Part 43

33 6 0
                                    

Pagi-pagi buta ini Fakhira harus mendapat ocehan dari Katiya yang saat ini mengobati pelipis Fakhira, mengenai masalah yang dialami semalam.

"Kenapa kau tidak beritahu ibu semalam, ha? Kalau bukan ayahmu yang memberitahu tadi, ibu tidak akan pernah tahu."

Fakhira tersenyum kecil. "Ini hanya luka kecil, Bu."

"Luka kecil? Walau lukanya kecil, jika dibiarkan nanti akan mengalami infeksi. Lain kali berjalan itu hati-hati."

"Iya, Bu. Fakhira akan hati-hati."

Katiya menghembuskan nafas kasar. Sifat keras kepala gadis di depannya ini belum juga berubah. Hening tercipta sampai Katiya selesai mengobati.

Fakhira meraih lengan Katiya yang hendak berdiri. "Dimana ayah, bu?"

"Ada, di bawah. Tumben sekali kau menanyakan ayah. Ada apa?"

"Tidak, Bu. Aku ingin menemui ayah saja."

"Kalau begitu temui saja sekarang. Ibu mau mengurus adikmu dulu," ucap Katiya kemudian keluar dari kamar.

***

Sementara itu, Fardan tengah berbincang-bincang bersama dengan keluarga Refki. Disanalah Refki mengutarakan keinginannya untuk melamar Fakhira.

"Apa?" Fardan bertanya ragu. Pasalnya, Fakhira bukanlah anak kandungnya. Jadi ia perlu meminta izin kepada yang keluarga Fakhira.

"Ada apa? Kau ragu?" tanya Refki. "Kau ragu karena kau butuh izin dari keluarga Fakhira, kan?"

Fardan membulatkan mata mendengar ucapan Refki barusan. "Darimana kau--"

"Tentu aku tahu. Karena gadis yang dititipkan oleh keluarga Pratama telah dijodohkan dengan putraku, Faisal," jelas Refki, lalu menceritakan sebuah kisah di masa lalu.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, akhirnya Fardan menerima lamaran tersebut. Dan merencanakan untuk melaksanakan pertunangan terlebih dahulu.

"Tidak. Aku tidak mungkin bertunangan dengan Tuan Faisal, Ayah," ucap Fakhira yang tadinya mendengar perbincangan mengenai rencana pertunangan. Bertepatan demgan yang dikatakan Fakhira, Faisal datang.

"Fakhira," lirih Faisal dengan nada kecewa.

"Maaf, Tuan. Aku sudah bilang, aku tidak mau menyakiti Niya."

Fakhira berlalu menaiki anak tangga kembali. Sementara Niya yang melihat semua kejadian itu, langsung menyusul. Apalagi ketika Faisal memilih untuk pulang.

'Akhirnya mereka tidak jadi dijodohkan. Karena orang yang hendak dijodohkan sendiri tak mau dijodohkan,' batin Ningrum tertawa senang di sebelah Refki.

💙💙💙

"Fakhira."

Mendengar suara yang berasal dari belakangnya, Fakhira buru-buru menghapus air mata di pipinya. Agar Niya tak tahu jika ia sedang menangis. Lalu berbalik memeluk Niya.

"Niya, aku sangat merindukanmu." Fakhira melerai pelukan. "Apa kau tau? Aku sudah tidak sabar menanti hari pernikahanmu dengan Tuan--"

Plak!

"Niya, kau menamparku?" Fakhira menatap Niya tak percaya sembari memegangi pipi kirinya.

"Kau egois, Fakhira! Kau sudah berkali-kali menyakiti Faisal. Apa kau tidak sadar itu?!"

"Kau bilang, aku egois? Kau yang memintaku melakukan ini, Niya. Kau yang membuatku terpaksa menolaknya. Menyakitinya, bahkan menghancurkan diriku sendiri. Dan kau seenaknya mengatakan aku egois."

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang