[16]

8.2K 375 56
                                    

sista sista, up nih hehe

"Pantai?"tanya Vera sambil menatap sekelilingnya. Sesuai janji Varo tadi, setelah pulang sekolah dia mengajak Vera untuk pergi ke suatu tempat dan inilah tempatnya, pantai.

"Gimana? Bagus kan?"tanya Varo yang tepat disamping Vera sambil memandang wajah cantik Vera yang sedang terkagum kagum.

Vera menganggukkan kepalanya cepat. "Iya Varo. Ini bagus sekali, nggak sia-sia Vera ikut sama Varo hehe"ucap Vera membuat Varo gemas.

Mereka berdua mendudukkan diri di atas pasir, tak perduli seragam mereka yang kotor. Intinya sekarang mereka tengah bahagia, dan mereka janji akan menjaga kebahagiaan ini sebisa mungkin.

Varo menatap wajah Vera yang terlihat sangat bahagia. "Berdosa banget aku dulu pernah buat kamu sedih"ucap Varo sambil mengelus surai panjang Vera.

Vera menoleh. "Nggak apa-apa Varo. Vera udah lupa kok, sekarang ya sekarang. Untuk dulu mungkin cukup kita simpan didalam hati kita masing-masing, sebagai pelajaran."

Saat ini Varo sangat beruntung memiliki sesorang seperti Vera. Vera adalah wanita yang sangat baik dan pemaaf, dia adalah wanita yang dewasa, sangat cocok untuk melengkapi sifat Varo.

"Varo rencananya kapan ke London?"tanya Vera sambil menatap Varo dalam.

Varo mengendikkan bahunya. "Nggak tahu, formulirnya masih dibawa papa, belum di kasih ke aku. Jadi aku nggak tau apa-apa"ucap Varo agak sedih, dia bahkan belum rela untuk berpisah dari Vera.

"Nggak apa-apa Varo. Vera bakalan nunggu Varo sampai Varo lulus, calon dokternya Vera"ucap Vera menghibur Varo, dan berhasil. Nyatanya sekarang Varo kembali tersenyum.

Mereka berdua diam, menikmati semilir angin yang menghembus tenang, memandang matahari yang beberapa menit lagi akan tenggelam. Ini impian Vera, jujur Vera belum pernah melihat sunset seumur hidupnya.

"Kalo semisal Vera dikasih umur lebih sama tuhan. Sekitar 6 tahun lagi, Vera ingin kembali kesini lagi dengan orang yang sama"gumam Vera sambil tersenyum tipis membuat Varo menoleh.

Varo menggenggam tangan Vera. "Aku janji, setelah lulus nanti aku bakalan langsung ke Indonesia, aku bakalan bawa kamu kesini"ucap Varo sambil tersenyum manis.

"Semoga saja. Semoga tuhan masih menyatukan kita nanti. Dan Vera harap selamanya"gumam Vera pelan membuat Varo mengernyit bingung.

"Maksud kamu?"tanya Varo membuat Vera tersentak dari lamunannya.

"Eh, nggak Varo hehe."

Keduanya kembali terdiam. Sibuk dengan fikiran mereka masing-masing, memikirkan bagaimana yang terjadi 6 tahun kedepan.

Varo tiba-tiba memandang Vera membuat Vera menatap balik Varo. "Ayo kita buat surat, surat yang menjelaskan tentang kita. Kita akan buka 6 tahun kedepan, bersama-sama."

Vera tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, Varo langsung membuka tasnya, menyobek 2 lembar buku dan mengeluarkan 2 bolpoin. Varo menyerahkan 1 untuk Vera, 1 untuknya.

Posisi duduk mereka saling memunggungi, namun punggung mereka menempel, menyandarkan tubuhnya satu sama lain dan mulai menulis kata-kata.

'Saat ini aku egois. Aku membuat kamu menunggu selama 6 tahun. 6 tahun bukanlah waktu yang singkat, banyak yang kita rasakan pada waktu itu. Entahlah, apakah kita bisa melalui itu semua. Tapi aku punya satu pesan untukmu jika 6 tahun kemudian aku tidak datang. Kamu boleh mundur, kamu boleh menyerah untuk memperjuangkan aku, kamu juga bisa lelah dan aku tidak memaksanya.

Dan untuk kejadian dulu. Aku sungguh minta maaf, sangat menyesal bukan dan aku semakin bersalah ketika kamu memaafkanku dengan mudahnya.

Seperti yang kamu bilang, kamu adalah rumahku, tempat dimana aku bisa berkeluh kesah. Seberapa jauh aku menjelajah dunia, aku akan kembali ke kamu, karena kamu adalah rumahku.

MY POSESIF BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang