Part 5 | A Little Memories

61 4 0
                                    


Enjoy the part!

____

Playlist : Memories - Shawn Mendes

Your playlist :

****

Kenzie melangkah pelan memasuki salah satu gedung mewah yang bertuliskan 'Smith Corporation' di depannya. Dia datang untuk menemui Dariel, salah satu sahabatnya sejak lama. Sebenarnya dia juga tidak mengerti apa alasan datang kesini, hanya ingin saja. Lagipula mereka terakhir bertemu dirumah sakit saat Zeina---tunangan Dariel dirawat disana. Itu sudah beberapa Minggu yang lalu.

Setelah mengatakan pada resepsionis jika dia ingin bertemu Dariel, Kenzie langsung diperbolehkan menuju lift. Kebetulan Dariel sedang tidak ada jadwal meeting. Ah, Kenzie sempat menyukai meeting, duduk melingkar dengan orang-orang paling berpengaruh di dunia, menjadi Kenzie yang serius, menawarkan proyek nya, hingga memenangkan tender bernilai jutaan dollar. Kenzie menyukainya. Tapi itu dulu. Tidak lagi saat ini. Tidak setelah semua yang terjadi.

Meninggalkan pikiran nya barusan, Kenzie segera masuk ruangan Dariel tanpa mengetuk. Sahabatnya itu langsung menoleh, menyimpan berkas yang ada ditangannya. Menatap Kenzie malas.

"Tiba-tiba sekali. Ada apa kau kemari, Kenzie?" Tanya Dariel langsung.

Kenzie mengangkat alisnya, "Setidaknya persilahkan dulu sahabatmu ini duduk, Dariel. Ck! Kau ini sahabat yang buruk." Cerca Kenzie seraya mendaratkan bokongnya di sofa ruangan Dariel.Dariel memutar mata malas, lalu bangkit dan ikut duduk di sofa bersama Kenzie.

"Minggu depan sudah hari pernikahan mu. Kenapa kau masih bisa-bisa nya bekerja, sih?" Kenzie mengeluarkan suara nya lagi.

"Aku tau bukan menanyakan hal itu yang menjadi tujuanmu datang kesini, Ken." Balas Dariel. "Lagipula, selama Zeina tidak melarangku. Tidak masalah jika aku masih bekerja. Daripada aku menjadi pengangguran seperti dirimu."

Kenzie merengut tidak suka, "Cih, setidaknya aku sudah kaya dan memiliki segalanya. Jadi tidak masalah bagiku."

Dariel terkekeh pelan. Paham akan sikap Kenzie yang memang selalu begini semenjak tiga tahun lalu. Dia yang paling tau bagaimana itu menghancurkan Kenzie.

"Lupakan. Aku sudah tau kau kaya, Kenzie. Aku juga kaya. Jadi, apa yang membawamu kemari?" Tanya Dariel sekali lagi. Lelaki itu yakin, Kenzie memiliki alasan.

Kenzie menyandarkan punggung nya, mengusap pelipis nya sebentar. "Aku tidak tau, Dariel. Hanya saja, aku sedang merasa--"
Kenzie menghentikan ucapannya sendiri, mencari kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini.

"Aku hanya sedang merasa kacau, Dariel." Akhirnya hanya itu yang Kenzie katakan.

Dariel menghela napas panjang, "Boleh aku mengatakan satu kejujuran padamu, Kenzie?"

Kenzie mengangkat alisnya, menunggu Dariel melanjutkan.

"Kau lebih gagah ketika memakai setelan jas kerja mu, memimpin sebuah rapat dan memenangkan tender besar yang membuatmu puas. Di banding mengenakan jaket hitam dan pergi kesana kemari untuk bersenang-senang, Kenzie."

Kenzie terkekeh sarkas, "Kau bercanda, Dariel."

"Tidak. Aku serius. Itu lah kenyataan nya. Lagipula, tiga tahun sudah cukup, Kenzie. Dan setahun lalu aku pernah protes padamu tentang ini dan di ruangan ini juga, tapi saat itu aku membiarkanmu. Kali ini, izinkan aku yang berbicara." Kata Dariel lagi, menatap Kenzie serius.

"Berhenti lah seperti ini dan jalani hidupmu seperti dulu. Lagipula, apa memangnya yang saat ini kau pikirkan? Kisah mu itu sudah berakhir tiga tahun. Tiga tahun, Kenzie. Kau juga sudah memiliki Alice dalam hidupmu."

The Dark Knight of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang