Part 8 | Something Different

47 5 0
                                    


Enjoy the part!

____

Playlist : Something Just Like This - The Chainsmokers, Coldplay

Your playlist :

****

Kenzie membuang napas nya kasar, masih menyaksikan Alice yang tengah fokus pada apa yang dikerjakan nya saat ini. Hari ini adalah hari pertama Alice melakukan pelatihan untuk menjadi anggota FBI. Sungguh Kenzie masih tidak percaya ini.

Melihat Alice memakai jaket hitam, rambut indah nya yang di gelung keatas, dan menajamkan mata nya ketika sedang membidik target. Ini membuat Kenzie tidak terbiasa. Ini bahkan baru hari pertama Alice memulai pelatihan, Kenzie sudah sefrustasi ini, bagaimana jika nanti?

Alice Ciara-nya adalah gadis manis. Sangat jauh dari apa yang dilihat Kenzie hari ini. Lelaki itu menyilangkan kedua tangan nya didepan dada, masih bersandar diujung ruangan markas besar milik ayah Alice ini, mengawasi Alice dari jauh. Saat ini Alice sedang belajar untuk menembak, di temani oleh seorang pria dari anggota FBI kepercayaan ayah Alice yang membuat Kenzie muak melihatnya.

Keluar dari pikirannya, Kenzie melihat Alice yang kembali mendesah kesal. Kecewa karena berkali-kali dia mencoba, tembakan nya tidak tepat sasaran juga. Hal itu membuat Kenzie menggeleng pelan, lalu tersenyum samar. Bahkan, dalam keadaan seperti ini, Alice-nya tetap cantik, kan?

Kenzie melangkah pelan, memasukkan kedua tangan nya pada saku celana jeans yang sedang dia kenakan. Mendekati Alice.

"Ah, Kenzie. Sudahlah, jika kau ingin mengejekku, lebih baik kau tetap tinggal di ujung sana." Kata Alice malas. Menduga Kenzie akan mengejek nya, karena selama perjalanan mereka kemari, Kenzie selalu begitu.

"Kau! Kau bisa pergi. Biar aku yang mengurusnya." Perintah Kenzie pada lelaki yang menemani Alice sedari tadi. Lelaki itu mengangkat alis heran, "Tapi.. latihan nya belum selesai, aku ditugaskan---"

"Aku katakan sekali lagi, kau bisa pergi darisini dan aku yang akan mengurus kekasihku." Lagi. Kenzie kembali berkata sinis kearah lelaki itu sambil menekan kata terakhirnya. Dia jengah melihat lelaki brengsek ini selalu mencuri pandang kearah Alice sejak awal.

"Kenzie, dia benar, ini belum waktunya---"

"Diamlah, Alice."

"Bb--baik, Sir. Aku akan segera pergi. Dan nona, aku harap kau lebih semangat, aku yakin kau pasti bisa." Ucap lelaki itu, yang setelahnya langsung melangkah keluar dari ruangan gelap ini.

Kenzie mendengus kesal, merebut pistol yang ada ditangan Alice dan tanpa basa-basi dia langsung menarik pelatuknya, menembak objek yang sedari tadi menjadi sasaran Alice. Sempurna. Tepat ditengah. Bidikan Kenzie memang tidak pernah meleset.

Alice membulatkan matanya, merasa takjub melihat Kenzie berhasil bahkan dikali pertama. Tapi dia mengabaikan itu, memilih mendelik kesal kearah Kenzie yang sudah menghancurkan waktu latihannya.

"Kau ini kenapa, sih? Ada apa? Kenapa kau dengan seenaknya menyuruh Damon---"

"Ah jadi nama bajingan itu Damon, ya?" Potong Kenzie santai. Lalu kembali menembak pada objek sasaran Alice yang kedua. Lagi. Sempurna.

Alice menghela napas panjang, "Jadi kenapa, Kenzie?"

Kenzie menurunkan pistol nya. Menatap kearah Alice, "Apa kau tidak sadar sedari tadi lelaki itu terus menatapmu?"

"Cih, bahkan pekerjaan nya itu tidak beres karena lebih fokus melihatmu daripada mengajarimu." Lanjut Kenzie lagi. Mencoba menahan rasa panas di hatinya. Tunggu, kenapa dia bisa begini?

The Dark Knight of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang