Part 21 sampai Part 22

13 6 0
                                    

Part 21

Kulihat, sikap tuan Faisal sangat dingin pada Niya, Lisha bahkan gadis lain sekalipun. Tapi, jika dibandingkan dengan sikapnya terhadapku, itu jauh berbeda. Ada apa dengan tuan Faisal?' batin Fakhira bertanya-tanya.

Ia bersandar pada pagar, menatap ke arah seberang yang terdapat rumah yang ia rindukan. Rumahnya sendiri. Ia rindu pada rumah itu. Ia merasa sepi saat berada di rumah Lisha berhari-hari.

Suara klakson mobil terdengar dari belakangnya, membuyarkan semua lamunannya.

"Permisi, Nona," ujar seorang laki-laki berseragam satpam hendak mendorong pagar yang disandari oleh Fakhira, membuka jalan untuk mobil hitam berkilau yang baru saja membunyikan klaksonnya.

"Fakhira, ayo masuk!" ajak Faisal dari dalam mobil.

Tanpa bertanya, Fakhira berjalan membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Mobil perlahan keluar dari halaman itu setelah Fakhira masuk dan memakai sabuk pengaman.

"Tuan, ini mobil siapa? Bukankah mobil tuan berwarna merah? Dan tuan juga hanya membawa motor ninja merah itu," tanya Fakhira.

"Ini mobil, Lukman," jawab Faisal singkat dengan mata yang fokus pada jalan.

"Aku sengaja memakainya karena aku malas mengendarai motorku," jelas Faisal yang hanya dibalas anggukan oleh Fakhira tanda mengerti.

Hening sejenak dalam mobil itu. Hanya suara deru kendaraan yang terdengar. Sepatah katapun tak terucap, meski lapar itu melanda.

"Tuan," lirih Fakhira

"Iya, ada apa?" tanya Faisal saat mendengar suara Fakhira memanggilnya.

"Aku lapar," ujar Fakhira.

"Apa? Lapar?" tanya Faisal yang kembali dibalas anggukan oleh Fakhira.

"Baiklah, kau ingin makan apa?" tanya Faisal kembali.

"Aku belum makan dari pagi, jadi aku ingin makan nasi saja," jawab Fakhira.

"Baiklah, kalau begitu kita ke warung nasi saja, ya! Kau mau?" tawar Faisal.

"Iya, mau!"

🌻🌻🌻

Niya melangkahkan kaki, berjalan di koridor kampusnya. Tujuannya saat itu adalah pulang, karena jadwal di kampus sudah selesai. Ponselnya tiba-tiba berdering menghentikan langkahnya itu.

"Halo," sapanya saat mengangkat telepon itu.

Sejenak ia terdiam, terlihat serius mendengarkan penjelasan seseorang dari dalam ponsel. Kata demi kata berusaha ia cerna.

"Baiklah, temui aku di Taman Raya, sekarang!" ujarnya menutup ponsel kemudian berjalan kembali.

Langkahnya terlihat lebih cepat dari yang sebelumnya. Banyak siswa yang menyapanya, terutama yang laki-laki. Bukan menyapa untuk Niya, tapi untuk menanyakan keberadaan Fakhira.

Ia tak menghiraukan sapaan itu, ia begitu benci saat nama Fakhira disebut. Ia kesal, tapi ia lebih memilih untuk fokus ke jalannya.

Begitu fokusnya ia berjalan, tak sengaja ia menabrak pemuda bertubuh tegap itu hingga terjatuh. Sebuah uluran tangan diberikan oleh pemuda itu, menghentikan niat Niya untuk berdiri.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu cemas melihat Niya.

DEG ...

Sebuah desiran yang tak dapat diartikan oleh Niya timbul dalam hatinya. Namun, ia sadar dan dengan cepat mengabaikan perasaan itu kemudian berdiri tanpa menyambut uluran tangan itu.

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang