22.

2K 77 4
                                    

Xabara memasuki markasnya dengan tatapan tajam, aura mematikan seolah menjadi pengiringnya. Begitu pula dengan Chika dan Starla yang berada di sampingnya.

Xabara memimpin, ia berjalan menuju ruang bawah tanah yang pengap dan bau anyir dimana-mana.

Ia menatap lelaki yang terkurung di jeruji besi, tangannya digantung dengan besi besar yang sudah berkarat. Kondisinya seakan sudah diambang Kematian, kepala yang mengeluarkan darah, dan tangan yang luka dimana-mana.

Xabara mengalihkan pandangannya menatap penjaga jeruji besi, mengisyaratkan untuk membuka pintu.

Pintu besi telah terbuka, lelaki dihadapannya terkulai lemas. Xabara memegang pipi Erry Nichole dengan erat, kukunya yang tajam membuat pipi lelaki tampan itu tergores.

"Aku akan bertanya. Jika menjawab pertanyaan ku dengan benar, kau akan selamat." Tutur Xabara.

Chika, Starla dan beberapa penjaga lainnya menatap Xabara dengan pandangan aneh. Dia akan melepaskannya? Tidak mungkin.

Erry menatap Xabara dengan lemas. "Ka-u be-nar ka-n?" Tanyanya susah payah.

Xabara mengalihkan pandangannya, kemudian menjambak rambut Erry membuat sang empu berteriak, darah segar keluar dari mulutnya, mungkin darah sisa dipukul oleh anak buah Xabara.

"Bodoh! Seharusnya jawab saja ketika saya sudah memberikan kesempatan!" Bentak Xabara menggelegar.

Semua orang terkejut bukan main, termasuk Erry yang ada dihadapannya.

Xabara menutup matanya, berusaha meredakan amarahnya yang tak kan pernah bisa. Api kebencian berkobar  indah di kedua matanya.

Ia menghela nafas. "Siapa yang menyuruh?" Ujarnya dengan amarah tertahan.

Erry terdiam cukup lama. Pupilnya bergetar kesana kemari. Ia memantapkan hatinya. "Aku, Aku sendiri. Aku adalah ketua kelompok yang menggagalkan pengiriman senjata itu. AKU! ITU AKU. KARENA KAU SUDAH TAHU, BUNUHLAH AKU!" ck. Berani sekali dia, membentak ratu iblis di depannya.

Xabara mengalihkan pandangannya kemudian tersenyum sinis. Ia berkata pelan namun mengerikan. "Ternyata kau setia juga. Melindungi nyawa dengan nyawa." Xabara tertawa kecil, membuat semua orang bergidik ngeri.

Xabara mengingat sesuatu saat ia membaca identitas Erry. "Ah! Erry, bukannya kau memiliki tunangan yang akan menikah denganmu dua Minggu lagi? Kau tega meninggalkannya seorang diri?"

Erry terbelalak kaget. Bagaimana gadis ini bisa tahu?

Erry menggeram marah. "Kau!"

Xabara memasang wajah ketakutan. "Wah aku takut sekali!"

"Lalu Erry, bukannya kau harus pulang dan menyiapkan pernikahanmu?" Ini bukan pertanyaan, tapi pernyataan.

Lelaki di hadapannya menangis. Xabara terhentak kaget.

"Ku mohon biarkan dia hidup. Kalau kau mau membunuhku, bunuh saja aku. Jangan dia, kumohon jangan ambil dia. Aku mencintainya." Tersedu-sedu Erry menangis, betapa besarnya ia mencintai tunangannya.

Xabara menatap manik mata Erry, berusaha mencari kebohongan. Tapi yang ia lihat hanyalah sebuah ketulusan yang amat dalam.

Ia memegang pundak Erry.

Xabara menatapnya tanpa ekspresi. "Apa kau bisa berjanji untuk berhenti melakukan pekerjaan ini dan berbahagia dengannya kelak?"

Semua mata memandang ke arah interaksi mereka berdua.

Erry mengangguk mantap. "Ini memang pekerjaan terakhir yang akan kulakukan. Aku akan mencari pekerjaan baru."

Baiklah, apa Salahnya memaafkan untuk kebahagiaan?

1: My Secret Life[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang