Part 19 sampai Part 20

20 7 0
                                    

Part 19

"Fakhira ...,"  ujar Lisha menggantung ucapannya.

"Ada apa dengan, Fakhira?" tanya Faisal setelah melihat kepanikan Lisha.

"Fakhira tidak ada di rumah. Dia kabur!" jawab Lisha membuat Faisal tercengang.

"Apa?"

"Iya! Tadi saat aku ingin mengambil makanan, Fakhira sudah tidak ada," jelas Lisha.

"Ambil ini," ujar Faisal menyodorkan tas yang ia pegang dan berlari menuju motornya.

   Ia menerobos hujan yang kian deras itu. Ia tak peduli dengan dinginnya air hujan yang berjatuhan di tubuhnya.

   Ia tak pernah sekhawatir ini pada wanita sejak kedua wanita yang ia sayang meninggal di hari yang sama satu tahun yang lalu. Pembunuhan seseorang terhadap ibunya yang sangat ia cintai dan aksi bunuh diri kekasihnya akibat diberhentikan sekolah oleh orang tuanya.

   Hingga pada peristiwa yang sama, yang dialami oleh Fakhira sama persis seperti kejadian masa lalu itu. Gadis yang telah berhasil membuat Faisal lupa akan wanita yang begitu ia cintai di masa lalu.

   Faisal begitu khawatir, ia takut jika Fakhira akan melakukan hal yang sama. Ia tak mau merasakan luka itu kembali. Luka akan kehilangan orang berharga di kehidupannya.

   Dua orang wanita telah pergi di hari yang sama. Faisal tak ingin merasa kehilangan untuk kedua kalinya.

"Apapun yang terjadi, meski nyawaku adalah taruhannya, aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu, Fakhiraku," batin Faisal yang masih mencari keberadaan Fakhira.

   Perumahan tak lagi dilalui oleh Faisal. Hanya tempat seperti hutan. Ia berpikir tak mungkin Fakhira ke sana tapi tiba-tiba dari kejauhan dilihatnya seorang gadis tengah berjalan di bawah hujan dengan tubuh yang basah kuyup.

   Motor yang dikendarai Faisal itu diberhentikan teoat dibelakang gadis itu. Sinar motornya menerangis sekitar gadis itu.

"Fakhira," lirih Faisal saat gadis itu berbalik dengan tubuh yang menggigil kedinginan dan wajah yang terlihat begitu pucat.

   Faisal turun dari motornya, mendekati gadis yang masih bergeming menggigil kedinginan.

"Tuan Faisal," lirih Fakhira langsung memeluk tubuh tegap Faisal.

   Rasa dingin yang membekukan tulang itu terasa berkurang ketika Faisal membalas pelukan itu. Hujan yang tadinya turun begitu deras kini mulai agak mereda. Meski rintik-rintiknya masih tumlah dari awan hitam itu.

   Dunia seakan berhenti berputar bagi mereka berdua. Rasa rindu itu perlahan runtuh bersama khawatir yang hilang.

"Ke mana saja kau, Fakhira? Tolong jangan pergi! Aku rindu padamu," ujar Faisal tanpa sadar sembari memeluk lebih erat Fakhira.

   Dilepasnya oleh Faisal pelukan itu lalu menangkup kedua pipi Fakhira dan memandang wajah pucat Fakhira.

"Kau tidak apa-apa 'kan?"

"Tidak, Tuan. Aku hanya kedinginan, aku takut. Di sini tidak ada orang, gelap," keluh Fakhira.

"Jangan takut lagi, aku ada di sini, menjagamu. Ayo, kita pulang!"

   Faisal mengajak Fakhira untuk pulang. Mereka berdua berjalan kemudian menaiki motor yang masih berada di tengah-tengah jalan itu. Faisal menyalakan mesub motornya, lalu berbalik arah dan berjalan menuju rumah.

   Dingin itu semakin berkurang ketika Fakhira memeluk Faisal dari belakang. Nyaman itu hinggap di hati mereka masing-masing, dalam rintik hujan yang masih tumpah malam itu.

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang