Part 25 sampai Part 26

14 6 0
                                    

Part 25

"Gugat ceraikan Refki! Atau pisau ini akan menancap di dadamu dan menghilangkan nyawamu!" ancam wanita bercadar itu pada Marni, membuat suasana begitu mencekam.

"Pergi kau!!! Aku tidak akan pernah menggugat cerai orang yang begitu kucintai dan telah sah menjadi suamiku, pendamping hidupku!" ujar Marni yang mulai menangis.

Wanita itu tak terima atas penolakan Marni. Ia begitu menginginkan perceraian antar Marni dan Refki. Tapi, semua rencananya selalu gagal.

"Berani sekali kau menolakku! Kau tau? Aku tidak terima dengan penolakan, aku benci penolakan!" ujar wanita itu.

"Refki itu suamiku! Kau tidak punya hak apapun entah itu dalam pernikahan ataupun perceraian antara kami!" pekik Marni menangis sejadi-jadinya. Ia berlari menaiki anak tangga, hendak mencari putranya.

Faisal yang berdiri di tangga itu memanggil ibunya, saat Marni hendak menaiki tangga.

"Sembunyi! Sembunyi, naaakkk! Cepaaatttt!" perintah Marni melihat putranya berdiri di dekat tangga.

Faisal 'pun menuruti perintah ibunya. Ia kembali ke kamar. Mencari-cari tempat sembunyi yang aman. Ditujunya lemari dan segera masuk ke dalam, karena merasa di sana adalah tempat yang aman untuk bersembunyi.

Keringat dingin membasahi tubuh mungil Faisal. Tangannya dikepal begitu kuat. Kakinya bergemetar menahan rasa takut.

Suara isak tangis Marni mulai terdengar mendekat. Faisal yang berada dalam lemari itu memberanikan diri membuka sedikit pintu lemari itu agar bisa melihat apa yang terjadi.

Lampu tiba-tiba kembali hidup. Faisal melihat begitu jelas. Sebuah pisau tajam mengkilat itu dihunuskan berkali-kali pada dada Marni. Darah segar mengalir bercucuran membasahi tubuh Marni.

Darah itu tak hanya mengalir di dada, namun mengalir pula dari mulutnya. Tawa wanita bercadar itu terdengar menggema di dalam kamar. Menakutkan.

Wanita itu tertawa penuh kemenangan saat tubuh Marni jatuh lunglai tak bernyawa. Wanita itu melihat Faisal kecil yang mengintip pada daun pintu lemari. Dengan segera, ia menarik daun pintu lemari itu, menatap sinis Faisal yang bermandikan air keringat.

"Wanita jahat tak akan melahirkan anak yang baik. Kehidupanmu akan hancur, mimpimu akan pudar. Anggap saja, nasibmu baik saat ini," ucap wanita itu lalu pergi membuat Faisal semakin merasa takut.

"Ibuuuu ...."

Setelah kepergian wanita itu, Faisal memberanikan diri keluar dari lemari, mendekati ibunya yang kini terbaring dalam genangan cairan merah, pekat.

Faisal menangis tersedu-sedu. Memanggil dan terus mengguncang-guncangkan tubuh ibunya yang terbaring itu. Berharap, jika ibunya akan segera bangun dan memeluknya, memberi ketenangan dalam rasa takut yang membara di dadanya.

"Bu ... bangun bu!! Banguunnnn ... Faisal takut bu ...."

Tak bisa dipungkiri. Nasi sudah menjadi bubur. Ibunya telah tiada dan tak akan pernah bangun lagi. Marni, telah tidur untuk selamanya. Meninggalkan anak dan suami yang begitu ia cintai.

Faisal sulit menerima hal yang saat ini terjadi pada ibunya. Pikirannya kacau, melihat darah yang saat ini membanjiri kamar itu.

Dengan hujan yang masih begitu deras. Suasana begitu sepi, mencekam. Ia serasa kehilangan akal.

Faisal terus menatap nanar tubuh ibunya. Hingga netranya itu melihat sebuah liontin perak dengan huruf "S" yang berada di dekat kaki Marni. Ia merangkak, mengambil liontin tersebut.

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang