Part 33 sampai Part 34

14 6 0
                                    

Part 33

Di koridor rumah Lisha, Niya melangkahkan kaki menuju kamar Fakhira dengan membawa segelas jus alpukat yang baru saja ia beli. Di dalam kamar, terlihat Fakhira tengah sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam tas ransel birunya. Suara dentingan gelas yang beradu dengan kayu sedikit mengejutkan Fakhira.

"Hira, kau sedang apa? Sibuk ya?" tanya Niya setelah menaruh gelas berisi jus di atas meja kayu.

"Ayah mengajak pulang, jadi aku membereskan pakaian untuk--"

"Iya, iya." Niya memotong. "Ini aku bawakan jus alpukat kesukaanmu."

"Waaahhh ... Niya, ini untukku?" tanya Fakhira yang merasa agak ragu.

"Iya. Ayo diminum."

Fakhira segera duduk di atas tempat tidurnya sembari meraih gelas berisi jus alpukat yang dibawakan oleh Niya. Meneguk jus itu sampai habis setengah.

"Hira. Aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Niya yang beranjak duduk di sebelah Fakhira.

"Apa?"

"Aku ... aku, aku punya perasaan pada Faisal. Aku jatuh cinta padanya." Niya berkata.

Fakhira yang masih meneguk jus itu langsung tersedak setelah mendengar penuturan Niya. Timbul rasa yang menyesakkan dadanya. Mendengar bahwa sepupunya memiliki perasaan pada pemuda yang baginya adalah seorang penyelamat.

"Minumnya pelan-pelan saja, Hira." Niya mengusap punggung Fakhira.

"A-apa kau bilang?"

"Aku punya perasaan dengan Faisal. Aku menyukainya."  Niya mengulang kata-katanya.

"Aku tidak tahu, kenapa perasaan ini bisa timbul? Padahal dulu aku sangat membencinya," jelas Niya. "Hira. Apa kau bisa membantuku untuk dekat dengan Faisal? Kumohon, bantu aku ya." Niya meminta, membuat Fakhira tertegun.

Demi sepupunya, Fakhira mau tak mau harus mengangguk pelan menyetujuinya. Niya yang melihat respon itu langsung memeluk Fakhira dengan erat. Tanpa menyadari jika Fakhira meneteskan air matanya karena rasa sakit yang membelenggu di hati.

"Terima kasih, Hira. Aku keluar dulu ya, habiskan jusnya," ujar Niya kemudian pergi tanpa ada rasa iba melihat netra Fakhira yang berkaca-kaca. Selepas kepergian Niya, tangis Fakhira semakin menjadi-jadi.

"Kenapa? Kenapa menyetujui permintaan Niya itu begitu berat bagiku?!" batin Fakhira. Karena tak mau larut dalam kesedihan, ia lebih memilih memainkan ponselnya.

"Maaf, Hira. Faisal itu hanya milikku, kau tidak pantas untuknya. Dasar anak pungut," batin Niya yang masih mengawasi kegiatan Fakhira.

***

"Fakhira," panggil Faisal dari ambang pintu.

Fakhira yang sedang duduk di atas kasur segera menghentikan kegiatannya memainkan ponsel. Air yang membasahi pipinya segera diseka, agar Faisal tak curiga.

"Kenapa kau menangis?"

"Tidak. Aku tidak menangis. Kau jangan mengada-ngada, tuan."

"Benarkah?" Faisal bertanya memastikan jawaban Fakhira yang sedikit mencurigakan.

"Iya! Ada apa kau kemari?" Fakhira berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kita disuruh paman untuk pulang malam ini. Ayo, kita sudah ditunggu," ajak Faisal.

Tanpa menjawab, Fakhira mengambil tasnya dan berjalan mendekati Faisal. Bukan untuk menghampiri, tapi hanya sekedar keluar dari kamar. Ada rasa yang tak enak berdesir di dada Faisal saat mendapat perlakuan dingin dari Fakhira. Tak ada yang bisa dilakukan, Faisal hanya bisa menyusul gadis yang sudah jauh dari jaraknya berdiri.

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang