambil terkekeh pelan.
"Tapi hubungan kita itu sampe SMP kelas 3. Dan saat perpisahan itu orang tua gue nyuruh kita pindah ke Jerman. Dan gue study disana."
"Lo kira putus gue karena apa?"tanya Clara.
"Ldr mungkin?"
Clara menggeleng. "Bahkan pas Varo nembak gue, besoknya gue harus ke Jerman beberapa tahun"ucap Clara.
"Terus karena apa?"
"Kepercayaan kita berbeda, Ver"ucap Clara membuat Vera tersentak kaget, Vera kira Clara sama saja seperti orang lain. Ternyata ini alasannya Varo mematikan musik tadi, karena lagu itu sangat pas untuk hubungan Varo dan Clara.
"Awalnya pas kita pacaran orang tua kita setuju aja karna masih kecil. Tapi semakin lama hubungan kita itu makin serius. Itu yang buat orang tua kita khawatir."
"Bokap nyuruh gue buat udahan, sama kaya orang tuanya Varo. Tapi gue dengan keras nolak itu semua, karena gue nggak tau apa-apa. Yang gue tau kalo pelajaran agama gue harus keluar kelas dan diajar guru lain, pisah sama Varo."
"Dan akhirnya gue mengakhiri hubungan gue sama Varo, pas sama perpisahan dan besoknya gue pergi ke Jerman. Awalnya Varo nolak juga, tapi mau gimana lagi kita emang nggak bakalan bersama."
"Dua tahun kemudian gue balik ke Indonesia lagi. Tapi kedatengan gue nggak tepat, kedatengan gue bikin hubungan lo sama Varo renggang."
"Mungkin lo berfikir emang sikap kita agak berlebihan, tapi gimana lagi? Kita udah kenal dari kecil dan saling menyayangi. Tapi Ver, gue udah move on dari Varo, gue cuma nganggep Varo sahabat doang."
Clara menggenggam tangan Vera. "Gue mohon Ver, gue nggak mau karna gue hubungan lo sama Varo berakhir gitu aja. gue liat Varo cinta kok sama lo, tapi dia tertutup ego aja sih. Plis Ver, balik ke Varo, lo nggak tau seberapa menderitanya Varo selama lo pergi"pinta Clara penuh harap.
"Karna.....Gue sama Varo nggak bakalan bisa bersatu walaupun seberapa keras kita berjuang buat hubungan kita, itu sia-sia."
"Tapi Ra, Varo masih ada rasa dengan Clara, Vera nggak bakalan bisa buat rubah perasaan itu."
"Lo yakin sama gue, lo cuma harus bertahan aja, suatu saat Varo bakalan sadar kalo rasanya ke gue itu cuma sebatas saudara, dianya aja yang berlebihan."
Clara menyeka air matanya. "Terkadang gue iri sama orang lain, yang dengan mudah menjalin hubungan. Nggak kaya gue yang harus merhatiin iman, sejujurnya gue capek sama semua ini. Tapi gue yakin, tuhan bakal ngasih kita yang terbaik."
Vera mengelus lengan Clara agar Clara lebih tenang. "Tapi gimana kalau Varo sendiri yang menyuruh Vera buat pergi dari hidupnya?"tanya Vera sambil menatap nanar, nasibnya kini hanya tergantung pada Varo.
"Apa Vera harus tetap bertahan?"
"Tapi Ver. Kalo lo pisah sama Varo cuma gara-gara Varo milih gue, gue nggak rela. Dan lo juga harus nggak rela, karna gue sama Varo itu nggak bakalan bersatu"ucap Clara membuat Vera menganggukkan kepalanya.
"Gue juga udah nemuin orang yang tepat kok"gumam Clara membuat Vera tersentak kaget. "Kalau boleh tau, siapa Ra? Orangnya baik tidak?"tanya Vera berturut-turut.
Clara tersenyum kecil. "Dia baik. Baik banget malahan."ucap Clara sambil membayangkan laki-laki tersebut.
"Namanya?"
"Gana."
Vera tersentak kaget, ia memang sudah mengetahui kalau Gana itu berbeda iman dengan Vera dan Varo. Tapi dia tak menyangka jika Clara akan bersama Gana.
"Dia yang rela deketin gue sama Varo, nggak tau kenapa gue mulai tertarik sama dia, dan suatu saat dia bilang kalo dia sayang sama gue. Tapi dia ngejauh gitu aja, takut Varo benci sama dia. Dia lebih mengutamakan persahabatan dari pada percintaan."
"Sampe pada saat gue balik lagi ke Indonesia. Gana orang yang pertama kali gue temuin, gue ngomong perasaan gue ke Gana. Dan kita mutusin buat bersatu. Tapi kenyataannya Varo bilang masih ada rasa ke gue. Itu yang buat Gana kembali ngejauh, pas lo ngomong berdua sama Varo, gue kaget kalo lo itu pacar Varo dan gue bener-bener ngerasa bersalah."
"Satu sisi gue pengen bilang kenyataannya sama Varo, tapi Gana nyegah gue, dia nggak mau persahabatannya hancur gitu aja. Dia lebih milih kehilangan cintanya, tapi gue nggak bisa! Gue nggak bisa gini terus Ver, Varo terlalu egois buat tau semuanya."
Vera menenangkan Clara yang sudah terisak. "Clara, percaya sama Vera. Kalo memang Gana ditakdirkan tuhan untuk Clara, pasti Clara sama Gana akan bersatu."
"Clara orang baik, Gana juga baik. Vera yaki, tuhan nggak akan nguji kita kalau kita nggak mampu, tuhan yakin kita bisa memalui ini semua"ucap Vera membuat Clara meredakan tangisannya.
"Vera akan coba bantu Clara, Clara bersedia tidak kalau kita bersahabat?"tanya Vera ragu.
Clara mengangguk. "Ini yang gue mau, dari awal kita ketemu gue pengen banget sahabatan sama lo, makasih ya Ver"ucap Clara sambil tersenyum senang lalu mereka berdua berpelukan.
nah loh, sudah puaskah kalian readers yang budiman?
maafkan diriku yang gatel buat double up (u_u)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSESIF BOYFRIEND
Teen FictionLangsung aja spoiler dikit biar nggak kepo "Vera naik ojol aja ya Var"-Alvera Aurel Olivia. "Nggak boleh, ojol cowok cowok"-Alvaro Revan Leonardo. "Terus Vera naik apa, bareng Varo ya?"-Alvera Steffi Olivia. "Gak, gue ada urusan"-Alvaro Revan Leon...