Part 40

28 6 0
                                    

Malam itu, Niya mempercantik diri untuk memikat hati Faisal. Memakai dress pink selutut, tanpa lengan. Setiap lekuk tubuhnya terlihat begitu jelas dengan dress ketat tersebut. Make upnya tebal dengan lipstik merah terang di bibir.

Niya menatap dirinya sendiri di cermin, lalu berkata. "Kali ini kau tidak bisa mengelak dariku, Tuan Faisal."

"Niya." Terdengar suara Ningrum memanggil dari ambang pintu. "Faisal sudah pulang. Segera turun jika kau sudah siap."

"Iya, Tante. Sebentar lagi aku siap," jawab Niya dengan santai.

Sementara di ruang keluarga, Faisal dan Refki duduk di sofa sembari tertawa ria. Tawa Faisal hilang saat melihat Ningrum yang datang membawa nampan berisi dua gelas kopi. Ditambah dengan kedatangan Niya yang tengah menuruni anak tangga.

Faisal terperangah melihat penampilan Niya. Bukannya kagum, tapi ia terkejut sekaligus tak suka dengan pakaian yang terlihat kurang bahan baginya.

"Niya. Apa-apaan ini?" tegur Faisal yang hanya dibalas kekehan genit dari Niya.

"Bagaimana penampilanku malam ini, Faisal?" Niya berkata mendekati tempat Faisal berdiri. "Menarik, bukan?"

"Maaf, Niya. Pakaianmu itu sepertinya kurang bahan dan perlu diganti. Lipstik dan bedakmu itu terlalu tebal, parfummu pun terlalu menyengat. Lebih baik aku menemui Fakhira daripada melihat dirimu berbaju seperti ini," ucap Faisal dengan nada mengejek.

"Hei, Faisal. Aku berdandan seperti ini itu untukmu, tapi kau malah mencari Fakhira." Niya tampak kesal dengan perlakuan Faisal yang tak menghargainya.

"Untukku?" Faisal mendesis tak suka. Namun sebelum kembali berkata, Ningrum menimpalinya.

"Tentu saja itu untukmu, Faisal. Kau kan calon suaminya."

Timpalan Ningrum membuat Faisal dan juga Refki menatapnya tak menyangka. Ternyata niatnya menjodohkan itu benar-benar dilakukan.

"Gadis biru itu juga sudah kami usir," sambung Ningrum yang duduk menyilangkan kakinya.

"Kenapa kau mengusirnya, ha?" tanya Refki setelah bosan menyimak perdebatan.

"Apakah kau mau menjodohkan Faisal dengan gadis itu?" ucapnya kembali, mengarahkan jari telunjuk menunjuk Niya. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyetujuinya. Aku sudah menetapkan jodoh putraku sejak kecil. Dan kau tidak berhak mengganggu."

"Benarkah? Lalu, siapa gadis yang akan dijodohkan dengan putra kita satu-satunya ini?" Ningrum bertanya seolah meremehkan.

"Gadis yang dititipkan kepada Fardan," jawab Refki dengan lantang.

Ningrum tetap tak percaya meski telah mendengar jawaban lelaki yang sudah menyandang gelar sebagai suaminya.

"Maksudmu ...."

"Kau telah mengetahuinya ataupun tidak, aku tidak peduli, Ning."

"Siapa dia, Ayah?" tanya Faisal. "Putri dalam keluarga Fardan itu hanyalah Fakhira, lalu siapa titipan itu?"

"Kau akan mengetahuinya nanti, nak. Lebih baik kau hubungi Fardan. Beritahu bahwa kita akan kesana besok," jawab Refki kemudian pergi begitu saja.

Niya yang mendengar semua itu hanya menundukkan kepala. Ada sebuah rasa malu yang terbesit dalam dirinya. Entah apa yang akan dilakukan ke depan. Tetap berusaha merebut yang bukan miliknya atau mengikhlaskannya.

***

Malam telah berlalu, matahari sudah memunculkan dirinya dari ufuk timur. Pagi itu, Fardan bersama istrinya yang tengah membawa seorang bayi mungil masuk ke dalam rumah. Mereka terkejut mendapati Rizwan duduk santai di sofa.

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang