21. CHAVANA

80 28 0
                                    

[JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN,HAPPY READING!]

💛

Chavana dan kedua sahabatnya ingin memasuki bis khusus untuk kelas mereka namun suara bariton mengintrupsi membuat ketiga gadis itu menoleh.

"Van se-bis sama gue aja ya"ucap Abzas, Chavana menatap aneh kearah lelaki itu sedangkan kedua sahabatnya menyenggol-nyenggol lengannya sembari menunjukkan senyum manisnya

"Nggaklah kita kan perkelas bisnya"

"Nggak ada penolakan"tegas lelaki itu merangkul Chavana membawa gadis itu ke depan bisnya, Abzas mengambil tasnya yang ia taruh dipinggir gerbang depan sekolah langsung saja ia ambil dan dirinya telah siap akan peralatannya

"Nggak ada penolakan"tegas lelaki itu merangkul Chavana membawa gadis itu ke depan bisnya, Abzas mengambil tasnya yang ia taruh dipinggir gerbang depan sekolah langsung saja ia ambil dan dirinya telah siap akan peralatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chavana ragu, ia berdiam diri ketika mendapati Abzas yang mendekatinya dan ingin membawanya ke bis kelas mereka namun ia tahan.

"Abzas nanti gue dimarahin kan udah dibilang naik bis perkelas"

"Siapa yang marahin lo hm? Udahlah gak apa-apa"

Chavana menabok lengan Abzas namun dihiraukan oleh lelaki itu dan membawanya masuk kedalam bis, orang-orang berbisik mengenai ini melihat itupun merasa tak nyaman.

"Woeee main ambil anak orang aja lu Zas"kekeh Jaka, lelaki itu tak peduli ia menyuruh gadisnya untuk duduk dekat jendela disampingnya

"Kelas lain nggak boleh masuk bis ini"peringat Sandi-sang ketua kelas 12 IPS 5 kepada Abzas yang hanya dicueki oleh lelaki itu

"Bacot"gumam lelaki itu malas ia menatap Chavana yang juga menatapnya kesal

"Abzas ih gue mau ke bis kelas gue kan udah diperingat waktu itu"ucap gadis itu tegas

"Biarin!"

Datang wali kelas Abzas memasuki bis membuat Chavana gelagapan ia menginjak kaki lelaki itu dan beberapa kali mengumpat namun Abzas nampak santai tak takut akan perbuatannya.

"Lho Chavana?kamu kok ada disini? Bukannya kamu anak IPS 2 ya?"tanya Bu Sri yang sepertinya mengetahui keberadaan Chavana, gadis itu tersenyum canggung semua menyorot menatapnya. Ia menunduk malu, dirinya mencubit pelan lengan lelaki disampingnya

"Dia se-bis sama saya Buk"sahut Abzas

"Kan harus per-kelas Abzas?"

"Abzas nggak bisa jauh-jauh Buk sama Chavana"sahut Bernian yang dibetulkan Abzas, wanita paruh baya itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, anak jaman sekarang!

[CHAVANA]

Chavana buru-buru keluar dari bis dan segera menghampiri kedua sahabatnya yang sudah menunggunya, ia tadi mengirim pesan kepada kedua sahabatnya untuk menunggunya.

"Woi"panggil Chavana yang melambaikan tangannya pada kedua orang gadis yang jengah, ia menghampiri Nabila dan Farlhea

"Van tadi lo seriusan se-bis sama Abzas? Lo dimarahin gak sama Buk Sri"

"Untung aja sih enggak tau tuh cowok, ngeselin banget!"kesalnya

Mereka asik mengobrol sembari berjalan ke tempat letak lapangan tenda mereka, disana sudah banyak teman sekelas mereka yang sibuk mendirikan tenda. Langsung saja mereka bertiga menghampiri kelompok mereka dan membantu memasangkan tenda. Setelah bersusah payah akhirnya tenda mereka berdiri juga, langsung saja mereka membawakan tas-tas kedalam.

"Tolong dong kumpulin beberapa ranting untuk api unggun!"

Chavana dan lainnya mencari ranting disekitar mereka, banyak ranting yang sudah Chavana dapatkan. Datang Abzas yang tiba-tiba mengambil ranting dari gadis itu.

"Biar gue aja yang bawa"perintah Abzas yang diangguki oleh gadis itu lagi pula ia sedikit kesusahan membawa ranting-ranting itu, Chavana mengambil ranting yang dekat dengannya namun tak disangka tangannya tergores karna bagian tajam ranting itu

"Aw!"rintih gadis itu pelan namun dapat didengar jelas oleh Abzas segera mungkin ia mendekati gadisnya dengan raut sangat khawatir

"Lo kenapa?tangan lo kok berdarah!?"

"Tadi gak sengaja tegores sama ranting yang gue ambil"ucap Chavana memberi tahu, Abzas langsung saja membuang ranting itu persetan dengan rantingnya, ia membawa gadis itu ke depan tendanya dan mengambil bolesa

"Eh rantingnya–"

"Udah ah obatin dulu luka lo, goresnya cukup besar tau, lain kali hati-hati Van"peringat Abzas membersihkan luka goresan ditangan Chavana menggunakan air yang ia ambil tadi, gadis itu mengangguk ngerti

"Ranting yang gue kumpulin lo taruh dimana?"tanyanya

"Persetan dengan itu"

"Lo gimana sih! Gue udah capek-capek kumpulin rantingnya dan sekarang itu entah kemana"dengus gadis itu menyentil dahi lelaki itu yang mengangkat bahunya tak peduli

"Gara-gara ranting itu tangan lo terluka"

"Bukan ranting yang gue kumpulin tapi ranting yang barusan gue pungut!"

"Terserah yang penting rantingkan?"

"Nyebelin deh"kesal Chavana meninggalkan Abzas ia kembali ke tempat tadi untuk mengambil ranting yang sudah payah-payah ia kumpulkan dan seenak jidat lelaki itu menaruhnya entah kemana, Dasar!

"Aduh gadis itu"gerutu Abzas menggelengkan kepalanya dan sesegera mungkin untuk menyusul Chavana agar keadaan gadis itu selamat dan baik-baik saja tanpa luka atau goresan kecil dibagian tubuhnya

💛

CHAVANA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang