Part 35 sampai Part 36

22 7 0
                                    

Part 35

"Laki-laki memang tidak mudah menangis. Tapi, jika ia menangis karena seorang wanita. Berarti berarti ia mencintai wanita itu setulusnya."

_________________

Hari sudah mulai siang, matahari sudah memuncak. Tapi Faisal belum juga makan sejak pagi. Memberi rasa was was pada Fakhira. Niat Fakhira mengantarkan makanan dihentikan oleh Niya. Dengan alasan bahwa Niya adalah calon istri Faisal. Jadi hanya ia yang berhak mengantarkan makanan tersebut.

Faisal yang masih berada di kamar. Duduk di atas kasur dengan mengotak-atik handphonenya. Kedatangan Niya pun tak dihiraukan sama sekali.

"Faisal, ayo makan. Aku sudah bawakan nasi untukmu," ucap Niya menaruh piring di atas meja.

"Aku tidak lapar," jawab Faisal masih fokus dengan handphonenya.

"Kalau kau lapar, makan ya. Aku sudah siapkan makanannya." Kata-kata Niya twk dibalas apapun oleh Faisal yang saat ini terus memandangi poto-poto Fakhira di layar kaca benda pipihnya.

"Aku rindu padamu." Spontan kata-kata itu keluar dari mulut Faisal. Membuat Niya bagaikan terbang ke alam mimpi. Baru saja ia ingin menjawab, tapi nama yang disebutkan oleh Faisal menghentikannya.

"Fakhira," gumam Faisal.

"Apa?!"

"Ada apa denganmu ini? Bertanya, tapi tidak jelas." Faisal menatap sinis Niya.

Niya berdecak kesal, mendengar ucapan sinis Faisal yang kini pergi meninggalkannya. Menyingkirkan Fakhira. Itulah jalan keluar satu-satunya bagi Niya.

***

"Nenek."

Faisal masuk ke dalam sebuah kamar, sedikit mengejutkan seorang wanita paruh baya yang saat itu tengah duduk di atas kasur sembari membaca koran.

Sebelum wanita itu berkata, Faisal lebih dulu memeluknya. Dengan isak tangis yang kemudian pecah, memenuhi isi kamar. Wanita yang dipanggil nenek itu hanya mengusap pelan punggung cucunya. Faisal yang tak pernah menangis kini malah menumpahkan semua buliran bening yang tak bisa lagi ia tahan. Membuat nenek ini sedikit merasa heran dengan sikap Faisal yang begitu mendadak itu.

"Ada apa, nak? Cerita pada Nenek." Wanita itu menjauhkan tubuh cucunya dengan memegang kedua bahunya.

"Ibu sialan itu, Nek! Ibu tiri yang tidak berguna itu!" ketus Faisal.

Nenek kembali menanyakan tentang apa yang dilakukan Ningrum terhadap Faisal.

"Dia menjodohkanku dengan Niya, Nek." Faisal menutup wajahnya sebelum berkata kembali.

"Aku tidak mencintainya, Nek. Aku mencintai Fakhira."

Barulah Nenek mengerti penyebab Faisal menangis. Cucunya yang sangat tegar itu, ternyata menangis karena cinta. Sebesar itukah rasa cintanya yang tercipta saat ini?

"Sudah, nak. Sudah. Ayahku belum tentu setuju, bukan?" Nenek berusaha menenangkan cucunya.

Ia menyarankan pada cucunya untuk mengungkapkan perasaan gadis yang sudah mengikat hatinya. Karena gadis itupin memiliki perasaan yang sama. Hanya saja ia malu mengatakannya. Namun, Faisal nampaknya ragu untuk mengungkapkan semua itu. Sebab iapun tak tau apakah benar gadis itu memiliki rasa yang sama dengannya?

"Apa salahnya mencoba, nak. Diterima atau tidak itu urusan belakang."

Faisal mencoba mempertimbangkan saran neneknya. Apakah saran itu akan berhasil?

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang