chapter 7 - "Half Blood"

1.8K 153 3
                                    


Enak nya weekend.
Bisa istirahat, santai dan yang jelas aman dari dunia luar.

Sedari pagi aku tidak punya kegiatan yang berarti. Hanya rebahan, nonton TV sambil nyemil, membaca komik.

Mama sesekali menyuruh ku membantu membersihkan rumah atau menjemur pakaian.
Bukan pekerjaan berat.
Kami hanya berdua sekarang, tidak banyak yang perlu dibersihkan. Kami orangnya rapi.
Beda saat ada kakak, dia orang slebor, suka seenak nya masuk rumah pakai sepatu yang penuh lumpur bawaan dari lapangan, lalu lepas baju dan menaruh nya sembarangan.

"Ekii, makan siaang!" teriak Mama dari lantai bawah.

Aku bergegas kebawah dan menuju ruang makan. Sudah ada Mama di meja makan.

"Kamu itu kenapa harus di suruh dulu baru mau makan sih kik?" omel Mama sembari menyendok nasi untukku

"Ya kan belum lapar Ma"

"Buat remaja kayak kamu, makan itu bukan masalah lapar, tapi keharusan, kan kamu dalam masa pertumbuhan, jadi musti banyak asupan gizi, kamu mau terlambat tumbuh?"

Kalau Mama sudah ngomel, pasti jadi panjang.
Tapi ngomel nya memang untuk kebaikan sih.

"Udah maa kebanyakan"

"Ekik ih, kan harus makan yang banyak"

"Entar ga habis gimana?"

"Ya Mama marahin kamu kalo ga habis"

"Kok gituu" aku merengut

"Heran deh Mama, kakak kamu kalo makan sepiring ga pernah cukup. Kamu malah sepiring suka ga habis"

Mama terhenti sejenak, selalu begitu kalau tiba-tiba menyebut Kakak.

"Yaudah aku makan banyak" ujarku buat menghibur Mama, sembari mengambil daging lagi

"Nah gitu donk" Mama tersenyum

Kami mulai makan dan seperti biasa disertai dengan obrolan

"Gimana kik sekolah nya? Asik gak? Seru kan jadi anak SMA. Teman-teman kamu baik-baik kan? Udah kenal semua kan?"

"Umm" aku bingung musti jawab apa.
Sejauh ini yang terjadi padaku tidak bisa dibilang asik. Mungkin seru kalau deg-deg an setengah mati saat hampir maju di tengah-tengah orientasi bisa dibilang seru.

"Anak nya Vena Darmawangsa sekolah disitu juga kan?" tanya Mama lagi tanpa menunggu jawabanku

"Oh, Indra. Iya dia sekelasku?"

"Serius? Wah kok bisa kebetulan ya. Kamu jadi teman nya artis donk Kik"

Duh Mama, yang artis kan orang tuanya

"Trus siapa lagi teman mu?"

"Ya banyak, Mama juga ga bakal paham kalo aku cerita"

"Ihh Mama kan pengen tau"

Ya, aku paham kenapa Mama pengen tau. Pasti dia khawatir aku ga punya teman. Aku yakin Mama dari dulu sadar temanku sangat sedikit, walau dia tidak pernah membicarakan nya.

"Ajak teman-teman kamu kesini, nanti mama masakin yang banyak"

"Hmm" aku cuma bisa bergumam.
Emang siapa yang mau aku ajak kesini?

Eh, kan DJ pernah kesini, walau cuma sampai depan pagar

Duh, aku udah berusaha untuk ga ingat tentang DJ di weekend yang damai ini. Kenapa jadi diingatkan.

"Aku kemarin lihat Kak Sasha" ujarku untuk mengalihkan pembicaraan

"Really? Trus kamu sapa?

"Nggak sih, cuman lihat dari jauh"

My Big Donut [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang