Chapter 44 - "Selesai" (3)

1.2K 85 27
                                    

Pandanganku terpaku ke jalan di depan.

Aku tidak melihat mobil-mobil itu.
Sebenarnya aku sedang tidak melihat apapun.

Aku sedang mencoba sekuat tenaga untuk tak membayangkan semua yang telah terjadi belakangan ini.

Aku. Akhirnya punya pacar

No Ki,

Bahagia sekali rasanya

No! Jangan diingat!

Pacarku tampan dan baik sekali

Jangan diingat!!

Bahagia saat tau gimana rasanya pelukan... dan ciuman...

Eki!!

Mataku mulai basah.

Ga boleh nangis! Harus kuat!
Ada pak Totok disini, ga boleh nangis!

Pandanganku kabur karna air.

"Den Ferki kenapa?" tanya pak Totok

Aku masih berusaha menatap lurus ke depan.

"Ga papa pak" jawabku lirih

"Lagi sedih ya?" tanya nya ramah

aku tak menjawab.

"Ada yang bisa saya bantu?" tawarnya

Ga ada. Jawabku dalam hati

Ga ada yang bisa perbaiki ini kan?

Aku sakit lahir batin.
Badanku rasanya remuk. Lemas. Pantatku sakit.
Tapi hatiku masih lebih sakit dibanding semua rasa sakit fisikku ini.

Pasti sesampainya aku di rumah nanti aku akan langsung menangis di kamar.

Aku yakin aku tak akan bisa tak menangis saat melihat Mama.
Aku merasa bersalah.
Aku sudah jadi anak yang nakal, hina dan kotor.

Selama ini aku bisa berakting dan menahan tangis di depan Mama.
Tapi rasanya pasti nanti tak akan kuat.
Aku yakin aku tak akan kuat.

"Pak, saya minta tolong boleh?" tanyaku ke Pak Totok, "tapi... kalau merepotkan, ga bisa ga papa kok"

"InsyaAllah saya bisa bantu Den Ferki" jawab pak Totok sambil tersenyum padaku.

--=X=--

"Terimakasih ya pak" ucapku pada Pak Totok saat aku keluar dari mobil.

Baik sekali pak Totok mau mengantarku jauh-jauh kesini.

Saat mobilnya sudah pergi menjauh, aku melihat jam di layar hp ku.
Sudah hampir jam 8 malam.

Aku menatap toko roti di depan ku ini. Masih buka.
Kemudian aku melangkah menuju gerbang di samping nya.

Setelah masuk melewati gerbang itu, langsung terdengar suasana ramai, sama seperti saat terakhir kali aku kesini.
Padahal sudah malam ya.
Tapi masih banyak pegawai yang sibuk beraktifitas membuat roti.

"...Ya Rabb, Ya Rabb!!"

Aku mendengar suara jengkel wanita yang sedang marah-marah.

"Dimasukin ke pesantren ga mempan. Dimasukin ke sekolah mahal teteep ga mempan..." omelnya, "Umi harus masukin kamu kemana lagi sih iusss?!!"

"Sabar Mi" timpal suara bapak-bapak di sampingnya

"Sabar sabar! Abi jangan diem aja dong! Kasihtau anak nya! Abi ni manjain ius terus!..... astaghfirullaah..."

Aku menemukan sumber suara ngomel-ngomel itu.

Mama Papa nya DJ dan beberapa pegawai sedang mengelilingi satu meja.
Harusnya sih itu meja untuk menyiapkan roti-roti yang siap dikardusin.
Tapi kali ini malah ada DJ yang duduk di atas meja itu dengan kaki terjuntai.
Dia tak pakai baju. Tapi masih pakai celana panjang sekolah.

My Big Donut [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang