[09]

8.6K 392 76
                                    

Hari ini Varo tiba-tiba menjemput Vera, jelas Vera merasa senang karena Vera kira Varo sudah tidak menyayangi Vera sejak kejadian tadi malam, tapi Vera menepis fikiran itu, tentunya Vera merasa sangat senang.

Mobil Varo sudah terparkir di depan rumah Vera, Vera dengan cepat turun dari kamarnya. Setelah berpamitan, dia keluar dari rumah dan menghampiri mobil Varo.

Saat Vera membuka pintu jok bagian depan, dia terkejut mendapati Clara sudah duduk disana, Vera kira Varo mengantar Vera karena niatnya sendiri, tetapi malah dia menjumpai Clara.

"Clara?"

"Eh, hai Vera! Kata Varo rumah lo searah sama kita, jadi kita sekalian jemput lo deh"ucap Clara sambil tersenyum manis, sikap Clara memang baik, hanya saja dari awal Vera yang tidak menyukai Clara.

"Oh begitu. Terimakasih ya Clara, Varo"ucap Vera lalu duduk di jok belakang, dulu Vera yang duduk di samping Varo, tapi sekarang digantikan dengan Clara. Mungkin begitu juga dengan posisi di hati Varo.

Di perjalanan Vera sangat menyesal telah mengikuti ajakan Varo, nyatanya disini dia hanya menjadi kacang, Varo dan Clara berbincang banyak. Bahkan tak segan-segan Varo mengelus rambut Clara, sejujurnya Vera iri, karena Vera tidak di perlakukan seperti itu dulu.

"Kamu tau nggak? Selama aku di Jerman sering mimpiin kamu masa"ucap Clara sambil terkekeh geli.

Varo ikut terkekeh. "Aku juga, selalu mikirin kamu, nggak tau kenapa"ucap Varo yang mengelus rambut blonde Clara.

Vera mati-matian menahan air matanya. Dia sejujurnya kecewa dengan Varo. Apakah dia benar-benar tidak menganggap Vera disini? Padahal Vera masih menjadi kekasih Varo.

Sepuluh menit terasa sepuluh jam bagi Vera, sesampainya di parkiran sekolah dia mengucapkan terimakasih dan berlari menuju kelas nya. Tak sanggup melihat mereka berdua, apalagi Varo yang dari kemarin belum berbicara dengannya.

Dia menaruh kepalanya di lipatan tangannya yang diatas meja, perlahan dia mulai terisak, tak menghiraukan panggilan Caca yang khawatir padanya, yang terpenting dia menyelesaikan urusan hatinya yang sesak, baru memberi tahu Caca.

Clara diantar Varo didepan kelasnya, dia tersenyum-senyum sendiri mengingat ucapan Varo yang sukses membuat Clara terbawa perasaan. Clara mengernyit bingung melihat bahu Vera naik turun pertanda Vera menangis, tapi tadi Clara melihat Vera baik-baik saja meskipun di dalam mobil dia hanya diam.

Clara menyentuh bahu Vera. "Lo kenapa Ver? Perasaan tadi lo baik-baik aja"tanya Clara. Lalu dia menatap Caca menanyakan apa yang terjadi pada Vera, namun Caca menggeleng tanda tak tahu.

Vera yang terkejut ada Clara dihadapannya dia buru-buru menyeka air matanya dan tersenyum pada Clara. "Nggak apa-apa Ra, Vera cuma nggak enak badan"ucap Vera memaksakan diri untuk tersenyum.

"Gue anter ke UKS ya?"tanya Clara khawatir, Clara itu benar-benar baik hanya saja Vera yang jahat untuk tidak suka pada Clara.

Vera menggeleng. "Nggak usah Ra, abis ini juga Vera enakan. Makasih ya."

"Iya sama-sama. Gue ke bangku gue ya? Nanti kalo ada apa-apa bilang sama gue"ucap Clara yang dibalas anggukan oleh Vera. Sudah Vera bilang kan? Clara itu sangat baik.

Wajar saja Varo memilih Clara. Wajah Clara yang cantik, putih halus dan manis. Tingginya yang semampai, rambutnya blonde nya yang asli karena dia terlahir di Jerman, apalagi sikapnya yang ramah dan gampang bergaul membuat para lelaki bertekuk lutut dengan Clara.

°•°•°•°

Vera tak sengaja berpapasan dengan Varo dan Clara, dia sudah tak sanggup untuk tidak berbicara pada Varo. Dia ingin Varo menjelaskan ini semua, mungkin ini saatnya untuk Vera pergi di kehidupan Varo.

"Varo, boleh biacara sebentar?"tanya Vera membuat Varo melirik sekilas kearah Vera.

"Gue sibuk."

"Varo jangan gitu, Varo bisa kok biacara sama Vera"ucap Clara sambil mendorong Varo kearah Vera. Clara memang benar-benar sempurna, pantas saja Varo lebih memilih Clara dari pada dirinya.

"Apa?"tanya Varo saat mereka sampai di taman, di taman sekolah agak sepi sekarang, makanya Vera memutuskan untuk berbicara dengan Varo disini.

"Varo, Clara itu siapa Varo?"

"Ngapain lo tanya gitu?"tanya Varo sewot.

"Nggak, cuma Vera lihat Varo sama Clara deket banget."

"Mantan gue."

"Mantan terindah gue"tambah Varo membuat Vera memejamkan matanya, menahan sesak yang teramat di dadanya.

"Varo kenapa nggak ngomong kalo Vera itu pacar Varo ke Clara? Apa Varo malu?"lirih Vera dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya."

Vera memalingkan wajahnya, seharusnya ia tahu dari awal bahwa Varo menang untuk Clara, disini mungkin Vera yang berada di posisi salah.

Vera kembali memejamkan matanya membuat air mata yang sedari tadi menanti akhirnya keluar, mungkin Vera sudah terlalu sakit menghadapi kenyataan yang ada.

"Varo sadar nggak kalo Vera sakit melihat Varo dan Clara?"

Varo menaikkan sebelah alisnya. "Terus? Gue perduli?"tanya Varo sambil melihat tangannya didepan dada.

"Ini terakhir Vera tanya. Apa Varo masih punya perasaan ke Clara?"tanya Vera, dia berharap agar Varo menjawab tidak, Vera masih ingin mempertahankan hubungannya dengan Varo.

"Masihlah."

Vera sebenarnya tahu kalau Varo akan menjawab itu, dia masih menguatkan hatinya untuk tak memperdulikan apapun itu, tapi ini puncak nya. Vera juga manusia yang punya batas kesabaran.

"Vera lelah, Varo."

"Vera sakit lihat Varo sama Clara, Vera sakit Varo bilang ke Clara kalau Vera cuma teman Varo."

"Sekarang kita buat mudah. Varo masih ada perasaan kan sama Clara? Varo cuma nganggep Vera teman kan? Bagaimana kalau hubungan kita akhiri aja, agar Varo lebih leluasa dengan Clara."

Vera sebenarnya tidak ingin membuat keputusan ini, tapi hatinya sudah tak tahan atas perlakuan Varo. Selama ini hanya status, tak ada pembuktian bahwa mereka pasangan kekasih.

"Nggak!"

Vera menghembuskan napasnya lelah, ini yang Vera tak suka dari Varo. Varo itu egois, dia berprinsip jika dua bisa mengapa harus satu? Tamak bukan? Tapi mengapa Vera bisa luluh dengan semua sikap Varo.

"Ya sudah, Varo jauhi Clara."

"Dan itu nggak bakal terjadi."

Vera sudah lelah dengan semua perlakuan Varo yang membuat Vera muak, tapi bagaimana lagi. Vera cinta Varo apa adanya, Vera cinta perlakuan buruk Varo.

Vera meninggalkan Varo sendiri.

Varo bajingan yang mencintai dua orang sekaligus.

Varo bajingan yang ingin tetap bersama Vera walaupun perasaannya hanya untuk Clara.

MY POSESIF BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang