Setiap orang pasti tak ingin memiliki takdir yang begitu mengerikan. Jika takdir yang kadang tak sesuai ekspektasi membuat mereka kadang berbondong-bondong untuk mengubahnya menjadi lebih baik lagi. Walau mereka tahu itu tak akan pernah berhasil. Ada yang menerimanya dengan lapang dada, dan juga ada sebagian yang membenci hidupnya akan takdir yang begitu menyakitkan.
Begitu pula dengan Xabara. Muka pucat yang telah lama terbaring lemah, bibir yang tak pernah berbicara, membuat mereka terkadang menghela nafas lelah. Beribu pertanyaan muncul begitu saja, apakah ia akan terbangun?
Hari ini, tepat satu tahun Xabara dinyatakan koma. Raga yang seakan mati namun masih memiliki nyawa. Bahkan, karena kritisnya Xabara membuat mereka tak hadir ketika hari perpisahan sekolah mereka.
Ruangan rumah sakit yang hening, tidak ada satupun yang berbicara. Monitor komputer kesehatan menandakan gadis itu masih bernyawa. Rega memegang tangan Xabara sambil tersenyum manis.
Gadisnya, masih bernyawa walau tak menimbulkan tanda-tanda akan terbangun dari tidur panjangnya.
Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunan Rega. Disana, ia menatap orang tuanya, Chika dan Starla.
Bundanya mendekat, mengelus rambut Rega dengan penuh kasih sayang. Kondisinya yang tak terawat menimbulkan senyum getir dari bundanya.
Rega menoleh, menatap bunda yang duduk di hadapannya.
"Bun, Xabara ga kangen Rega ya? Kok dia masih aja tidur." Pertanyaan ini lagi, pertanyaan yang sudah memenuhi pikiran mereka selama setahun penuh. Rega menatap Xabara yang terbaring pucat.
Bunda Rega mengikuti arah pandangan anak sulungnya, ia tersenyum menguatkan. "Rega sayang, kamu harus merawat diri. Emang kamu mau Xabara sedih ngeliat kondisi kamu sekarang?"
Rega menatap lantai putih dibawahnya. Ia menggeleng sambil menahan suara tangisannya. "Aku gak peduli Bun. Yang aku pedulikan sekarang cuma bangunnya Xabara."
Sekarang, apakah kalian tau bagaimana besarnya rasa cinta Rega kepada Xabara?
Hati mereka mencelos merasakan kesedihan terdalam Rega. Begitu pula bundanya, hatinya sakit ketika anaknya selalu menangis setiap hari.
Starla dan Chika menangis. Sama halnya dengan Rega, mereka juga merasakan kehilangan yang teramat sangat.
Kejadian setahun lalu terus berputar di kepala mereka. Di antara mereka, Rega lah yang sangat terpukul akan kenyataan yang harus mereka terima, peluru yang bersarang di tubuh Xabara merusak salah satu organ dalamnya, dan ia dinyatakan koma.
Perihal Intan, semua orang tidak perduli. Entah ia sudah mati atau masih hidup, mereka tak perduli. Fokus mereka semua tertuju pada Xabara.
Rega menggenggam tangan Xabara erat, seolah tak akan membiarkan gadis itu pergi darinya, "Xa, Lo bilang Lo masa depan gue pas Lo baru dateng ke Spanyol."
Rega tertawa mengingat tingkah Xabara dulu. "Lo ga ngelanggar itu, kan?"
"Atau mungkin Masa depan kita di akhirat? Kalo emang benar, yaudah gue nyusul Lo sekarang." Lirih Rega sambil menatap Xabara sendu.
Lagi dan lagi mereka menangis. Ayahnya memeluk bundanya, mengusap pelan bahunya agar menghentikan tangisannya.
Cairan bening keluar dari kedua mata Xabara, seolah ia bisa mendengar tangisan Rega.
Monitor yang tadinya menampakkan gelombang kesehatan tanda Xabara masih bernyawa, seketika berubah. Monitor itu tak lagi menampakkan tanda-tanda kehidupan.
Rega merasakan nafasnya tercekat. Suara alarm peringatan mulai muncul memekakkan telinga. Seluruh dokter hebat yang telah dikumpulkan Rega khusus untuk menyembuhkan Xabara berlarian ke arah ruangannya. Semua orang yang ada di ruangan menangis pilu sedangkan Rega, lelaki itu seakan tak bisa menerima kenyataan. Air matanya seakan sudah habis terkuras, telinganya seakan berdengung. Ia tak menghiraukan ketika seluruh dokter berlarian panik. Ia mundur selangkah, menatap Xabara tak percaya. Ia merasa terkhianati ketika Xabara melanggar janji mereka, janji bahwa akan selalu bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
1: My Secret Life[✓]
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [CEK SQUEL KELANJUTAN : ALL ABOUT XABARA] Ini kisah tentang Salsa, Salsa Tasya Spiky. Gadis kecil yang menyimpan beribu rahasia. Gadis yang diusir oleh keluarga kandung nya itu. Satu persatu masalah mulai muncu...