Prolog

11K 792 37
                                    

12 tahun lalu

Seorang gadis kecil berusia 6 tahun berambut pendek sedang berlari melewati kerumunan pasar karena tertangkap basah mencuri dua buah pisang. Dia berlari sangat cepat tanpa rasa takut dikejar oleh salah satu penjaga toko buah yang ia curi pisangnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah ingin bertahan hidup. Sejak kemarin pagi anak tersebut belum makan apapun.

Dia mencari jalan-jalan kecil agar tidak tertangkap. Namun sayangnya, langkahnya harus terhenti karena gang yang ia masuki ternyata buntu. Anak itu membalikan tubuh dan mendapati si penjaga toko sedang menatapnya dan terlihat ingin memukulnya.

Dia tidak bergeming. Dia hanya memeluk erat dua buah pisang dengan kedua tangan mungilnya.

Si penjaga toko semakin mendekat dengan wajah kesal dan nafas yang terengah-engah.

"Mau ke mana lagi lu? Dasar bocah kecil ingusan!" bentaknya.

Anak itu hanya menatap dengan sorotan mata kesal.

Si penjaga toko merebut paksa pisang dari kedua tangan anak itu. "Balikin buah gua! Maling mulu di pasar. Gak pernah diajarin sama emak bapak lu apa!"

Anak itu berusaha menjaga hasil curiannya dengan sekuat tenaganya. "Jangan, saya belum makan."

"Gua gak peduli. Bisa rugi dan dimarahin bos gua, sini!" penjaga toko tetap berusaha merampasnya hingga dia berhasil mendapatkan kembali pisangnya.

"Awas lu ya nyuri lagi di toko gua!" ancamnya sembari berjalan meninggalkan anak itu.

Gadis kecil tersebut memandangi punggung si penjaga toko dengan perut yang merintih. Sebulir air mata jatuh di pipi mungilnya tanpa bisa ia bendung lagi, namun dengan cepat ia mengusapnya.

Dengan tenaga yang tersisa, anak itu berlari kencang dan mendorong tubuh si penjaga toko hingga tersungkur. Dia pun kembali merebut pisangnya dan melarikan diri secepat mungkin.

"Bocah sialaaaaaan!" teriak si penjaga toko yang tak mampu lagi mengejarnya.

Hingga dia merasa aman, dia mulai memelankan langkahnya. Nafasnya masih terpengal, kedua kakinya terasa lemas, dan bunyi perut laparnya semakin memberontak.

Dia mencari tempat agak sepi untuk menikmati sarapan paginya itu. Dia pun memutuskan untuk duduk beberapa ratus meter dari bak sampah yang berada di jalan kecil. Dia memakan dua buah pisang hasil curiannya dengan lahap. Dia menatap ke langit kota Makassar dengan buliran keringat di dahinya.

"Aku masih bisa hidup hari ini," batinnya.

Ketika dia berdiri dan ingin mencari bekas botol air mineral yang masih terisi untuk ia minum, ia terperanjat melihat seorang pria dewasa berusia hampir 30 tahun mengenakan jaket kulit serta kacamata hitam tengah memandanginya.

Gadis kecil itu terhenti dan menatap ke pria bertubuh tegap tersebut.

"Om mau apa?" tanya anak itu.

Pria tersebut tersenyum tipis.

"Kamu sudah lama jadi pencuri kecil?" tanyanya.

Gadis kecil itu tidak mau menjawab, dia malah memundurkan langkahnya.

"Jangan takut sama saya. Ini minuman untuk kamu," ucap pria itu sembari menyodorkan sebotol air mineral yang masih tersegel.

Dengan perasaan yang masih bingung, si gadis kecil menerima air minum tersebut lalu menenggaknya karena saat ini dia sangat butuh air minum.

"Terima kasih," ucapnya.

"Kamu sudah lama jadi pencuri?" tanyanya lagi.

Gadis kecil tersebut hanya menggeleng.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang