[JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN,HAPPY READING!]
' Sedang memperjuangkan sebuah perasaan '
💜
Pasar malam, kini Chavana dan Abzas sedang berada disana mereka berdua menatap berbinar kearah wahana-wahana permainan disana yang ingin sekali mereka coba satu-persatu permainan disana.
Chavana tersenyum kecil menatap anak kecil yang sedang asik-asikan bermain diistana balon ia jadi teringat waktu kecilnya, sewaktu kecil dirinya sangat menyukai istana balon hingga dirinya bermain berjam-jam membuat kedua orang tuanya jengah dan menarik paksa dirinya untuk pulang karna dirinya bermain hampir larut malam. Dirinya lanjut berjalan-jalan mengutar pasar malam sambil melihat permainan yang ingin ia naiki sekarang. Abzas hanya mengikuti langkah gadis itu.
"Van mau main apa lagi? Tadikan udah main bianglala, kalau sekarang mau main apa lagi?"
"Apa ya"tanya Chavana bingung ia menatap kearah wahana rumah hantu yang ramai akan pengunjung begitu juga dengan lelaki itu yang mengikuti arah pandangan gadisnya, ia tersenyum miring
"Rumah hantu? Emang gak bakal takut ya? Awas kalau sampai nangis"
Gadis itu menatap menantang kearah Abzas, lelaki itu meremehnya. Oh oke dia akan buktikan bahwa dirinya berani dan menyuruh Abzas untuk menarik perkataannya.
"Ayo siapa takut!"ucap Chavana menantang, Abzas tersenyum lalu menarik gadis itu hingga ke wahana rumah hantu. Mereka berdua membayar tiket dan kini bersiap-siap untuk memasuki wahana rumah hantu itu.
Akhirnya sekarang giliran mereka berdua dan pengunjung lainnya, Chavana awalnya biasa saja namun setelah semakin lama semakin mengerikan dan banyak suara yang mengerikan apalagi kemunculan sosok hantu sering membuatnya terkejut dengan teriakan dan wajah penuh darah, melampiaskan ketakutan dan keterjutan dirinya memeluk dan meremas-remas kencang lengan Abzas sambil memejamkan matanya dan sesekali berteriak kencang begitu juga dengan pengunjung lain.
Hingga tiba dipenghujung rumah hantu Abzas keluar terlebih dahulu sambil tertawa puas karna menurutnya ini sangat-sangat menyenangkan, ia menoleh kebelakang tak mendapati keberadaan gadisnya. Tak berapa lama kemudian ada Chavana keluar dengan wajah tak bisa diartikan, wajah gadis itu sedikit pucat dari biasanya juga wajahnya dipenuhi keringat.
"Katanya nggak takut tapi kok lengan gue diremas-remas sih" Abzas tertawa meledek kearah gadisnya, sedangkan Chavana mati-matian menahan tangisnya. Tadi dirinya dihalangi dua sosok hantu membuat ia terpisah dengan Abzas dengan kesal ia berteriak sekencang mungkin dan mendorong-dorong hantu jadi-jadian itu.
"BODO AMAT TAU NGGAK!"kesal gadis itu yang pergi meninggalkan lelaki yang masih asik tertawa mengingat kejadian dirinya dan Chavana dikejutkan oleh kursi roda yang bergerak sendiri juga boneka seram yang tiba-tiba jatuh tepat dihadapan mereka berdua
"Van tadi tuh seru tau masa lo takut sih! Apalagi waktu boneka yang tiba-tiba jatuh dihadapan kita, lo kaya mau nangis gitu tau!"
Chavana berhenti menatap sebal kearah lelaki yang juga menatapnya, ia mencubit kuat pipi lelaki itu "Ngeselin banget sih lo, tau nggak gue tadi dihadang sama pocong dan tuyul tau! Dia buat gue pisah sama lo, makanya tadi lo keluar duluan"ucap gadis itu lirih
"Aduh sakit Van, lukanya masih belum sembuh"
"Maaf lupa"ringis Chavana menatap wajah lelaki itu yang masih ada sedikit bekas luka, Abzas hanya tersenyum menanggapi lalu ia rengkuh bahu gadisnya
"Makanya kalau jalan jangan lambat kan jadi gue tinggalin dan dihadang mereka"
"Kok rese sih!"
"Dih pacarnya Abzas ngambekan"cibir lelaki itu lalu tertawa kencang, Chavana memberontak ia menatap sinis kearah Abzas yang tertawa, ia meninggalkan Abzas sendirian yang asik tertawa hingga lelaki itu tak menyadari bahwa dirinya tak lagi ada disana.
"Eh Chavana?"tanya Abzas bingung saat tak mendapati keberadaan Chavana dihadapannya lalu lelaki itu menepuk dahinya dan mengejar gadis itu yang berjalan pergi entah kemana. Dirinya tersenyum ketika mendapati gadisnya yang sedang memesan jagung bakar, ia mendekati Chavana dan ikut memesan.
"Ngapain sih!"
"Ciee yang marah"goda Abzas membuat gadis itu nambah kesal, Chavana mengambil jagung bakarnya yang telah selesai dibakar lalu ia memberi uang pas kepada si penjual. Kemudian berjalan menjauh dari tempat jualan itu, Abzas langsung ingin pergi mengejar gadisnya
"Eh Mas jagungnya gimana??"teriak si tukang penjual hal itu membuat lelaki tersebut berhenti dan meringis
"Saya gak jadi belinya, maaf ya Pak!"
Abzas kembali berlari mengejar Chavana yang terlihat sedang duduk sambil memakan jagung bakarnya, ia mendekati gadis itu dan duduk disampingnya.
"Jangan marah dong"
"...."
"Van? Jangan marah"
"Paan sih"ketus Chavana membuat lelaki itu tak bisa menahan senyumnya ia mencubit hidung gadis itu karna gemas
"Gemes banget sih"
"Ish! Jangan ganggu orang lagi mau makan juga"
"Lo sih ngegemesin kan kesel gue jadinya"Abzas terkekeh sedangkan Chavana mencibir lalu menyodorkan jagungnya dihadapan lelaki itu
"Mau?"
Lelaki itu mengangguk dan memakan separuh bagian dijagung itu, "Mau lagi gak?"
"Nggak usah"
Chavana mengangguk mengerti ia kembali memakan jagungnya dan sesekali mereka asik bercerita, mereka berdua menghabiskan waktu bersama hingga larut malam dan memutuskan untuk pulang.
💜
Aku kepengen cepet-cepet end:", pengen aja gitu wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAVANA [Tahap Revisi]
Teen Fiction"Berjuang mendapatkan cinta lo itu emang gak mudah, semuanya emang gak bakal berjalan mulus saat kita berjuang pada sesuatu" -Abzas Faisal "Sejak awal dia bersikap aneh?atau tertuju ke manis? Gue gak tau, karna gue semakin lama semakin nyaman dengan...