Part 27 sampai Part 28

21 6 0
                                    

Part 27

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar. Fakhira dan Faisal masih juga belum beranjak, masih saling menatap dan tetap bersandar pada dinding lift.

Pintu lift perlahan terbuka bersamaan dengan 2 security yang menyembul dibalik sisi pintu lift. Mereka yang sedari tadi bertatapan beranjak berdiri menuju pintu yang sudah terbuka. Terlihat kedua security itu diam-diam tersenyum.

"Kenapa kalian lama sekali memperbaiki liftnya?" tanya Faisal seolah-olah tak tau apa saja yang baru terjadi pada kedua security tersebut.

"Maaf, tuan. Kami juga tidak tau kenapa liftnya macet," jawab salah satu security tersebut.

"Cari tau! Jika sudah ditemukan penyebabnya, segera laporkan!"

"Baik, tuan." Jawab kedua security itu nyaris kompak.

"Ayo, Fakhira. Kita lewat tangga darurat saja," ajak Faisal kemudian berjalan lebih dulu. Fakhira hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Faisal. Tangga demi tangga mereka turuni. Fakhira mulai lelah mengikuti langkah Faisal yang begitu cepat.

"Tuan," panggil Fakhira menghentikan langkahnya. Faisal menoleh. Ia baru sadar jika Fakhira tertinggal. Fakhira lalu menundukkan kepala sembari memilin jemarinya sendiri.

Sebuah tangan memegang jari lentik milik Fakhira. Fakhira mengangkat kepalanya. Ternyata, Faisal telah berada tepat di depannya.

"Maaf. Kali ini kita akan berjalan bersama. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

Mereka kembali berjalan. Jarak mereka tak jauh seperti tadi, langkah Faisal 'pun tak terlalu cepat lagi. Para karyawan yang melihat mereka tak menggunjing apapun tentang Fakhira. Mereka hanya tersenyum melihat tuan muda mereka yang dulunya begitu dingin pada wanita,  bahkan selalu terpuruk dalam rasa sakit hati mendalam akibat kehilangan dua orang wanita yang ia sayangi. Dan kini tuan muda mereka begitu dekat dengan gadis biru itu.

"Masuklah dalam mobil," perintah Faisal membuat Fakhira sadar telah berada di parkiran. Fakhira tersenyum, kemudian masuk ke dalam mobil sesuai perintah Faisal.

Mobil bergerak meninggalkan parkiran, melaju dengan kecepatan normal.

Faisal larut dalam pikirannya sendiri sembari menyetir mobilnya. Ia terus berbicara dalam hati. Berharap, Fakhira mengerti akan perasaannya saat ini.

Caranya menasehati, suaranya yang lembut, senyumnya yang manis dan paras Fakhira benar-benar mengingatkan Faisal akan ibunya yang sudah lama meninggal.

***

Mobil yang dikendarai oleh Faisal berhenti ketika memasuki halaman rumah Lisha.  Fakhir turun dari mobil. Netranya terus memandang teras rumsh yang telah selesai didekor seindah mungkin.

"Fakhira, kau masuk saja duluan. Aku akan menyusul," perintah Faisal, lalu menyalakan kembali mobilnya. Fakhira mengangguk lantas bergerak memasuki rumah.

'Besok adalah hari yang begitu ditunggu oleh Lisha. Aku pasti akan merindukanmu Lisha, setelah kau diambil dan dibawa oleh orang yang sebelumnya tak kau kenal. Kau akan tinggalkan kami demi membentuk sebuah keluarga yang baru.' batin Fakhira sembari berjalan memasuki rumah itu. Ia menatap sejenak kursi pengantin dalam rumah itu.

   Ia berlalu dari tempat itu. Menaiki anak tangga hendak pergi ke kamar. Niya, yang baru saja melihat Fakhira masuk ke kamar langsung menuruni anak tangga. Ia berjalan menuju sebuah kamar, menemui salah satu penari bayarannya. Di sana mereka bicara diam-diam. Agar tak ada yang mendengar.

   Namun, kebetulan Faisal tak sengaja lewat dan melihat Niya yang sepertinya sangat serius berbicara. Rasa penasaran mendorongnya untuk mendengar apa yang dibicarakan.

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang