Part 10

14 7 0
                                    


"Fakhira, aku punya sesuatu untukmu." Faisal merogoh sakunya mencari sesuatu.

"Ini dia ... Fakhira, apakah ini gelangmu?" tanya Faisal sembari menunjukkan gelang di depan Fakhira.

   Mata Fakhira membulat seketika saat melihat gelang itu. Gelang yang ia cari-cari ternyata berada di tangan laki-laki di depannya saat ini.

"Ohh ... ternyata kau yang mencuri gelangku. Kemarikan, dasar pencuri," tuduh Fakhira sembari meraih gelang, namun dengan cepat Faisal mengangkat tinggi gelang tersebut agar Fakhira tak dapat menggapainya.

"Apa kau bilang? Aku mencuri? Hei, Nona. Gelang ini kutemukan menyangkut di bajuku. Buat apa juga aku mencuri barang yang tidak berguna ini?" ketus Faisal yang kesal saat dituduh sebagai seorang pencuri.

"Terserah padamu. Pokoknya kemarikan gelangku," paksa Fakhira pada Faisal

"Sebelum kau meminta maaf, aku tidak akan berikan," ucap Faisal tak kalah sengit.

"Kemarikan,"

"Tidak,"

"Kemarikaaaaannn ...,"

"Tidaaaakkkkkk ...,"

   Keduanya saling berbantahan berulang kali sehingga membuat para pelanggan yang melihat ke arah mereka di sana menertawakan diam-diam. Faisal yang merasa malu itu langsung terdiam dan memberikan gelang itu dengan terpaksa.

"Ambillah! Jika saja tempat ini tidak ramai, aku akan memakanmu," ujar Faisal menyodorkan gelang tersebut pada Fakhira.

"Makan saja kalau bisa, wleeekkk ...." Fakhira menjulurkan lidah tanda meledek Faisal dan langsung merampas gelang yang masih dipegang oleh Faisal.

"Awas saja kau," ancam Faisal pada gadis yang terlihat tak peduli dan begitu fokus pada gelang yang ia pegang.

   Fakhira tak menghiraukan ancaman Faisal yang baru saja terucap. Ia lebih sibuk memasang gelang di lengannya. Faisal yang melihat Fakhira kesusahan memasang gelang tersebut langsung membantu.

"Kemarikan, biar aku yang pasangkan," ujarnya agak memaksa.

   Faisal meraih lengan mungil Fakhira dan melingkarkan gelang bermanik biru itu. Terdengar dering ponsel yang tertera nama Lukman di layar ponsel. Setelah melingkarkan gelang di pergelangan tangan Fakhira, dengan segera Faisal mengangkat telepon dari seseorang.

"Iya, Lukman. Ada apa?" tanya Faisal pada seseorang yang meneleponnya.

   Faisal begitu serius saat berbincang dengan Lukman dalam ponsel. Seakan-akan ada suatu masalah yang terjadi. Setelah berbincang-bincang agak lama, Faisal menutup teleponnya lalu beranjak duduk menghadap Fakhira.

"Siapa yang menelepon tadi, Tuan?" tanya Fakhira.

"Lukman dan Lisha. Kata mereka kita ke sana jam 12 nanti," jelas Faisal.

"Kenapa?"

"Karena mereka ada urusan penting, katanya sih. Jadi kita diajak ke sana jam 12 nanti," jelas Faisal dan dibalas anggukan oleh Fakhira.

"Baiklah, kalau begitu," jawab Fakhira singkat.

"Nona, kita keluar saja, aku bosan di sini," ajak Faisal.

"Kemana?"

"Kemana saja, asalkan di luar. Mau ya mauu mauuu... sampai jam 12 nanti," pinta Faisal agar disetujui oleh Fakhira

"Tapi, bukankah Tuan belum mandi?"

"Masalah itu mudah, nanti aku akan menumpang mandi di rumah temanmu itu. Ayo!"

   Mereka keluar meninggalkan meja dan membayar bakso yang mereka makan.

   Ada seberkas bahagia yang terbentuk dari wajah Faisal. Ia seolah-olah telah bertemu dengan orang yang disayanginya. Tapi, ia tak tau mengapa perasaan yang berbeda itu muncul di saat bersama dengan Fakhira. Gadis asing yang ditemuinya pertama kali di pasar.

   Begitu juga Fakhira, ada sebuah kelegaan di hatinya saat bersama dengan Faisal. Perasaan yang asing itu muncul membawa lega dalam hidup.

   Awan terlihat mendung, setetes air jatuh dari atas mendarat di wajah Fakhira. Fakhira terkejut, mereka masih berada di jalanan dan tiba-tiba hujan datang.

"Tuan, hujan! Bisakah kita berteduh dulu?"

"Iya, nanti. Kita harus cari tempat berteduh," jawab Faisal.

   Motor yang dikendarai itu berhenti di sebuah toko yang lumayan agak besar dan menjual beberapa boneka serta buku. Mereka berdua berteduh di sekitar sana.

   Mata Fakhira tertuju pada sebuah lemari yang berbaris bermacam-macam buku. Dan terkadang ia melirik sebuah boneka beruang berwarna biru yang terlihat begitu memikat hati Fakhira.

"Apa kau mau membaca buku?" tanya Faisal membuyarkan sesuatu yang Fakhira pikirkan.

"Iya,"

"Ya sudah, kau baca saja. Aku ada pekerjaan."

"Baiklah,"

   Fakhira berjalan berlalu dari hadapan Faisal menuju sebuah lemari buku. Faisal tersenyum melihat Fakhira yang fokus mencari buku-buku untuk dibaca.

   Faisal segera menuju ke arah boneka beruang berwarna biru yang selalu dilirik oleh Fakhira. Faisal segera membeli boneka tersebut.

"Semoga saja Fakhira suka!" terukir senyum di bibir Faisal memandangi boneka yang baru saja dibeli sembari membayangkan betapa senangnya Fakhira setelah menerima boneka tersebut.

   Fakhira yang sedang fokus membaca sebuah buku tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang tingginya sama dengan Faisal, berjaket merah dengan topi yang berada diatas kepalanya.

   Awalnya Fakhira mengira itu adalah Faisal. Ia mendongak memandang laki-laki itu ia terkejut saat laki-laki di depannya itu bukanlah Faisal.

   Laki-laki itu menatap lekat netra biru gadis ini. Ia seolah-olah begitu mengenal Fakhira saat melihat gelang yang melingkar di lengan Fakhira.

"Kau ...."

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang