Part 17 sampai Part 18

17 7 0
                                    

  Part 17

Di malam gelap yang hanya disinari sebuah lampu, Faisal kembali ke kediaman Fardan tanpa Fakhira. Ia pulang berniat untuk mengambil pakaiannya sekaligus pakaian Fakhira untuk menginap di rumah Lisha.

   Hatinya berkata, memerintahkan dirinya agar lebih baik tetap berada disamping Fakhira sampai kesedihan yang dirasakannya itu hilang. Entah apa yang membuat hatinya itu bergerak, memerintahkan hal yang selama ini tak pernah dilakukan Faisal.

   Ia masuk ke dalam rumah mencari keberadaan seorang kepala keluarga dari rumah itu. Ia berjalan  mencari ruang kerja Fardan.

  Hingga sampai pada ruang itu, ia tak menemukan seorangpun di dalamnya. Matanya dengan teliti melihat ruangan itu, tapi tetap saja tak ada orang di dalamnya. Matanya malah mendapati seorang wanita paruh baya yang saat itu sedang menata sebuah ruangan yang dipenuhi oleh tumpukan mainan anak-anak.

   Rasa penasaran itu tiba-tiba muncul, ia melangkah mendekat pada wanita itu sembari memandang seluruh mainan yang ada dalam ruang itu.

"Bibi, apa yang sedang bibi lakukan?" tutur Faisal mengejutkan wanita yang masih asyik menata benda-benda dalam ruang itu.

"Eh, tuan. Ini tuan, saya disuruh nyonya merapikan mainan-mainan di ruangan ini. Dan semua mainan ini adalah mainan Non Fakhira sewaktu kecil," jelas wanita itu.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" lanjutnya menanyakan kedatangan Faisal yang secara tiba-tiba itu.

"Emm ... apa bibi tau di mana paman sekarang?"

"Oh, Tuan Fardan. Tadi saya lihat dia ada di kolam renang belakang,"

"Apa yang paman lakukan di sana malam-malam seperti ini?"

"Saya tidak tau, Tuan. Yang saya tau, jika malam-malam seperti ini Tuan pergi ke saba pasti dia sedang ada masalah," jelas wanita itu secara detail dengan tangan yang masih sibuk menata benda-benda lucu di sana.

"Baiklah, terima kasih, bi," ujar Faisal berlalu pergi.

   Ia kembali berjalan setelah mendapat petunjuk keberadaan orang yang dicarinya dengan langkah yang tenang. Ia melihat orang yang dicari di rumah itu tengah berdiri di tepi kolam memandang ke depan. Terdengar pula ia menghembuskan nafasnya kasar seolah-olah tengah meratapi masalahnya.

"Kenapa paman memberhentikan Fakhira dari sekolahnya?" tanya Faisal tanpa basa basi mengejutkan Fardan yang masih tenang dengan angin yang menerpanya.

"Bukankah paman masih mampu dalam keadaan ekonomi? Uang, rumah bahkan harta lainnya yang paman simpan itu untuk apa jika bukan untuk masa depan buah hati paman?" seru Faisal menanyakan hal yang terjadi dihari itu.

"Nak ...."

"JODOH?" potong Faisal.

"Siapa pemuda yang dekat dengan Fakhira saat ini? Siapa jodoh Fakhira yang telah berada begitu dekat dengan Fakhira? Sementara Fakhira sendiri tidak memiliki teman laki-laki, selain aku!" lanjut Faisal tanpa memberi kesempatan Fardan untuk berbicara.

"Iya, aku! Aku laki-laki yang kini begitu dekat dengan Fakhira. Bahkan untuk melihatnya sedih saja aku tak sanggup, aku yang merasa sakit. Apakah aku jodoh Fakhira yang paman maksud? Bagaimana cara paman mengetahui jodoh Fakhira? Dari kalung itu? Dari mana paman mendapatkan kalung itu? Tahayul apa yang paman percayai?" ucap Faisal dengan rasa tak percaya.

"Kalung itu dari orang ...."

"Orang pintar?" potong Faisal kedua kalinya.

"Kenapa paman percaya hal itu? Jodoh, rezeki, maut dan segalanya itu sudah ada yang mengatur dan tak ada yang tau bagaimana semua itu akan datang. Apakah paman tidak tau? Fakhira begitu terpukul dengan keputusan paman,"

Pemilik Hati Gadis Biru [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang